Bagian 18~Dieses Gefühl

6K 342 4
                                    

Zen baru saja masuk ke kamarnya. Ia langsung membaringkam diri di tempat tidur dengan kedua tangan yang berada di belakang kepalanya. Tiba-tiba, bayangan mengenai kejadian tadi saat di ruang latihan muncul di benaknya.

Membuat wajahnya langsung memerah. "Apa yang aku lakukan, dasar bodoh!" ucapnya menyesal lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Tapi, melihat dia sampai meneteskan air mata. Entah mengapa, membuat hatiku terasa sakit, sebenarnya ada apa?" ucapnya bingung. Ia pun tidak ingin mengambil pusing dengan keadaannya, dan memilih untuk segera menutup mata lalu terlelap.

***

"Eh, Rika. Kau baru saja dari ruang latihan?" tanya Rai terkejut saat melihat Rika yang baru saja keluar dari ruang latihan. Rika hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya pelan. "Apa kau baru saja berlatih?" lanjutnya bingung.

Sekali lagi, Rika hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya sambil terus menundukkan kepalanya. Membuat Rai semakin bingung. "Ada apa?" tanya Rai bingung.

Ia sedikit menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajah Rika yang tertutup poni rambutnya. Ia terkejut saat melihat wajah Rika yang memerah.

"Rika, apa kau baik-baik saja? Wajahmu merah sekali," tanya Rai. Membuat Rika panik. "Ti-tidak, aku baik-baik saja," jawab Rika gugup. Ia langsung berlari meninggalkan Rai yang masih diam menatapnya dengan bingung.

"Sebenarnya ada apa?" tanya Rai bingung, lalu ia berjalan memasuki ruang latihan. Untuk mulai berlatih pedang.

***

Rika masih terus berlari menuju kamarnya tanpa mempedulikan panggilan Nico. Membuat pria itu menjadi bingung menatap Rika.

Rika langsung masuk ke kamarnya. Ia kunci pintu kamarnya lalu terduduk di sana, dengan kedua tangan yang menutupi wajah.

"Jantungku tidak bisa berhenti berdetak cepat, ada apa ini?" tanyanya bingung, lalu bayangan mengenai kejadian tadi saat Zen memeluknya terlintas dalam benaknya. Membuat wajahnya semakin merah.

"Itu tadi sungguh tiba-tiba, dan bodohnya aku. Bagaimana bisa aku menangis di hadapan Zen seperti itu," ucap Rika sambil memukul-mukul kepalanya pelan.

"Tapi, pelukan yang di berikan Zen saat itu sungguh membuatku nyaman. Saat ia melepaskan pelukan itu, rasanya aku sungguh tidak ingin ia melepaskannya, aku seperti ini ia terus memelukku seperti itu," ucap Rika sambil tersenyum kecil dengan wajah yang masih memerah.

Ia berdiri lalu berjalan menuju balkon di kamarnya. Ia tatap pemandangan di hadapannya sambil menikmati hembusan angin dingin di malam hari.

Tiba-tiba ia mendengar suara pintu terbuka dari arah balkon di sebelah kamarnya. Ia langsung membulatkan mata sempurna. Saat melihat pria berambut kelam itu keluar dengan santai.

Zen. Pria yang baru saja keluar dan sedang memandangi pemandangan di hadapannya itu adalah Zen. Tanpa menyadari keberadaan Rika yang masih nenatapnya terkejut. Zen menopang dagu lalu menatap kedepan dengan sedih.

Ada apa dengannya? Kenapa dia terlihat sedih begitu? Batin Rika menatap Zen yang masih belum menyadari keberadaanya. Cukup beberapa lama ia memandangi Zen. Ia baru tersadar saat Zen akan berbalik masuk ke kamarnya. Saat itu juga, ia langsung berlutut. Ia bersembunyi dari Zen. Tapi mengapa?

Begitu ia yakin jika Zen sudah masuk ke kamarnya dan menutup pintu balkon kamarnya. Ia keluar dari tempat persembunyiannya dan menatap kamar Zen yang sudah gelap. "Sepertinya dia sudah tertidur, tapi kenapa aku bersembunyi darinya?" tanyanya bingung.

The Legendary Princess [END]Where stories live. Discover now