34. Intuisi

11.6K 1.2K 53
                                    

Puter mulmednya ya.. biar makin tegang....

****

Sendirian... 

Emma menatap dingin cctv yang terdapat di sudut kamarnya. Dirinya kini berada di atas ranjang, duduk memeluk lututnya yang tertutupi oleh selimut tebal berwarna putih. Kediaman Mark nyaris sama seperti Mansion milik Rhys. Terdapat penjaga berwajah datar, saling berlalu lalang mengamankan lokasi. 

Jam telah menunjuk pukul setengah tiga, namun Emma enggan untuk beranjak tidur. Ia takut jika Mark melakukan sesuatu hal buruk padanya. Seperti berniat memperkosanya?

Bahkan Emma tidak menelan makan malamnya sedikitpun. Ia membiarkan makanan itu teronggok di atas nakas. Dan para pelayan yang membujuknya untuk makan, ia beri hadiah tatapan membunuh. Lalu mengatakan, "aku akan makan jika kau makan terlebih dulu makanan ini."

Dan para pelayan terdiam seketika, tak bisa berkutik sama sekali. Dari situ Emma dapat mengambil kesimpulan bahwa ada racun berbahaya dalam makanan tersebut. 

 Memang dirinya perempuan bodoh! Ia tahu jika Mark tetap akan melancarkan niatnya untuk membunuh bayinya!

Emma berangsut mendekat ke meja nakas untuk mengambil garpu. Karena di sini tidak ada pulpen. Selanjutnya ia menuruni ranjang dan melangkah ke arah pintu. Tangannya bergerak memegang hendle, dan mengejutkan bahwa pintu tidak terkunci. 

Perlahan, Emma melangkahkan kaki telanjanjanganya tanpa mengenakan alas hingga lantai dingin menyengat telapaknya. Koridor tampak sepi, langkah Emma diiringi lampu remang terpasang di sepanjang langit-langit rumah. Dalam ketenangan, sudut matanya terus mengawasi sekitar. Mencari sosok yang mencurigakan hingga ia dapat bersembunyi, meskipun cctv tak lepas mengawasinya. 

Ada sebuah kamar di ujung lorong dengan pintu setengah terbuka menampilkan sosok perempuan sedang dicekik kuat, tetapi diri orang yang mencekik tertutup sebagian pintu yang tersisa. Samar-samar mata perempuan itu melayangkan tatapan minta tolong pada Emma, tangannya kejang terbuka menandakan ajalnya sebentar lagi akan datang menjemputnya. 

Dan tak lama kemudian perempuan itu tewas seketika!

Deg.. Jantungnya terpacu kuat menghantam rongga dadanya. Mata Emma nanar menatap kematian seseorang yang sama persis dengan mimpinya. Hawa dingin menyelip di leher Emma. 

Napas Emma berburu. Ia berlari menuruni tangga, sedangkan sosok Mark berkemeja putih sangat berantakan dari biasanya mulai melangkah mengikutinya dari belakang dengan sebilah pisau di tangannya. "Kau ingin berlari kemana sayang?"

Mark tersenyum tipis. Ia jatuh cinta pada seluruh pesona Emma Austen, gadis cantik yang kini telah menjadi miliknya seutuhnya. 

"Aku tidak akan membunuhmu sayang, pisau ini hanya untuk merobek pakaianmu agar kau telanjang di depanku."

Dia gila! Laki-laki itu benar-benar gila. Ekspresi normalnya layaknya orang biasa yang baik, menutupi ketidak-warasan Mark. Ketakutan mengerubungi alam bawah sadar Emma, dia hanya bisa merapalkan nama Tuhan agar ada seseorang yang bisa menolongnya sekarang juga. 

Langkah Mark berubah cepat, hingga tangannya sekarang dapat mencengkram lengan Emma. Seketika itu juga, Emma langsung melayangkan garpunya ke salah satu mata Mark. Sesuai dengan ajaran Rhys, nyatanya sejak tadi Emma berusaha tidak menjatuhkan garpu itu dari genggamannya karena tak kuasa menahan tubuh gemetarnya. 

Jeritan mengerikan Mark memekakan telinga ke seluruh penjuru ruangan. Darah meluncur keluar, saat Mark mencabut garpu itu dari matanya. Kemarahan Mark tersulut menjadi kelebat api yang besar. "Perempuan sialan kau!"

The Operational Gentleman ♣︎ [COMPLETED]Where stories live. Discover now