Bagian 5~Tugas

13.8K 964 10
                                    

Cahaya sang rembulan pun datang, menerangi dataran Terania. Di Kerajaan yang selalu makmur. Kerajaan Western, sedang mengadakan pesta perayaan yang cukup meria.

"Yang Mulia Raja, Ratu, dan Pangeran Western telah datang!" teriak salah satu prajurit dengan tegas lalu begitu pintu besar aula utama kerajaan Western itu terbuka. Suara terompet penyambutan berbunyi dengan kencangnya lalu muncullah keluarga kerajaan Western.

"Terima kasih. Karena kalian sudah mau datang ke acara ulang tahun Putra mahkota kerajaan Western yang kedua puluh, mari angkat gelas kalian. Kita bersulang, semoga Pangeran Zen Batelion Thron Western dapat sehat selalu," ucap sang Raja senang lalu mengangkat gelas minumannya dengan di ikuti oleh semua orang di dalam ruangan. "Bersulang," lanjutnya semangat. "Bersulang," ucap semua orang yang juga ikut senang.

***

Selama pesta berlangsung. Semua orang yang ada di dalam aula dansa merasa sangat senang. Namun, bagi seorang pria berambut hitam, bermata hijau muda, dan berseragam kebangsaannya yang berwarna hitam yang tak lain adalah Zen. Sedang berada di luar aula. Lebih tepatnya di balkon aula. Ia memandang sang rembulan yang sedang menyinari seluruh dataran Terania.

Ia merasa sangat sedih. Walaupun pesta ini di adakan untuk merayakan ulang tahunnya yang kedua puluh. Entah mengapa ia merasa sangat sedih. Apa ini karena hari terakhirnya? "Hah..." helaan nafas pasrah terdengar darinya. Setelah itu, ia memandang kearah taman belakang Istana yang terlihat dari sana dengan wajah yang sedikit melamun.

Tiba-tiba ia melihat sebuah cahaya berwarna kuning yang sedang melompat kesana kemari di atas danau belakang istana. Awalnya ia tidak memperdulikan. Namun, saat ia mulai mempertajam penglihatannya.

Betapa terkejutnya, ternyata cahaya yang meloncat kesana kemari adalah sosok seorang wanita berambut panjang yang bercahaya. Wanita itu meloncat kesana kemari di atas danau. Tidak. Ia tidak meloncat lebih tepatnya seperti ia sedang menari di atas danau yang di terangi oleh sang rembulan.

Tarian itu sangatlah indah, membuat Zen tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok wanita itu sampai sebuah tangan yang tiba-tiba menyentuh bahu Zen. Membuatnya terkejut dan langsung membalikkan badan dengan cepat.

"Kakak?" Ternyata yang menyentuh bahu Zen adalah Rai. "Ternyata kau di sini. Aku heran, kemana kau saat pesta sedang meria," ucap Rai bingung. "Memangnya sedang apa kau di sini? Kau tadi juga melihat kearah danau. Memang ada apa?" lanjut Rai penasaran lalu pindah ke samping Zen, dan memandang kearah danau dengan heran.

"Tidak ada apa-apa." Ucapan Rai berhasil membuat Zen membalikkan badan dengan cepat sambil membulatkan matanya sempurna. "Tidak mungkin, kemana perginya?" tanya Zen bingung. Membuat kakaknya juga bingung. "Kak, tadi di sana ada wanita," ucap Zen bingung sambil menunjuk kearah danau. "Benarkah? Tidak mungkin," ucap Rai sambil memandang danau dengan bingung. "Sudahlah lupakan, ayo kita masuk," ajak Zen dingin lalu berjalan meninggalkan Rai yang masih bingung menatapnya.

***

"Kau kemana saja, Zen?" tanya Liza lembut ketika melihat Zen yang sudah berjalan mendekati mereka. "Maaf, ibu. Tadi aku hanya mencari udara segar," jelas Zen dengan ekspresi dingin. "Ya sudah. Zen perkenalkan dia Elsa Fortent, seorang penyihir putih, dan sahabat ibu," jelas Liza lembut sambil memperkenalkan Elsa kepada Zen.

"Salam Yang Mulia Zen," sapa Elsa sopan sambil membungkukkan badan sedikit dengan elegan. "Salam juga untukmu, nona Elsa." Zen juga memberikan salam dan membungkukkan badan sedikit.

The Legendary Princess [END]Where stories live. Discover now