30. Mark Buckland

12.9K 1.2K 51
                                    

Mark Buckland. Lelaki bermata hijau pekat, pembawaannya begitu ramah membuat orang merasa nyaman di dekatnya. Dia terkenal dengan sebutan pembisnis yang mengatas namakan bersaing adil. Walaupun banyak sekali orang tidak mempercayai hal tersebut. Apalagi perusahan milik Mark Buckland semakin melejit tinggi. Hingga pembisnis lain merasa kewalahan untuk menjadi rivalnya.

Mark mendapat posisi baik di banyak kalangan. Dia merupakan salah satu pembisinis yang melakukan penggalangan dana ke panti asuhan dan rumah sakit cukup tinggi di setiap tahunnya. Hingga suatu ketika ia melakukan penggalangan dana di Brazil, tempat kelahirannya yang hampir sepenuhnya ia lupakan karena ada kenangan buruk tersimpan di sana.

Awalnya Mark menolak untuk datang dan memilih menyuruh bawahannya untuk pergi ke acara penggalangan dana tersebut. Tetapi ibunya mendesaknya untuk mengunjungi kota kelahirannya tersebut.

Jadilah, untuk satu jam kedepan. Mark rela duduk dan berbincang menikmati acara penggalangan dana yang di selenggarakan oleh pihak panti asuhan. Tentu dirinya sangat bosan, bahkan ia berulang kali mendengus marah. Pesawatnya pribadinya telah stand by menunggunya hingga selesai acara. Ia tidak mau menginap semalam-pun di negara ini!

Perhatian Mark, setika terpaku pada sosok gadis keras kepala yang menolak untuk tampil. "Aku benci dikasihani. Aku benci memakai baju bekas ini. Mereka akan mengcemoohku, merendahkanku dan aku benci di kasihani Mrs. Belle. Aku harus mengatakan apalagi agar kau mengeti!"

"Jadilah anak baik. Ini demi teman-temanmu. Suaramu indah sekali, mereka tidak akan segan meninggakatkan dana bantuan untuk panti asuhan ini." Bujuk Mrs. Belle sembari membelai rambut Emma.

"Tidak! Aku tidak mau melakukan itu!" Tidak ada yang mau mengerti rasa kesal Emma. Setiap tahun ia harus menerima cemooh dari teman sekelasnya karena memakai baju bekas milik temannya. Dan padangan iba dari semua orang merendahkan harga dirinya, seolah dia makhluk paling menyedihkan hanya karena tidak memiliki orang tua.

"Kumohon Emma. Aku tau kau adalah gadis baik. Sekarang naiklah ke atas panggung dan bernyanyilah dengan indah... Oke?" Mrs. Belle menyeret Emma ke atas panggung lalu meninggalkan perempuan itu sendirian ditontoni oleh banyak orang.

Mark, tertegun gadis itu bernyanyi tanpa hati, tanpa emosi, serta tanpa perasaan dari makna lagu yang sebenarnya mengandung harapan. Tapi tidak dipungkiri suaranya begitu indah, seperti nyanyian surga diiringi alunan piano.

Lagi di akhiri oleh tepuk tangan meriah. Berbanding terbalik dengan Emma, gadis itu segera turun dari panggung mengabaikan Mrs. Belle yang tersenyum ke arahnya.

Mark mengikuti langkah Emma dari jarak tertentu agar perempuan itu tidak menyadari kehadirannya. Terdengar Emma menggerutu, sembari melepaskan baju kemeja lusuh lalu membuangnya secara asal, menyisakan kaos putih sebahu bertuliskan psycho.

Emma duduk sendirian di belakang gedung panti asuhan. Mengunyah beberapa bola-bola coklat di dapat dari acara penggalangan dana yang tadi ia simpan di kantung celananya.

"Suaramu indah sekali. Ini kartu namaku, jika kau berkenang menghubungiku. Aku akan memberimu biasiswa ke Paris untuk mengikuti akademik musik." Mark menyodrokan kartu nama berwarna gold melambangkan tingginya sisi sosial yang dia miliki. Gadis itu hanya terdiam, tanpa ekspresi. Matanya bergerak secara bergantian dari mata Mark ke kartu nama tersebut. Selama beberapa detik mereka sama-sama terdiam.

Mengingat Emma merupakan gadis keras kepala, Mark bisa menduga bahwa gadis itu akan menolak tawaran darinya. Atau skenario terburuknya adalah gadis tersebut mungkin saja menamparkanya, karena ia juga sengaja menunjukkan tatapan merendahkan seorang perempuan untuk memancing emosi dia. Memperkirakan seberapa tinggi temperamennya.

The Operational Gentleman ♣︎ [COMPLETED]Where stories live. Discover now