Bagian 27~Pertemuan dengan Maria

6.3K 353 23
                                    

Sudah satu minggu Zen dan yang lainnya berjalan setelah meninggalkan daerah kerajaan Lorraine. Saat ini, Zen dan yang lainnya sedang beristirahat di penginapan yang ada di desa kecil. Zen tengah duduk di depan jendela, sambil menatap pemandangan langit siang yang terlihat cerah dan indah.

Namun, Zen memandang pemandangan di hapadapannya dengan pandangan kosong. Leo yang dengan setia berdiri di belakang Zen merasa khawatir dengan keadaan tuannya. Rai dan Nico sedang keluar untuk membeli beberapa bahan makanan sebelum mereka berangkat besok.

Kenapa Rai dan Nico lama sekali? Cepatlah kembali, aku bingung harus bagaimana, batin Leo khawatir. Tidak berapa lama terdengar suara pintu yang di buka. Membuat Leo dapat bernapas lega. Ia berbalik dan mendapati Rai dan Nico yang membawa kantung belanja berukuran cukup besar.

"Ada yang bisa aku bantu?" tanya Leo saat Rai dan Nico sudah meletakkan kantung belanja di meja makan. "Bisa kau berikan ini kepada Zen? Dia kurang makan akhir-akhir ini," ucap Rai.

"Baiklah," ucap Leo menerima roti isi telur dan mie. Setelah itu, ia berjalan mendekati Zen untuk segera memberikan makan siang untuk tuannya. "Master, makanlah ini," ucap Leo memberanikan diri. Zen menerima roti yang di berikan Leo dengan santai. "Terima kasih," ucap Zen datar.

Leo merasa sediki lega. Setidaknya Zen mau makan sedikit. Ia sendiri bingung, kenapa tiba-tiba Zen berubah menjadi seperti itu.

Zen membuka bungkus roti itu dengan mudah lalu memakannya dengan lahap. Namun, pandangannya tetap tertujuh ke pemandangan di hadapannya.

Leo kembali mendekati Rai dan Nico untuk membantu mereka. "Ada apa sebenarnya dengan Zen?" tanya Nico bingung. "Entahlah, semenjak kita meninggalkan danau kemarin dan datang ke desa ini. Zen terlihat lebih pendiam dari biasanya," jelas Rai.

"Memang ada apa di danau itu?" tanya Nico bingung. "Kalau tidak salah. Danau itu adalah danau kehidupan," jelas Leo. "Apa?! Itu danau kehidupan?" tanya Nico tidak percaya.

"Ya, tapi itu dulu. Semenjak kematian Yang Mulia Reiz, danau itu menjadi danau kematian yang beracun dan gelap. Sehingga tanaman di sekitarnya juga ikut mati karena tercemar dengan kelembapan dari danau itu. Itulah mengapa hutan di sekitar danau itu tampak kering dan gusang," jelas Leo dengan ekspresi sedih.

"Bagaimana bisa kematian Yang Mulia Reiz memberikan dampak yang sangat mematikan seperti itu?" tanya Rai bingung.

"Aku dengar, penunggu danau itu adalah kekasih Yang Mulia Reiz. Saat itu, Yang Mulia berjanji kepada kekasihnya. Setelah urusan ras naga selesai. Ia akan kembali. Tapi, sepertinya kekasihnya itu tidak tahu jika Yang Mulia Reiz telah tiada, sehingga wanita itu terus menerus menunggu hingga Yang Mulia Reiz datang. Meskipun itu adalah hal yang mustahil," jelas Leo.

"Jadi, apa maksudmu Zen menjadi seperti itu, karena ia bertemu dengan kekasih Yang Mulia Reiz?" tanya Rai. "Aku juga tidak tahu. Tapi, sepertinya begitu. Saya bisa merasakan keberadaan wanita itu meskipun tidak dapat melihat wujudnya," jelas Leo.

Ketiga orang itu menatap Zen yang masih terdiam. "Kenapa kalian menatapku?" pertanyaan yang di lontarkan oleh Zen tanpa menatap lawan bicaranya itu mengejutkan Rai, Nico dan Leo.

Mereka langsung berpura-pura fokus merapikan beberapa bahan makanan. Zen bangkit dari tempatnya. Membuat ketiga orang itu terkejut, lalu ia berjalan menuju tempat tidur dan langsung berbaring di sana. Tanpa mempedulikan tatapan bingung dari ketiga orang itu.

Setelah beberapa menit berlalu. Rai dan yang lainnya selesai merapikan bahan-bahan makanan di tas mereka. Rai langsung mengeluarkan peta dari sakunya dan membuka lebar peta itu di atas meja makan.

"Baiklah, besok kita akan berangkat pagi. Karena kita akan melewati perbatasan kerajaan Axelor sebelum menuju ke kerajaan Twilight. Kita akan menginap di desa ini. Setelah melewati kerajaan Axelor melalui hutan ini," jelas Rai sambil menunjuk tempat-tempat yang ia maksud.

The Legendary Princess [END]Where stories live. Discover now