Bagian 32

5.2K 327 24
                                    

Devian dan Adrian memacu kuda mereka dengan sangat cepat di kegelapan malam. Membutuhkan waktu untuk menuju Hutan Musim Dingin jika mereka terlalu santai. Devian yang sedari tadi tidak tenang memimpin jalan, karena khawatir dengan keadaan putri kesayangannya. Selintas bayangan mengenai kematian Istrinya membuat pikiran Devian menjadi kosong.

"Yang Mulia!" Teriakan Adrian seakan tidak terdengar olehnya. Tiba-tiba saja Devian berhenti, dan merasakan ada sesuatu yang membuat kepalanya terasa sangat sakit, ia menatap kedua tangannya yang tiba-tiba terlumuri oleh sesuatu berwarna hitam seperti tinta.

"Apa ini?" Devian bertanya-tanya dengan bingung. Adrian turun dari kudanya, dan segera memeriksa keadaan Rajanya. "Jangan mendekat, Adrian!" Saat Adrian akan mendekat dan membuka suara untuk menanyakan keadaan Rajanya. Tiba-tiba Devian menghentikannya, membuat Adrian menjadi bingung.

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Adrian bingung. "Adrian, ini adalah kekuatan kegelapan. Sepertinya ada pasukan kegelapan di sini. Tanpa sengaja aku termakan oleh kekuatannya karena terlalu panik mencari Sumei," jelas Devian. "Saya akan--"

"Tidak perlu." Devian memotong perkataan Adrian lalu mencoba menggenggam tangannya. Sepertinya tangannya masih bisa di kendalikan. Sehingg, ini masih bisa di netralisir saat kembali ke Kerajaan. "Aku masih bisa menahannya. Hutan Musim dingin ada di depan sana. Kita harus cepat. Agar bisa segera menemukan Sumei," ucap Devian tegas.

"Baik, Yang Mulia," jawab Adrian tegas sambil membungkukkan badan dengan hormat. "Oh satu lagi. Adrian, jika aku tidak bisa menahan kegelapan ini dan hilang kendali hingga akan menyerang Sumei atau manusia tak bersalah. Aku minta kau untuk membunuhku. Ini bukan perintah dari Raja. Tapi permintaan dari seorang teman sekaligus saudara."

Devian yang mengatakan itu dengan senyum yang mengembang di bibirnya membuat Adrian yang mendengar itu sangat terkejut, tidak mungkin ia bisa melakukannya. Namun, melihat Devian yang tersenyum kepadanya membuatnya terpaksa mengikuti permintaannya. "Baiklah," jawabnya pasrah.

"Terima kasih," ucap Devian. Adrian hanya bisa terdiam menundukkan kepalanya lalu segera naik kembali ke kudanya. Mereka segera melanjutkan perjalanan untuk menemukan Sumei di Hutan Musim Dingin.

***

"Di mana ini?" Rika bertanya-tanya dengan bingung. Saat ia membuka mata, dan tiba-tiba berada di sebuah ruangan yang kosong. Seragam sekolah yang tadi masih gadis berambut cokelat muda itu gunakan juga berubah menjadi gaun putih polos selutut. Ruangan berwarna putih bersih dan sunyi. Begitu sunyi, membuat perasaannya tidak nyaman, dan ingin segera meninggalkan tempat itu.

Bukankah sebelumnya ia sedang berpesta bersama Bridget dan yang lainnya? Bagaimana ia bisa berada di sini? Apa yang terjadi? Kemana semua orang? Banyak sekali tanda tanya dalam pikiran Rika. Gadis itu menatap ke kanan dan ke kiri.

Namun, tidak menemukan apapun. Tidak. Dia tidak suka kesunyian ini, tidak ingin merasakan kesendirian seperti dulu. Rika menundukkan kepalanya dengan kedua tangan yang menutupi wajah, lalu berlutut dengan perasaan takut. "Rika." Tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing baginya.

Rika mengangkat kepalanya lalu terlihat sosok wanita berambut cokelat dengan gaun putih panjang. Membuat Rika sangat terkejut dengan air mata yang tiba-tiba keluar dengan derasnya. "Ibu." Satu kata itu terdengar dari mulut munyil Rika, dengan air mata yang tidak kunjung berhenti karena merasa sangat bahagia.

"Rika." Saat Rika akan berlari memeluk seseorang yang sangat ia rindukan. Tiba-tiba terdengar suara seorang pemuda yang sangat ia rindukan. Rika berbalik dan terkejut saat mendapati Zen sedang berdiri menatapnya.

Apa maksudnya ini? Bagaimana Zen dan Ibu bisa berada di sini? pikir Rika bingung. "Ini adalah alam bawah sadarmu, Rika Arkniska." Terdengar suara seorang wanita yang menggema di ruangan itu. Membuat Rika mengendarkan pandangannya dengan bingung.

The Legendary Princess [END]Where stories live. Discover now