Bagian 9~Hutan Monster

8.6K 542 4
                                    

Di tempat yang gelap dengan cahaya yang tertutup oleh daun-daun pohon besar. Terdapat sebuah rumah kecil di tengah-tengah hutan yang terlihat sangat menakutkan itu.

Seorang pria berambut biru gelap, dan bermata kuning baru saja keluar dari rumah itu dengan membawa pedang kesayangannya. "Saatnya berburu," ucapnya santai lalu mengambil ancang-ancang, dan berlari dengan sangat cepat memasuki hutan.

***

Sekumpulan orang baru saja memasuki hutan yang terlihat sangat menakutkan, banyak sekali pohon cemara yang sangat tinggi. "Apa kita akan baik-baik saja, Rai?" tanya seorang wanita berambut coklat muda dengan khawatir kepada pria di barisan paling depan, yang tak lain adalah Rai.

"Tenanglah Rika, kita pasti baik-baik saja. Oh iya, kau berasal dari mana Rika?" tanya Rai mengalihkan pembicaraan. "Aku berasa dari desa Emstern," jelas Rika. "Emstern? Bukankah itu termasuk wilayah kerajaan Western?" tanya Nico, dan mendapatkan anggukan sekali dari Rika.

Ternyata wanita yang ikut dengan mereka adalah rakyat kerajaan Zen. Beruntungnya dia tidak mengenali pangerannya sendiri. Tapi apa benar dia tidak mengenal Zen?

Karena merasa penasaran, akhirnya Rai memutuskan untuk bertanya langsung. "Apa kau mengenali keluarga kerajaan Western?"

"Aku mengenal Raja dan Ratunya, tapi aku tidak mengenal Pangeran mahkota Western, sungguh aku adalah warga yang bodoh ya, karena tidak mengenali calon penerus pemimpin kami," ucap Rika sambil tersenyum kaku. "It--"

"Itu tidak benar," potong sebuah suara di barisan belakang, yang tak lain adalah Zen. Ketiga orang itu berhenti lalu membalikkan badan, dan menatap Zen dengan bingung. Terutama Rika yang di buat sangat bingung dengan pria berwajah dingin di hadapannya.

Sedangkan pria yang sedang di tatap itu hanya memandang ketiga orang di hadapannya sambil memasukkan kedua tangan di saku celananya. "Kau tidak bodoh. Memang benar jika pangeran kerajaan Western tidak banyak di ketahui. Karena dia sendiri tidak pernah menunjukkan jati dirinya di hadapan rakyatnya, dialah pangeran yang bodoh," jelas Zen santai seperti tidak ada beban sama sekali.

Sedangkan Rai dan Nico hanya menatap Zen dengan mata yang membulat sempurna. Bagaimana bisa dia menghina dirinya sendiri? Dan mengucapkannya seperti tidak ada beban sama sekali.

"Kita istirahat dulu, aku harus melakukan sesuatu," ucap Zen menyadarkan ketiga orang itu, dan akan berjalan meninggalkan ketiga orang itu.

Namun, dengan cepat Rai menarik tangan Zen untuk menghentikannya. "Kau mau kemana lagi?" tanya Rai penasaran. "Kita tidak mungkin berpisah di hutan ini. Itu akan sangat berbahaya," lanjutnya tegas.

"Tenanglah, kak. Aku hanya pergi sebentar, tidak akan jauh. Lagi pula aku bukan anak kecil yang seperti dulu lagi," jelas Zen santai. Membuat Rai melepaskan tangan Zen, dan membiarkan pemuda itu berjalan melewati semak-semak.

"Sudahlah, Rai. Dia benar, dia memang bukan anak kecil lagi. Jangan buat dia semakin kesal," ucap Nico sambil menepuk pundak Rai pelan lalu mengajak Rika beristirahat di bawah pohon cemara.

Kenapa dia sering pergi? Ada apa sebenarnya? Batin Rai heran lalu ia berjalan dan duduk di sebelah Nico sambil menunggu Zen kembali.

***

Seorang gadis kecil berambut merah muda yang tergerai panjang sedang menatap keluar jendela dengan kesal. "Dasar kakak, aku bukan anak kecil lagi, tapi dia selalu memperlakukanku seperti anak kecil," ucap gadis itu kesal.

The Legendary Princess [END]Where stories live. Discover now