BAB 20 - NAMA

4.7K 827 54
                                    

Hollaaa pemirsah!

Setelah setaun berlalu saya bakal lanjutin cerita ini wkwk.  Saya nggak bakal open PO lagi. Cuma sekali cetak doang hehe...

Maaf untuk yang selama ini merasa digantungin karena saya berenti melanjutkan cerita ini karena saya memutuskan untuk SP (Self Publish). Dan terimakasih untuk yang sudah membeli karya saya yang gak seberapa ini :')

***

"Dari mana saja kau?" tanya Alvis saat melihat Milo yang tiba-tiba muncul dari jendela ruangan tempat Carina dirawat.

"Ada kabar buruk!" Milo lalu menatap ke satu arah yaitu tepat ke arah Arvis yang juga kini mendengar pembicaraan mereka. Dengan cepat Milo langsung membuat perisai di ruangan itu.

"Apa aku juga boleh mendengarnya?" Arvis terkejut saat Milo memasukkan dirinya juga di dalam perisai yang ia buat.

Milo mengabaikan pertanyaan itu dan langsung kembali berbicara, "Kabar ini benar-benar buruk."

"Apa? Oracle menunjukkan dirinya?"

"Lebih buruk. Dua dari lima master kini telah mati. Oracle membunuh mereka."

Deg!

"Si-siapa?" Alvis tergagap, jantungnya berdegub kencang mengetahui kabar itu. Ia mengkhawatirkan ayah angkatnya, Master Will.

"Master Zacker dan Lilianne. Mereka berdua tewas mengenaskan dengan tubuh yang dipaku ke dinding di kediaman mereka masing masing."

"A-apa?!" Alvis semakin membulatkan matanya, tak percaya atas berita yang baru saja didengarnya.

"Mereka benar-benar bergerak." Gumam Arvis gelisah lalu menatap Carina.

"Tenanglah, untuk saat ini pulau ini benar-benar aman. Mereka tak mungkin masuk ke pulau ini dengan perisai yang kami buat."

"Untuk saat ini? Apa maksudmu? Itu artinya hanya sementara kan?!" seru Alvis bingung.

Milo tak menjawabnya melainkan melompat ke tempat Carina, "Kita membutuhkan kekuatan Carina."

"Kau belum menjawab pertanyaanku!" seru Alvis kesal.

"Apa sesuatu terjadi?" tanya Arvis mulai curiga melihat tingkah Milo, "Sesuatu telah terjadi kan? Apa yang telah di lakukan Oracle?"

"Mephisto. Kalian tahu Mephisto?"

"Mephisto? Bukankah itu nama penyihir yang terkenal dengan kekejamannya yang membantai penyihir lainnya beberapa abad yang lalu?" Alvis kembali mengingat-ingat buku sejarah sihir yang perah ia baca dulu.

"Benar. Kalian tahu kan kami para roh hutan kabut juga sudah ada di dunia ini jauh sebelum kalian lahir. Kami bahkan telah ada saat para penyihir mulai menghuni pulau ini dan membuat kami sengaja bersembunyi di hutan kabut."

"Lalu, apa hubungannya dengan Mephisto?" Arvis bertanya curiga.

"Mephisto pernah ke pulau ini. Ia membantai hampir separuh penyihir yang ada di pulau ini demi menjadi penyihir hitam terkuat. Dengan membunuh penyihir-penyihir itu dan meminum darah mereka, ia menjadi tak terkalahkan."

"Lalu, bagaimana ia bisa mati?" tanya Alvis penasaran.

"Kau tahu dari mana kalau ia mati?" Milo menatapnya tajam. "Rumor?"

Alvis menggeleng, "Itu tertulis dibuku."

"Jangan percaya pada buku. Tak semua yang tertulis di buku berisi kebenaran."

"Maksudmu apa? Jangan bertele-tele katakan saja intinya, kucing." Arvis menatap Milo kesal.

"Aku bukan kucing, sialan!"

HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now