31. Penguntit

12.5K 1.3K 72
                                    

Langkah Darcy semakin cepat memasuki kediaman paman Rhys. Dia sudah tidak bisa menyembunyikan dugaan terbesar, bahwa Emma benar-benar dalam kondisi yang berbahaya. Meskipun ada lima orang tersangka yang menjadi pelaku utama peneroran Emma sejak lima tahun yang lalu. Di samping Darcy, terdapat sosok Jordan sedang menyelipkan pistol di sakunya setelah menghabisi nyawa pelaku kebakaran di apartemen Emma dulu.

Nicholas, salah seorang yang menempati kamar apartemen di sebelah kamar Emma. Laki-laki ia dikabarkan sering ribut dengan Emma, dan sangat mengganggu para tetangga sebelahnya. Tapi, tetap Nick bukanlah pelaku utama dari peneroroan Emma.

"Kau bisa menebak, apa alasan sang pelaku utama melakukan peneroran pada Emma?"tanya Darcy

"Kejadiannya nyaris sama seperti aku melakukan pada wanita yang kusukai. Jadi menurutku sang pelaku hanya ingin melihat seseorang berputus asa. Mengingat nona Emma kesialan hidupnya seperti di rencanakan, mulai dari hari, waktu dan tempat. Begitu mirip dari satu kejadian buruk, ke kejadian selanjutnya. Walaupun hal buruk itu terlihat remeh di pandangan orang lain."

"Dan dia kaget, mengetahui paman Rhys mengklaim Emma. Paman Rhys memblokir semua akses yang menyentuh kehidupan Emma dan melindungi perempuan itu rapat-rapat dari siapapun." Darcy yakin, dugaannya tidak akan meleset. Mosnter dalam tubuh Darcy terbahak, sang pelaku mungkin sangat syok, wanita yang diklaimnya sejak lama tiba-tiba menjadi hak milik Rhys Giovinco secara resmi.

"Pasti obsesi orang itu semakin parah. Sudah tau, laki-laki paling suka sesuatu yang menantangnya!" Jordan tersenyum miring. Karena saat ini Jordan membayangkan di posisi sang pelaku utama. Jadi dia paham, bagaimana jalan pikiran dan tindakan sang pelaku.

"Orang itu pasti sudah mulai bergerak cepat. Ini gila! dia mungkin akan menerobos masuk ke dalam lingkaran keluarga Giovinco. Sekarang periksa semua cctv. Catat semua orang asing atau tamu yang mengunjungi kediaman ini!" Perintah Darcy segera di kerjakan oleh Jordan.

Dilain itu, Rhys memeriksa puluhan paket aneh dari seseorang yang tak dikenal. Ditunjukkan untuk Emma. Paket tersebut berisi pakaian minim, beberapa buku favorit Emma, buku diary kosong yang mirip dengan milik Emma, swetter, mantel, syal dan masih banyak paket yang akhir-akhir ini selalu berdatangan setiap harinya membuat emoasi Rhys terbakar. Tentu dia memblokir semua ini, hingga Emma tidak bisa mengetahui tentang paket-paket tersebut.

Seseorang mengetuk pintu ruangan khusus berletak di bawah tanah. Sosok Darcy melesak masuk, kemudian menatap nanar puluhan paket bertebaran.

"Wah.. dia benar-benar peneror sejati." Darcy terkekeh sembari mengusap seputar dagunya.

"Asal kau tau, peneror inilah yang menyuruh orang untuk memperkosa Laura." Ujar Rhys sama-sama terpancing semakin marah. Orang itu benar-benar ingin mempermainakan keluagra Giovinco.

"Apa!! Brengesk! Sialan!" Darcy menggeram, tinjunya menghantam tempok ruangan. Nyawa orang itu cepat harus dihabisi.

"Bagaimana kau bisa tau?" Lanjut Darcy memperhatikan paman Rhys berusaha mengendalikan kemarahan monster Giovonco dalam dirinya sendiri.

"Andre baru mendapatkan informasinya tadi pagi. Tapi dia tetap tidak bisa mendeteksi siapa pelakunya."

"Pelakunya, terobsesi pada kehidupan Emma. Perangai Emma Austen sangat menarik perhatiannya, sikap tegas dan tidak memiliki empaty memancing sisi liar orang tersebut. Kau ingat pernah bercerita tentang Emma terluka dan di rendahkan di restaurant?"

"Iya. Emma menyuruhku pergi dengan wajah datar. Bahkan aku yang seorang Giovinco-pun tidak bisa mengabaikan dan melupakan sisi menarik dari Emma. "

Biarkan saja berdarah! kau tidak perlu menghiraukanku. Jadi pergilah!

Aku tau! ciuman luar biasa dengan tuan tak bernama

Dia akan membunuh bayiku Rhys, dia mencengkram perutku sangat kuat. Membunuh janinku menggunakan salah satu tangannya.

Ketiga kalimat itu yang selalu berputar di kepala Rhys. Tidak dapat disingkirkan sama sekali. Melekat kuat di ingatannya, hingga Rhys terkadang ingin membuat Emma selalu berada di rengkuhannya. Emma benar-benar menarik perhatiannya.

"Mungkin sang pelaku sama tertariknya seperti diriku?" Tanya Rhys mengutarakan dugaannya terhadap Darcy.

"Ya. Menurutku juga seperti itu. Sikap Emma begitu unik."

*

*

Semua bukti dan dugaan kuat telah dialihkan pada seorang laki-laki asing. Hingga Mark kini tidak terpusat dari segala jeratan bahwa dia adalah sang pelaku utama, jika Darcy Giovinco tidak merusak beberapa rencananya karena beraninya bergerak menyelidiki segala identitas korban yang di incar oleh Mark beberapa tahun yang lalu. Laki-laki itu perlu di beri pelajaran! Apalagi Darcy beraninya meluncurkan dua tembakan yang hampir mengenai kepala Emma!

Mark memandang beberapa foto cantik Erika Jayne, sedang bekerja di salah satu perusahaan keluarga Malory di New York.

"Perempuan itu adalah saudara sepupu Darcy Giovinco." Seru Billy dengan memberikan foto Erika yang berpenampilan berbeda ketika masih berkuliah di Moskow.

"Oh.. Aku mengingat perempuan ini. Dia sahabatnya Emma, Laura Giovinco. Aku sangat senang melihat Emma frustasi mendapati sahabatnya ingin melakukan bunuh diri." Mark tersenyum lebar.

"Anda ingin melakukan apa pada perempuan itu?" Billy bertanya dengan wajah datar. Kerutan tanda tua di wajahnya tidak menutupi keseriusannya.

"Buat dia terjebak dalam kasus pembunuhan. Ketika keluarga Giovinco terpusat padanya, saat itu aku akan langsung mengambil wanitaku." Saat-saat yang paling ia nantikan. Menikmati ketakutan Emma berhadapan dengannya secara dekat.

"Yes, My Lord."

Mark memberikan kembali foto-foto Laura pada Billy-lelaki tua yang telah menjadi asistennya selama lima belas tahun. Kemudian Mark turun dari mobilnya, lalu memasang senyum ramahnya untuk menemui beberapa teman bisnisnya yang telah melakukan janji temu di suatu restaurant.

Statusnya Mark benar-benar bersih dari segala hal curang untuk mendapatkan posisi tinggi perusahaan miliknya di industri elektronik dunia. Hingga orang merasa nyaman melakukan kerja sama dengannya. Dan tidak dipungkiri, Mark tidak melakukan hal melenceng jika berurusan dengan perusahaannya membuatnya tampak seperti orang biasa, tanpa kelaianan jiwa.

Langkah Mark sejenak terhenti, mendapatkan Emma sedang berbincang di salah satu meja rastaurant. Senyumanya merekah indah ke arah seorang perempuan dan anak laki-laki sekitar berusia lima tahun. Emma tampak memamerkan beberapa pakaian bayi berwarna pink ke arah temannya.

"Pakaian bayi? apakah perempuan itu sedang hamil? Kenapa kau tidak melaporkan itu padaku?" Geram Mark pada Billy yang tengah berada di sebelahnya. Rahang Mark terbentuk tegas, matanya tak lepas dari senyuman Emma.

"Saya benar-benar tidak mendapatkan informasi itu. Semua akses terblokir ketat oleh perintah Rhys Giovinco."

"Kita ubah rencana!"

Titik lain, Darcy sedang menyeringai menikmati jebakan yang ia buat untuk Mark Buckland. Rencananya kali ini berhasil, setelah ia memohon mati-matian pada paman Rhys, untuk membiarkan Emma berjalan-jalan menemani kunjungan Elena yang pertama kali menginjakkan kaki di Rusia. Tanpa di temani oleh paman Rhys.

Kali ini Mark tampak tidak bisa mengontrol ekspresi mukanya. Ini keberuntungan terbesar bagi Darcy, setelah ia tidak tidur selama hampir enam puluh lima jam. Untuk mengorek identitas asli Mark Buckland.

Darcy masih harus bersabar, sabar menunggu waktu yang tepat untuk klimaks yang menyenangkan!

*

*

"Hei bocah tengik! Bawa istriku pulang sekarang juga. Kau melanggar janjimu dan ini sudah lewat waktu dua jam!"

"Kau benar-benar protektif sekali paman Rhys." Jawab Darcy dengan malas, meladeni panggilan telpon pamannya.

"Sialan kau! Nyawa istriku bisa melayang bodoh!" Seharusnya Rhys tidak menyetujui rencana keponakan tengiknya itu. Meskipun Rhys juga mengikuti diam-diam Emma dari belakang bersama Andre layaknya seorang penguntit.

Apa kata Emma dan Laura, jika Rhys menguntit istri sendiri?






The Operational Gentleman ♣︎ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang