Bagian 4~Pesta

15.3K 1K 12
                                    

"Tentu kami mengizinkannya, Alan," ucap seorang pria berambut hitam yang tiba-tiba masuk kedalam ruangan Alan bersama seorang wanita berambut coklat.

"Albert? Yuki?" tanda tanya besar muncul begitu kedatangan Albert dan istrinya yang sudah lama sekali tidak berkunjung. Memang mereka di undang tapi Alan kira mereka akan datang saat pesta seperti biasa. Ternyata kali ini mereka datang sebelum acara. Bahkan acaranya masih sangat lama. "Jadi kau mengizinkannya?" tanya Alan begitu tersadar dari kediamannya.

"Tentu saja kami mengizinkannya, apalagi mendengar alasan yang seperti itu dari putra kami. Mana mungkin kami melarangnya," jelas Albert santai lalu mendekat ke Rai bersama Yuki lalu menepuk pundak putranya dengan bangga. "Aku bangga denganmu, nak. Jika kau mau melindungi adikmu," ucap Albert dengan bangganya. Rai hanya menanggapi ucapan sang ayahanda dengan tersenyum.

"Tunggu, jadi kau sudah datang dan mendengar percakapan dari awal?" tanya Alan terkejut. Albert hanya berbalik menatap Alan sambil tersenyum. Namun menurut Alan senyuman itu mengandung makna. Makna yang menakutkan baginya. "Terkadang kau membuatku takut," ucap Alan sedikit merinding membuat semua orang di dalam ruangannya bingung.

"Masuk," perintah Alan begitu terdengar suara ketukan pintu. Seorang pria berambut biru dan berkacamata dengan seragam kerajaan berwarna hijau masuk lalu menundukkan badan sebentar. "Ada apa, Oz?" tanya Alan. Sebelum menjawab Oz membenarkan letak kacamatanya yang sedikit turun lalu berkata, "persiapan selesai, Yang Mulia. Apa Anda tidak ingin mengeceknya?"

"Baiklah, kami akan kesana," ucap Alan lalu Oz membungkukan badannya lagi sebentar sebelum akhirnya meninggalkan ruangan. "Ayo kita ke aula pesta setelah itu kita bisa membicarakan keberangkatan mereka di taman sambil menikmati secangkir teh hangat," ajak Alan. "Ide bagus," ucap Albert setuju.

"Oh iya, Rai. Bisa tolong panggilkan Zen? Kau pasti tahu di mana Zen," pinta Liza lembut. "Baik, bi," ucap Rai lalu kedua Raja dan Ratu itu meninggalkan ruangan Alan menuju aula. Sedangkan Rai berjalan berlawanan arah. Ia berjalan menuju taman belakang yang biasanya di gunakan Zen untuk membaca buku tepat di dekat danau.

***

Seperti biasa Zen membaca buku dengan tenang di dekat danau taman belakang istananya. Ia selalu merasa nyaman dalam kesunyian ini. Seperti hidupnya tidak ada beban sama sekali. Namun kesunyian ini hanya sementara, karena besok ia sudah harus berangkat. Bagaimana rupa putri itu? Apa dia baik? Apa dia mau menolong kerajaan lain? Tapi sebenarnya dari kerajaan mana putri itu? Banyak sekali pertanyaan yang terlintas dalam pikiran Zen. Membuatnya tidak bisa fokus dalam membaca buku.

Akhirnya Zen memutuskan untuk menutup bukunya lalu memilih untuk menidurkan badannya di atas rerumputan yang terasa nyaman baginya. Zen akan menutup matanya untuk terlelap. Namun tiba-tiba ada sebuah cahaya yang terlintas di hadapannya. Zen membuka matanya kembali lalu ia bangkit dan melihat kearah danau. Di sana terdapat cahaya. Cahaya berwarna kuning keemasan yang terlihat seperti manusia. Zen menajamkam penglihatannya untuk memperjelas melihat cahaya aneh itu.

Begitu ia sudah bisa lihat dengan jelas. Ia langsung membulatkan mata sempurna, karena ia melihat seorang perempuan cantik dengan gaun pendek berwarna merah muda, berambut kuning panjang dengan ujung yang berwarna merah muda, tapi wajahnya tidak terlihat jelas karena tertutupi oleh poni rambutnya yang berwarna merah muda. Meskipun begitu, Zen melihat sepertinya perempuan itu terlihat senang dengan meloncat kesana kemari di atas air danau. Tidak bukan meloncat tapi seperti menari di atas danau. Tunggu, menari di atas danau? Pikir Zen baru tersadar lalu segera berdiri.

The Legendary Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang