Prolog

29.8K 2.6K 48
                                    

Kurasakan udara sejuk dari pendingin ruangan berhembus di kulitku. Aku menatap kosong ke arah atap putih ruangan tempatku berada dengan posisi berbaring.

Ini kedua kalinya aku berada diruangan putih ini. Dan lagi, kali ini mereka tak memberiku makan, minum atau pun melepaskan borgol di kedua tangan dan kakiku yang membuatku tak bisa bergerak di atas kasur. Mereka membuatku terbaring di atas kasur tanpa bisa melakukan apa pun, seakan-akan aku adalah binatang buas yang akan menerkam dan mengamuk jika mereka melepaskan borgol di tubuhku.

Ah, punggungku panas. Seluruh tubuh bagian belakangku terasa sakit dan panas. Mereka bahkan tak membiarkanku bergerak! Sialan!

Aku tak tahu sudah berapa lama aku berada di ruangan ini. Aku masih belum mengaktifkan segel di tubuhku, karea sampai saat ini aku belum melihat pergerakan mereka untuk membaca pikiran atau menjadikanku bahan eksperimen berharga mereka. Kudengar juga mereka membutuhkan kekuatanku untuk melaksanakan ritual serta menjalankan rencana busuk mereka.

Aku hanya diam tak menunjukkan emosi apa pun di wajahku, tak membiarkan mereka melihat penderitaan yang sedang kurasakan. Aku tahu mereka selalu mengawasiku lewat kamera yang terpasang di seluruh penjuru ruangan ini.

Aku lapar ...

Aku haus ...

Kepalaku sakit, seluruh sendi-sendi di tubuhku terasa pegal. Aku ingin ke kamar mandi ...

Tidak! Aku tak sudi memohon dan mengeluh pada mereka. Mereka pasti akan merasa kalau mereka telah menang jika aku melakukannya.

Tubuhku tak berhenti bergetar saat merasakan suhu ruangan itu semakin dingin.

Sial! Mereka pasti sengaja menurunkan suhu di ruangan ini untuk menyiksaku.

Ashley bilang mereka akan menyiksaku dengan berbagai cara, pasti mereka akan melakukan hal lain yang akan membuatku tersiksa lebih dari ini sebentar lagi.

"Carina ..."

Deg!

Sebuah suara yang kukenal menggema di seluruh ruangan.

Pupil mataku melebar ketika mendengar suara yang kukenal itu memanggil namaku."

"Carina, kami mencintaimu nak."

Aku kembali tercekat mendengar suaranya.

"Ti-tidak! Ini bukan dia!" teriakku menggema.

Ini suara Mama. Tak mungkin! Kedua orangtuaku telah tiada beberapa tahun yang lalu! Tak mungkin mereka masih hidup.

Ini pasti rencana Oracle untuk mengacaukan pikiranku.

Bagaimana mereka bisa tahu suara Mama? Mereka mendapatkannya dari mana?! Aku yakin salah satu dari mereka memiliki kekuatan yang mampu meniru suara orang lain. Brengsek!

Jangan terpengaruh mereka, Carina! Aku tak boleh terpengaruh sedikitpun!

"Carina ... maafkan Mama. Maafkan Mama karena tak bisa berada di sisimu lagi."

"Tidak! Ini bukan Mama!" teriakku kembali kalap.

Tubuhku semakin gemetar, pikiranku kacau.

Tes ...

Tanpa sadar aku menangis. Dengan sekuat tenaga aku memberontak berusaha melepaskan borgol di tanganku dengan melapiskan inner di kedua tanganku.

Sia-sia ... borgol itu sama sekali tak terlepas, aku bisa melihat kekuatan sihir kuat yang menyelubungi benda itu. Mereka bahkan tak membiarkanku untuk mencoba menghancurkannya.

Suara-suara lainnya terus bermunculan di dalam ruangan itu, membuat pikiranku kacau dan semakin berteriak menggila. "Hentikan, sialan! Hentikan!!"

Tidak! Jangan terpengaruh! Aku tak boleh terpengaruh! Mereka sengaja melakukannya untuk menyiksaku. Tidak, ini bukan suara Mama.

Kupejamkan kedua mataku rapat-rapat, berusaha meredam emosi serta pikiran di kepalaku. Kuhembuskan napas berkali-kali untuk menenangkan pikiranku serta meredakan isakan tangisku.

Aku bersumpah, tak akan membiarkan kalian memanfaatkan kekuatanku. Sungguh! Aku pasti akan menghancurkan kalian hingga tak bersisa!

HOLDER : Elsewhere (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang