Bagian 23-Masa Lalu

5.3K 324 20
                                    

Rai dan Leo baru saja kembali ke Asrama. Asrama terlihat sangat sunyi dan gelap. "Apa semua sudah tidur?" tanya Rai bingung. "Sepertinya sudah, baiklah aku juga akan istirahat," ucap Leo lalu berjalan santai menuju lantai dua dalam kegelapan.

"Sepertinya ia mempunyai pandangan malam," ucap Rai lalu menyalakan lampu yang ada di dekat pintu masuk agar ia bisa melihat menggunakan batu mana yang bisa menyalakan lampu hanya menggunakan sensor. Ia berjalan menuju dapur lalu mengambil segelas air dan meminumnya dalam sekali teguk.

Ia tatap gelas sisa air minumnnya tadi dengan wajah yang sendu. Ia teringat kembali dengan peristiwa saat ia akan pergi pelatihan.

***

Seorang pemuda bersurai coklat muda baru saja keluar dari ruangan. Ia berjalan melewati lorong yang terbuka. Ia bertemu dengan beberapa pelayan yang langsung membungkukkan badan saat ia melewati mereka.

"Kak Rai!" terdengar suara teriakan seorang anak laki-laki bersurai hitam dengan mata hijau cerah yang terlihat ceria dari depannya dengan jarak yang cukup jauh. Pemuda itu mengembangkan senyumannya saat melihat anak kecil itu berlari dan merentangkan tangannya.

Tubuh kecil itu menabrak tubuh pemuda itu dengan senyuman ceria yang mengembang. "Kak Rai, ayo bermain," ucap anak kecil itu dengan suara cerianya. "Baiklah, kita akan bermain apa, Zen?" tanya Rai sambil mengembangkan senyuman terbaiknya untuk adik kesayangannya.

"Ayo kita menunggang kuda!" teriak Zen kecil dengan senang. "Baiklah," ucap Rai senang lalu mereka berjalan bersama menuju kandang kuda untuk mengambil kuda kesayangan Rai.

Begitu sampai di sana, Rai mengatakan kepada pengurus kandang untuk mengambil kudanya. Begitu kuda putih kesayangannya sudah berada di hadapannya, ia langsung menaiki kudanya setelah membantu Zen menaiki kuda putih itu.

Rai langsung memacu kudanya dengan santai. Membuat Zen merasa senang. "Bepeganglah Zen. Kakak akan memacunya dengan cepat," perintah Rai.

Zen dengan senangnya mengikuti perintah Rai. Rai langsung memacu kudanya dengan cepat mengelilingi lapangan berkuda milik kerajaan.

~~~

"Tadi sangat menyenangkan, kak," ucap Zen ceria. "Benarkah? Baiklah lain kali akan kakak ajak berkeliling hutan," ucap Rai sambil tersenyum senang. "Baik."

"Zen." Panggilan lembut itu membuat Zen dan Rai menatap kearah wanita bergaun biru dan berambut hitam yang sama dengan Zen.

"Ibunda!" teriak Zen senang lalu berlari dan memeluk Ibundanya. "Bibi," ucap Rai sambil membungkukkan badan sebentar untuk menyapa Liza.

"Sepertinya kalian baru saja bersenang-senang?" tanya Liza sambil tersenyum lembut menatap Zen kecil lalu menatap keponakannya. "Iya, tadi aku menunggang kuda bersama Kak Rai, tadi sangat menyenangkan!" teriak Zen ceria.

"Ibunda senang jika kamu senang. Baiklah, sekarang saatnya untuk mandi," ucap Liza sambil tersenyum senang menggendong buah hatinya. Zen hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum senang.

"Rai, Yang Mulia memanggilmu," ucap Liza kepada Rai. "Baik. Kalau begitu saya permisi," ucap Rai sambil membungkukkan badan sebelum melangkah pergi. "Sampai jumpa, kak Rai," ucap Zen ceria.

~~~

Hari semakin berlalu. Tak terasa usia Zen sudah memasuki dua belas tahun. Di umur Zen yang menginjak usia dua belas tahun. Zen diam-diam mempunyai seorang teman. Seorang anak yang menjadi pengawal kerajaan di usia yang hanya berbeda dua tahun dari Zen.

The Legendary Princess [END]Where stories live. Discover now