32. Adrenalin

11.8K 1.3K 84
                                    

Dua pesan email dari Elena, bertuliskan bahwa perempuan tersebut telah sampai di Moskow dan tinggal di kediaman Taylor. Beberapa minggu lagi, mereka juga akan melangsungkan pernikahan. Mengetahui itu Emma terlonjak kaget, ia begitu merindukan Elena dan Gris. Serta ia tidak sabar ingin bertemu mereka, apalagi ini kunjungan pertama mereka ke Rusia. 

Tetapi Rhys menolak mentah permintaan Emma untuk menginjakkan kaki di luar rumah. "Aku sangat menyangimu, kau sedang hamil. Di luar sangat berbahaya untukmu."

Entah kenapa Emma hanya bisa meluapkan amarahanya dengan menangis. Ia sadar, Rhys terlalu mengkhawatirkannya. Tetapi sampai kapan ia harus selalu berdiam diri di kediaman ini. Ia punya kehidupan yang perlu ia jalani layaknya orang-orang biasa lainnya. Sayangnya, menjadi bagian keluarga Giovinco membuatnya kesulitan bergerak dan dihantui rasa ketakutan. 

"Aku merindukannya Rhys." Seru Emma serak, di sela sengguk tangisnya. Emma tidak bisa menyuruh Elena datang ke rumah ini, karena perempuan itu bisa saja terseret dalam masalah keluarga Giovinco. Dan mungkin Elena juga akan menyeretnya pergi meninggalkan Rhys karena mengetahui seberapa berbahayanya Rhys untuk Emma. Mengingat Rhys penyandang mantan pembunuh bayaran. 

"Biarkanlah paman Rhys dia pergi. Jordan dapat menjaganya dengan baik dan lebih baik kita selesaikan urusan kita." Perkataan Darcy merusak suasana hati Rhys. 

"Diam kau!" Bentak Rhys. Hampir seluruh keluarganya menjadi kompor. Membuat keadaan semakin parah. 

Selanjutnya, Rhys dan Darcy meninggalkannya Emma sendirian di dalam kamar. Entah apa yang dikatakan Darcy hingga akhirnya membuat Rhys mengijinkannya pergi. 

"Dengan satu syarat, hanya dua jam oke? Dan Jordan akan menemanimu." Rhys mengecup pipinya lalu merambat ke bibirnya. Mereka mengecap satu sama lain beberapa saat sambil batin Emma bingung dengan perubahan pikiran Rhys. 

Sudahlah, yang terpenting Emma telah mendapatkan ijin. Ia segera bergegeas bersiap menemui Elena dan Gris di suatu restaurant yang telah di pesankan Rhys untuk mereka saling bertemu. Keamanan telah di atur jadi Emma bisa leluasa berbincang tanpa perlu mengkhawatirkan apapun. 

Pernah Emma menelpon Elena bahwa ia telah menikah dan meminta maaf tidak mengundangnya. Sekarang Elena duduk di hadapannya berbatas meja makan restaurant, sambil menagih penjelasan semua kejadian mengejutkan ini. 

"Dia umurnya sudah agak tua, jadi dia terburu ingin menikahiku." Jelas Emma sedikit demi sedikit. Ia kesulitan memulai membicarakan masalahnya pada Elena. 

"Lalu?" Elena bertanya dengan nada penekanan, membuat Emma semakin terpojok. 

"Aku tidak mengundangmu karena ketika itu kami sedang ada masalah. Tepat di hari pernikahan, bahkan mataku sampai bengkak karena menangis. Mungkin aku pengantin yang paling menyedihkan kala itu."

"Dia bersikap jahat padamu?" 

"Dia sangat baik padaku, hanya saja ada situasi yang tidak mengenakkan. Seperti masalah yang selalu menerpa pasangan pengantin di setiap menghadapi hari pernikahan." 

"Tapi alasanmu tetap membuatku kecewa. Kau tidak mengundangku di hari pernikahanmu, sangat membuatku merasa terabaikan." Yah.. Mereka telah dinobatkan menjadi sepasang saudari sejak lima belas tahun lalu oleh Mrs. Belle akibat mereka sangat sulit di pisahkan. 

"Maafkan aku Elena." Emma tidak bisa membuat alasan lain agar ia terlepas dari kekecewaan Elena. 

"Semua sudah terlewatkan. Ini hadiah pernikahan dariku. Maaf tanpa di beri bungkus. Jika Taylor tak menyinggung bahwa kau telah menikah, mungkin aku sungguh tidak akan pernah tau sampai kau mau mengkuinya sendiri." Elena tau cara menenangkan Emma dengan cara berbeda. Elena menyodorkan paper bag berisikan beberapa pakaian bayi. 

The Operational Gentleman ♣︎ [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora