Epilog

12.9K 460 31
                                    

Tiga tahun telah berlalu semenjak perperangan dengan pasukan kegelapan yang di sebut dengan perang suci. Kerajaan Western bersama kerajaan Aliansi saat ini tengah berkumpul bersama menjadi satu di Kerajaan Western, untuk menyambut hari bahagia yang akan datang satu minggu lagi.

"Rika~" panggil Bridget dengan nada menggoda yang tiba-tiba muncul bersama Sumei dan Emerda dari belakang Rika. Rika yang sedang membaca buku dengan tenang di taman kerajaan langsung terkejut saat kemunculan ketiga putri itu.

"Bridget, Putri Emerda dan Putri Sumei. Lama tidak bertemu," ucap Rika senang. "Kau terlalu kaku Rika. Panggil saja kami Sumei dan Emerda," ucap Emerda dan langsung mendapatkan anggukkan mantap dari Sumei. "Lagi pula, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah tinggal seminggu lagi pernikahanmu dengan Pangeran Zen?" tanya Bridget bingung.

Rika hanya bisa tertawa kaku menjawab pertanyaan Bridget. Minggu depan adalah hari pernikahan sang pangeran cahaya dengan sang putri legendaris, hari yang sangat di tunggu-tunggu oleh kerajaan termasuk Rika sendiri.

"Hihihi..."

"Ada apa Rika?" tanya Bridget bingung saat Rika tiba-tiba tertawa. "Oh tidak, aku hanya teringat saat Zen melamar," jelas Rika sambil tertawa kecil. Ingatan saat Zen pertama kali melamar Rika, kembali teringat dengan jelas kegugupan pangeran kerajaan cahaya itu saat menyatakan perasaannya. Membuat Rika tidak bisa melupakan betapa manisnya wajah Zen saat itu.

"Tapi, tidak di sangkah. Rika akan menikah lebih dulu. Padahal dia baru saja lulus," ucap Bridget sedih. "Anda benar, saya sendiri juga terkejut saat mendapatkan undangan dari kerajaan Western," lanjut Emerda. "Tapi, setidaknya dia menikah dengan pangeran yang menjadi idaman para putri seperti pangeran Zen," lanjut Sumei.

Seketika itu, ketiga wanita itu langsung menganggukkan kepala mereka sebagai tanda setuju. Sedangkan Rika hanya bisa tertawa kecil melihat ketiga temannya. "Tapi, bagaimana denga Anda putri Emerda? Bukankah setelah pernikahan Rika dan Pangeran Zen. Seminggu lagi akan di adakan pernikahan Anda dengan Pangeran Rai dari kerajaan Flore?" tanya Bridget menggoda.

"Eh, ahaha ... Pangeran Rai yang memintanya seperti itu. Saya hanya mengikuti keinginan pangeran," ucap Emerda dengan sedikit malu. "Sepertinya Anda akan menjadi istri dan menantu yang sangat menurut. Terutama Raja dan Ratu Flore sepertinya sangat menyukai Anda," ucap Sumei senang.

"Raja Albert Grivon Astero Flore dan Ratu Yukihime Everst Ellardo. Bukankah mereka paman dan bibi pangeran Zen? Sepertinya Anda akan bersaudara dengan pangeran Zen dan Rika," ucap Bridget. "Benar," ucap Emerda dan Rika senang.

***

"Zen!" panggil Rai saat bertemu dengan Zen di lorong. Zen langsung berbalik dan berjalan menjauh dari Rai. Rai yang bingung melihat sikap Zen langsung berlari menyusul adiknya. "Zen tunggu!" teriak Rai. Namun, bukannya berhenti, pemuda itu mala semakin berjalan dengan cepat.

"Zen tunggu!" ucap Rai yang berhasil menghentikan Zen. "Ada apa kak?" tanya Zen datar. "Kau kenapa menghindar?" tanya Rai.

"Siapa yang menghindar?" tanya Zen. "Tadi bukannya kau menghindar?" tanya Rai bingung dengan adik kesayangannya ini. "Aku tidak menghindar. Hanya lupa jika aku mau pergi ke danau," jelas Zen datar.

"Malas bertemu denganmu," gumam Zen sambil mengalihkan pandangannya tanpa terdengar Rai. "Zen sepertinya kita perlu bicara serius," ucap Rai tajam. "Silakan katakan saja kak," ucap Zen. "Aku serius. Sebenarnya apa yang terjadi denganmu saat aku tidak ada?" tanya Rai.

"Bukankah kakak sudah di beri tahu Nico?" tanya Zen. "Apa karena aku yang membunuh temanmu?" tanya Rai. "Aku sudah tidak mempermasalahkan itu lagi, karena itu memang sudah keinginan Lufe. Meskipun aku masih kesal. Tapi, itu sudah bukan masalah lagi," jawab Zen.

"Lalu, apa sebenarnya yang aku perbuat?" tanya Rai bingung. Membuat Zen menghembuskan napas pasrah. "Buku," jawab Zen datar. "Buku?" tanya Rai bingung. "Buku pemberian Lufe yang kau bakar saat akan berangkat ke medan perang. Itu yang membuatku sangat kesal hingga tidak bisa memaafkanmu," jawab Zen datar.

"Apa?!" teriak Rai terkejut. "Sepertinya aku memang salah kalau itu. Aku sungguh minta maaf Zen. Sepertinya saat aku mabuk karena pesta yang di adakan oleh Yang Mulia bersama para prajurit sebelum berangkat berperang," ucap Rai menyesal. "Ya. Kau sangat mabuk saat itu," ucap Zen datar.

Membuat Rai menghembuskan napas pasrah. Pria berambut cokelat muda itu memang salah, tidak menyangkah jika Zen membencinya karena perbuatan yang tidak terduga dan bahkan tidak ia ingat. Buku itu pasti sangat berharga bagi Zen. Itu adalah buku peninggalan sahabat satu-satunya. Namun, Rai tanpa sadar membakar buku itu saat mabuk, rasa kesalnya kepada Lufe, membuatnya bersikap tidak terkendali saat mabuk. Sungguh payah.

"Ya sudahlah. Lupakan saja kak. Buat apa juga aku selalu marah kepadamu. Aku marah pun tidak akan mengembalikan buku yang sudah menjadi debu itu. Kalau begitu aku pergi dulu," ucap Zen pasrah lalu berjalan meninggalkan Rai. Rai yang mendengar itu langsung tersenyum kecil, syukurlah jika Zen sudah tidak marah lagi kepadanya.

Mungkin sebaiknya lain kali Rai berpikir untuk tidak membuat lelucon yang kelewatan batas lagi yang bisa membuat Zen marah, atau adik kesayangannya itu akan membencinya kembali. Memikirkan hal itu saja membuat Rai hanya bisa tertawa kaku.

***

Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Pernikahan pangeran cahaya dan putri legendaris. Rika yang mengenakan gaun putih dengan mahkota putih yang menghiasi rambut kuning emasnya turun bersama Zen yang mengenakan seragam kerajaan berwarna hitam menuju Altar.

Terlukis wajah kegembiraan di antara semua orang di sana. Doa untuk kedua pasangan baru di panjatkan dan Zen mengucapkan janjinya di depan patung Dewa Das Licht. Dewa Cahaya yang melindungi dunia dari kegelapan.

Setelah mereka resmi menjadi pasangan suami istri. Zen dan Rika keluar dari Altar dengan di sambut meriah oleh penduduk kerajaan Western yang menyambut Raja dan Ratu baru mereka. "Hidup Yang Mulia Raja Zen! Hidup Yang Mulia Ratu Rika!"

Sorakan kegembiraan dengan jatuhan mawar putih yang sangat indah dari Leo dan ketiga putri yang terbang diatas istana kerajaan, membuat kebahagaian tiada tara bagi mereka semua. Kedamaian di dunia telah di capai. Apakah ini akhirnya? Atau awal dari segalanya.

Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Apapun itu, itu adalah ujian yang di berikan oleh sang pencipta untuk ciptaan-Nya. Kita hanya perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang di berikan.

-Zen-

-TAMAT-

-TAMAT-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Legendary Princess [END]Where stories live. Discover now