40. Keluarga [2]

13.6K 1.3K 36
                                    

Howl's Moving Castle. Itu adalah salah satu judul film dari produksi studio Ghibli Jepang. Emma terasa jatuh cinta dengan film tersebut. Berkisah seorang perempuan bernama Shoppy yang dikutuk menjadi nenek tua, lalu dia dipertemukan oleh takdir dengan seorang penyihir laki-laki tampan yang juga terkena sebuah kutukan. Mereka berdua sama-sama berjuang mencari cara memecahkan sebuah kutukan tersebut dan akhir cerita mereka terbebas dari kutukan dan hidup bahagia selamanya di sebuah kastil sihir yang bisa berjalan.

Emma bahkan tak bosan bermain piano sepanjang siangnya memainkan lagu dari sountrack Howl's Moving Castle Merry Go Round. Apalagi Emma sangat terkekeh betapa romantisnya saat Nolan tiba-tiba mengajak berdansa Ross. Mereka adalah sepasang orang tua dengan umur lebih dari setengah abad yang pertama kali membuat Emma iri.

Ross tertawa pelan dan bersemu malu, ketika Nolan bergurau tentang suatu hal di masa lalu mereka selama dansa mereka berlangsung.

"Apakah aku boleh tau, apa yang sedang kalian tertawakan?" Tanya Rhys muncul dari lorong Mansion sayap kanan.

"Kau merusak suasana romantis mereka Rhys." Balas Emma yang diikuti wajah cemberut Nolan. Tetapi Nolan dan Ross tetap melanjutkan dansanya sampai musik selesai. Sedangkan Rhys ikut bergabung duduk di samping Emma.

"Ku harap kau tidak bermain sepanjang malam Em.." Rhys mencium pipi perempuannya lalu mereka sama-sama tersenyum.

"Kau takut tidak bisa tidur, karena berisik."

"Salah satu alasannya seperti itu."

"Memang ada berapa alasan yang kau punya? Sampai mengharapkanku tidak bermain piano sepanjang malam?"

"Sekitar sepuluh. Kau ingin dengar?"

"Tidak." Rhys langsung mengendus sebal mendengar jawaban Emma. Padahal ia cukup bersemangat ingin meberitahu alasannya. Well, mungkin perempuan itu menolak untuk mendengar jawabannya karena telah mengetahui apa isi kepala Rhys yang dipenuhi urusan ranjang.

Petang hari. Mereka berempat menghabiskan sore dengan acara minum teh di pekarangan rumah. Ross mengatakan besok pagi ia dan Nolan akan kembali pulang. Berhubung tinggal mereka berdua disini, sedangkan Giovinco lainnya telah pergi dari kemarin lusa.

Emma menikmati berbincang dengan Ross. Wanita tua itu suka sekali menceritakan pengalaman hidupnya. Serta tidak segan, melemparkan sebuah lelucon. Dia wanita lucu dipandangan Emma, sedangkan Nolan lebih cenderung diam. Namun yang membuat Emma merasa lega adalah Rhys tampak bersikap sangat baik dengan kedua orang tuanya. Walaupun menggunakan cara sederhana, seperti menungkah teh ke cangkir kedua orang tuanya ketika di rasa teh mereka hampir habis. Kemudian sesekali mengecup punggung tangan Ross.

"Kau tau aku sangat takut jika Rhys tidak akan pernah menikah. Apalagi tingkahnya sangat menyebalkan, membuatku semakin khawatir tak ada wanita yang mau menikahinya." Tukas Ross sambil memberi tatapan jengah pada Rhys.

"Tapi aku tidak menyangka bayi kecilku sudah sebesar ini.." Ross membelai pipi Rhys penuh kasih sayang dengan tangan kini telah keriput di makan usia.

"Aku dan Nolan sempat syok ketika di umurku empat puluh tahun tiba-tiba aku hamil lagi. Tiga tahun sebelum kakak pertama Rhys menikah. Ya Tuhan, bahkan Nolan tak berhenti memandang surat keterangan dari dokter bahwaku hamil."

Seketika semua tertawa, tentunya kecuali Rhys. Laki-laki itu terus saja mendengus sambil menikmati biskuitnya, matanya juga memandang tempat lain tanda ia sedikit merajuk layaknya anak kecil.

"Nolan seperti kembali menjadi ayah muda. Dia begitu bersemangat melihat Rhys lahir. Begitulah orang tua, dia rela membagi kasih sayangnya dan kehidupannya untuk anak-anaknya walaupun tidak semudah itu mengurus seorang anak. Orang tua harus membuat rencena kedepan, mau dibentuk seperti apa anak kita nanti. Masa depannya ada di tangan kita. Apalagi Rhys adalah anak laki-laki yang sangat nakal, susah sekali jika disuruh mandi. beruntung ketika besar dia sangat bertanggung jawab dengan urusannya sendiri."

The Operational Gentleman ♣︎ [COMPLETED]Where stories live. Discover now