BAB 11 - A Piece

11.2K 1.8K 50
                                    

Duk! Duk! Duk!

Arvis mengetuk pintu kamarnya berkali-kali...

"Viana, maafkan aku. Aku tak bermaksud melakukannya." Suaranya melembut dan tak menunjukkan adanya secuil pun rasa marah di nada suaranya.

Setelah sadar bahwa ia telah membentak Carina, ia buru-buru mengejar gadis itu dan meminta maaf padanya.

"Ada apa?" Tanya Ashley bertanya heran saat mendengar suara gaduh dari luar kamarnya.

Arvis menoleh menatapnya, lalu menjawabnya dengan dingin "Bukan urusanmu."

Ashley berdecih kesal, ia sudah terbiasa dengan sikap kurang ajar laki-laki itu selama dua tahun ini. Tapi tetap saja ia merasa kesal. "Kau apakan dia? Viana tak pernah mengurung dirinya di kamar kalau tak ada sesuatu yang membuatnya ketakutan."

Arvis tak langsung menjawab, ada jeda selama beberapa detik sebelum ia menjawab, "Aku tak sengaja membentaknya."

"Apa?! Kau membentaknya?!" Ashley berseru kaget. "Tentu saja ia ketakutan, kau sama sekali tak pernah melakukan hal itu padanya. Bahkan tak pernah sekali pun aku melihatmu tak tersenyum jika berada di hadapannya."

"Ada apa? Ada apa?" Sera muncul di belakang Ashley dengan rasa ingin tahunya. "Kau bertengkar dengan Carina?" Tembak Sera langsung menatap Arvis dengan tatapan menuduh.

"Dasar! Kau memang laki-laki kasar!" Sera menghakimi.

Arvis menahan emosinya dan menghela napas berat, "Jangan ikut campur, ini urusan kami."

"Memangnya siapa yang mau ikut campur? Menuduh sembarangan saja!" Balas Sera bercak kesal.

"Aku juga tak akan ikut campur. Semuanya menjadi rumit jika itu berkaitan dengan hati." Sindir Ashley tersenyum masam lalu kembali masuk ke kamarnya diikuti oleh Sera.

Kini, Arvis masih tetap berdiri dalam diam tepat di depan pintu kamar Carina. Sekali lagi, ia mengetuk pelan pintu itu dan masih juga tak ada jawaban.

Karena tak tahan lagi, akhirnya Arvis menggunakan kekuatannya untuk masuk ke kamar Carina.

Gelap.

Itulah yang pertama kali Arvis lihat di balik pintu yang tadi sempat ia ketuk selama beberapa saat.

Kejadian dua tahun lalu membuat semuanya berubah drastis. Carina telah melupakan segalanya, termasuk trauma yang dialaminya saat menemukan seluruh keluarganya yang telah terbunuh oleh Oracle. Ia yang tadinya sangat takut pada kegelapan, kini malah menggunakan kegelapan itu untuk bersembunyi.

"Viana." panggil Arvis lembut. Ia yakin Viana meringkuk di dalam selimutnya dan tak bisa melihat Arvis datang dengan kekuatannya di dalam kegelapan seperti ini.

Gadis itu bergerak sedikit di dalam selimutnya. Ia tersentak mendengar suara yang memanggilnya dan kembali memejamkan matanya rapat-rapat seraya bergelung meringkuk ketakutan pada sosok Arvis.

Ia semakin keheranan dan ketakutan saat menyadari pintu kamarnya tadi telah ia kunci rapat, dan laki-laki itu bisa masuk ke kamarnya? Lewat mana? Apakah ia punya kunci cadangan?

Entah mengapa ia seperti melihat sosok lain dari Arvis yang ia kenal baik selama ini. Ia yakin pernah bertemu sosoknya yang seperti itu di suatu tempat. Tapi, ia tak tahu kapan kejadian itu berlangsung. Atau itu hanya mimpi yang pernah singgah di tidurnya?

Potongan-potongan gambar saat Arvis menyeringai mengerikan, mengancamnya dan juga mencekiknya berkelebat di benaknya, membuatnya semakin gemetar ketakutan.

Potongan-potongan kejadian itu terus muncul bagaikan sebuah mimpi di benaknya. Ia memang sering terbangun di tengah malam saat dirinya bermimpi buruk dan aneh tentang orang-orang yang tak dikenalnya.

HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now