Bagian 11~Kejutan

8.6K 485 8
                                    

Sinar sang rembulan telah menghilang, dan digantikan oleh sinar sang mentari. Zen baru saja selesai berganti pakaian santai untuk memulai latihannya. Pagi ini ia akan melatih kemampuan berpedangnya. Sudah satu minggu ia pergi dari kerajaannya, dan memulai perjalanannya, satu minggu juga ia belum melatih kembali kemampuan berpedangnya.

Ia mengambil pedangnya lalu berjalan keluar dari kamarnya, tanpa sengaja ia bertemu dengan Leo yang baru saja keluar dari kamarnya di sebelah kamar Zen.

"Selamat pagi, Master," sapanya ceria sambil membungkukkan badan sebentar. "Pagi," balas Zen dingin. "Apa Anda mau berlatih?" tanya Leo penasaran melihat Zen hanya mengenakan kaos hitam polos, celana hitam, sepatu hitam, dan membawa pedang.

"Ya, aku akan melatih kemampuan berpedangku," jawab Zen santai. "Bagaimana, jika saya menjadi teman berlatih Anda, Master?" tawar Leo semangat. "Baiklah, ide bagus," jawab Zen singkat.

Mereka berdua pun langsung berjalan keluar rumah untuk mulai berlatih. Zen sudah siap di posisinya lalu menarik pedangnya dengan santai. "Baik, Master. Ayo kita mulai," ucap Leo semangat lalu berlari menyerang Zen dengan cepat. Namun dengan mudahnya Zen menangkis setiap serangan yang di lancarkan oleh Leo.

Zen menangkis setiap serangan yang di lancarkan oleh Leo. Zen menebaskan pedangnya secara horizontal, dan sukses memukul mundur Leo dengan mudah.

Zen mengarahkan pedangnya tepat di leher Leo dengan tatapan yang tajam. Leo tertawa canggung sambil mengangkat kedua tangannya setinggi dada, dan berkata, "baiklah Master, saya menyerah ... Hehehe ... Bisa Anda turunkan pedangnya?"

Zen menghembuskan nafas berat lalu memasukan kembali pedangnya ke dalam sarung pedang. "Anda memang hebat dalam bertarung menggunakan pedang, Master. Saya yakin Anda akan menjadi sangat kuat jika sudah menggunakan kekuatan sihir Anda," ucap Leo senang. Membuat Zen menjadi bingung.

"Apa maksudmu? Mana mungkin aku mempunyai sihir. Aku hanya anak dari manusia biasa, jadi itu tidak mungkin," ucap Zen tidak percaya.

"Saya tahu, Anda adalah putra mahkota kerajaan Western. Yang mulia Raja Alan adalah seorang malaikat suci, dan Yang Mulia Ratu Elizabeth adalah seorang yang mendapat julukan 'Dewi Menakutkan'. Mereka berdua adalah orang yang mengakhiri perang bulan merah seratus tahun yang lalu," jelas Leo.

"Tunggu, kau bilang seratus tahun yang lalu. Itu tidak mungkin, bagaimana bisa kedua orang tuaku hidup ratusan tahun. Memang umur mereka sekarang sudah berapa tahun?" tanya Zen tidak percaya.

"Apa tidak ada yang memberitahu Anda, jika keluarga kerajaan Western adalah Immortal, saat ini yang mulia raja dan ratu berumur sekitar 300 tahun," jelas Leo santai. "APA!!" teriak Zen terkejut. "Jadi, aku juga..."

"Seorang Immortal," lanjut Leo santai. "Apa kau berkata jujur?" tanya Zen dengan tatapan penuh selidik. "Be--"

"Dia berkata jujur, Zen." Tiba-tiba saja Rai datang dan memotong jawaban Leo. "Jadi selama ini kakak tahu?" tanya Zen sambil menundukkan kepalanya. "Maaf Zen, seharusnya aku segera memberi tahumu," ucap Rai sedih. "Jadi, bagaimana caraku untuk menggunakan kekuatanku?" tanya Zen dingin.

Ia kesal. Pasti. Bagaimana bisa mereka menyembunyikan sesuatu sepenting ini darinya? Sungguh, ini membuatnya semakin kesal.

"Saat ini kekuatan Anda di segel, karena besarnya kekuatan Anda, dan takut Anda tidak bisa mengendalikannya, sehingga dapat membahayakan diri Anda dan orang lain. Maka Yang mulia Raja dan Ratu menyegel kekuatan Anda sampai umur Anda cukup untuk mengendalikan kekuatan itu," jelas Leo.

"Jadi, kapan aku cukup umur untuk mengendalikan kekuatan ini?" tanya Zen. "Saat ini juga," ucap Leo serius. Membuat Zen terkejut. "Leo adalah kunci yang bisa membuka segel kekuatanmu," jelas Rai ketika melihat raut wajah bingung Zen.

The Legendary Princess [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu