Bagian 35

4.9K 347 22
                                    

Hari yang cerah di Kerajaan Western. Tidak ada yang menyangkah jika di hari yang cerah itu, kerajaan Western akan kedatangan tamu yang mengejutkan di atas langit kerajaan. Penjaga yang melihat sesuatu yang terbang mengitari istana segera berlari dengan cepat menemui Alan untuk melaporkan hal ini.

"Maaf atas ketidaksopanan saya, Yang Mulia," ucap prajurit yang masuk tanpa permisi di ruangan Alan, membuat Alan, Liza dan Elsa yang sedang berbicara dengan santai menatap prajurit itu tajam. Terutama Alan yang merasa terganggu di jam istirahatnya. "Cepat katakan!" ucap Alan tajam.

"Di langit. Ada sesuatu yang terbang mengelilingi istana dengan jarak yang cukup tinggi dari istana. Sehingga kami tidak bisa melihat dengan jelas apa itu," ucap prajurid itu dengan panik. Membuat Alan, Liza dan Elsa terkejut lalu saling bertatapan satu sama lain. Elsa menganggukkan kepalanya sekali untuk memberikan tanda agar mereka pergi melihat keadaan.

"Cepat, siapkan prajurit di halaman istana!" Seperti mengerti maksud Elsa. Alan memberikan titahnya. Prajurit itu langsung memberikan hormat lalu segera meninggalkan ruangan itu. "Apa itu pasukan Kegelapan? Mereka sudah mulai menyerang?" tanya Alan.

Raja kerajaan Western itu sungguh tidak memperhitungkan serangan yang di lakukan pasukan kegelapan secepat ini. "Tolong tenang, Yang Mulia. Ini bukanlah serangan pasukan kegelapan," ucap Ema yang tiba-tiba muncul dari balik bayang-bayang.

"Apa maksudmu?" tanya Alan. "Itu adalah kedatangan bagi orang-orang yang kalian tunggu. Saya bisa merasakannya," ucap Ema, membuat semua orang di sana terdiam. "Benar apa yang di katakan Ema, Yang Mulia. Saya memberikan isyarat bahwa Yang Mulia pangeran dan yang lainnya telah kembali dengan menunggangi sesuatu yang mengejutkan. Bukan sebagai tanda akan ada serangan," jelas Elsa membenarkan.

Seketika Alan langsung terdiam mendengar penjelasan Ema dan Elsa. "Tolong katakan dari tadi," ucap Alan sambil menyentuh kepalanya dan menghembuskan napas pasrah. "Sudah, sudah. Bagaimana jika kita menyambut kedatangan putra kita?" tanya Liza mengalihkan pembicaraan.

"Kau benar juga," ucap Alan setuju lalu mereka segera berjalan untuk menyambut kedatangan putra kesayang mereka dan keponakan mereka.

***

"Master, aku harus mendarat di mana? Di bawah sana banyak manusia yang menghalangi tempatku mendarat," ucap Leo bingung dan terus terbang memutari istana Western. "Terbanglah lebih dekat dengan istana. Biar aku yang bilang kepada mereka," perintah Zen datar.

"Baik, Master," ucap Leo lalu melakukan sesuai perintah Zen, dan  terbang lebih dekat di istana. Membuat penjaga istana menjadi waspada. "Turunkan senjata kalian. Itu Pangeran Zen!" teriak jendral yang memimpin di gerbang istana saat melihat sosok Zen yang berdiri di atas kepala Leo. Semua prajurit langsung mengikuti perintah dengan takjub.

Mereka saling berbisik membicarakan kedatangan pangeran mereka yang sudah lama pergi. "Berikan kami tempat untuk mendarat," ucap Zen datar kepada Jendral itu. "Baik, Yang Mulia," ucap Jendral itu yang bernama Aston Weiker.

"Semua, beri tempat untuk Yang Mulia mendarat!" ucap Aston tegas. Semua prajurit langsung membuat lingkaran besar yang bagian tengahnya kosong. Leo langsung mendarat dengan santai di tempat yang kosong itu. Semua orang langsung takjub saat melihat sosok naga yang ratusan tahun telah di anggap punah, dan kini telah ada di hadapan mereka, bersama dengan pangeran tercinta mereka yang telah lama pergi.

"Itu Pangeran Zen!"

"Pangeran!"

"Itu pangeran Raizel dan Jendral Nico!"

Semua prajurit mulai berteriak senang saat Zen dan yang lainnya turun dari pundak Leo. Setelah itu, Leo langsung berubah menjadi manusia, membuat semua orang di sana terdiam karena terlalu terkejut. 

The Legendary Princess [END]Where stories live. Discover now