BAB 14 - When They Meet

11.1K 2K 98
                                    

"Sudah cukup." Arvis tiba-tiba muncul dan langsung menarik Carina agar Alvis melepaskan pelukannya.

"Eh? Arvis?" Carina menatap laki-laki yang kini berada di sampingnya dengan bingung lalu kembali menatap Alvis lagi. "D-dia siapa? Wajah kalian sama. Kalian kembar?"

Arvis tersenyum lembut, kemudian menepuk pelan kepala Carina. "Iya. Kami kembar. Namanya Alvis."

"Lalu, kenapa ia memelukku barusan?" Carina menatap Alvis penuh tanya.

"Kurasa hanya sebagai salam pertemuan." Arvis menatap saudara kembarnya lama. Mereka saling tatap hingga sebuah suara menyuruh mereka masuk ke dalam rumah kecil itu.

"Kita masuk saja dulu." Sera menginterupsi. "Kalian pasti butuh waktu untuk bicara."

Alvis tak melepaskan tatapannya dari Carina. Ia menatap datar pada tangan Arvis kini yang menggenggam tangan Carina. Hatinya panas namun ia tak berkata apa-apa dan memilih untuk mendatangi Charlie yang berdiri tak jauh dari tempat mereka.

Charlie tersenyum santai dan juga berjalan menghampiri Alvis. Mereka bersalaman khas laki-laki layaknya saudara yang sudah lama tak bertemu.

"Kau ternyata masih hidup." Alvis tersenyum kecil.

"Berkat saudara kembarmu, aku masih hidup sampai sekarang. Begitu juga dengan mereka." Charlie menatap Sera dan Ashley di sebelahnya.

"Kita harus bicara." Jiho berkata agak keras seraya menatap Carina dengan tatapan rindu. Tapi ia tak sanggup untuk menegur Carina saat tahu kalau situasinya sangat berbeda dengan apa yang selalu ia bayangkan saat bertemu dengannya selama ini.

"Masuklah, aku akan mengantar Viana ke kamarnya dulu." Arvis menekankan nada suaranya, sarat agar tak ada seorang pun yang berani memanggil gadis itu dan melibatkannya pada pembicaraan.

"Eh? Kenapa aku? Aku juga mau berkenalan dengan mereka. Mereka saudara dan temanmu kan?" Carina protes saat Arvis mulai menarik pelan lengannya.

"Kau harus istirahat. Kau lupa pesan Dokter Ed? Kau sudah terlalu lama bermain di luar hari ini. Jadi kau harus menurut padaku. Oke?" Arvis sengaja merangkul pundak Carina agar Alvis melihat aksinya, serta menunjukkan kalau gadis itu kini telah menjadi miliknya.

"Sialan!" Umpat Alvis frustasi sesaat setelah Arvis menghilang di balik tangga menuju kamar mereka yang berada di bawah tanah. "Apa sebenarnya yang terjadi?! Jelaskan padaku!" Nada suaranya mulai meninggi, lalu ia menatap Charlie dengan ekspresi memohon.

Charlie menghela napas panjang, "Ceritanya sangat panjang... meskipun begitu, biar aku jelaskan dengan singkat."

"Tunggu." Milo tiba-tiba berbicara menghentikan Charlie.

"Ada apa?!" Alvis menatapnya kesal.

"Eh? Ku-cing?!" Sera berjengit kaget menatap Milo yang berbicara.

"Kau terkejut dengan hal sepele seperti ini? Bukankah sudah biasa kalau ada hewan yang berbicara mengingat kita tinggal di lingkungan para Holder?" Tanya Ashley dengan bingung, berpikir bahwa reaksi Sera sangat aneh, padahal kekuatan para Holder itu sendiri tak masuk akal dan patut dimasukkan sebagai salah satu keajaiban dunia.

"Itu tak biasa!" Seru Brian, Charlie serta Sera bersamaan.

"O-ok, tak usah marah-marah begitu. Kukira itu hal biasa?" Ashley meringis pelan.

"Kau bukan Holder." Milo berhenti tepat di depan Ashley.

Ashley tersenyum mengangkat kedua alisnya lalu berjongkok untuk memperkecil jarak antara dirinya dan Milo. "Benar, aku memang bukan Holder. Aku hanya manusia biasa."

HOLDER : Elsewhere (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang