BAB 8 - Finding Her

14.5K 2.1K 386
                                    

"Bagaimana? Kau menemukan Carina?!" Jiho langsung bertanya pada Alvis saat mereka telah berhasil menyergap semua penjaga yang bekerja di markas Oracle itu.

Alvis terdiam dan tak menjawab pertanyaan Jiho melainkan mengusap wajahnya dengan kasar.

"Ia pernah berada di sini beberapa saat yang lalu." Milo mengendus-endus bau milik Carina yang bisa tercium oleh alat indra penciumannya.

"Mereka bilang Carina terjatuh dari lantai atas, itu darah miliknya." Alvis akhirnya membuka suara dan menunjuk ke arah bekas genangan darah di tanah yang telah mengering.

"Apa?! Lalu bagaimana bisa kau tak menemukannya?" Jiho kembali panik.

"Mana aku tahu! Aku telah memeriksa seluruh ruangan dan tak menemukannya! Sera dan Charlie juga menghilang!" bentak Alvis naik pitam karena Jiho yang terus menerus bertanya padanya.

"Hey, tenanglah. Jangan bertengkar begitu." Simon yang melihat pertengkaran mereka langsung menghampiri dan menengahi. "Dari pada kalian berdebat, kalian harus melihat hal yang kami temukan di ruang bawah tanah."

Perhatian mereka teralih pada suara jeritan yang mereka kenal, Jane yang baru saja keluar dari ruang bawah tanah terus berteriak histeris dan menangis.

"Aku tak mau melihatnya lagi! Mereka monster!" seru Jane seraya memeluk erat tubuh Zeno yang juga tengah merengkuhnya.

"Shhht, tenang Jane. Aku janji tak akan membiarkanmu melihat makhluk itu lagi." Zeno menepuk-nepuk pelan kepala Jane.

"Ada apa?" Jiho langsung menghampiri mereka.

"Ikut aku agar aku tak perlu menjelaskannya lagi pada kalian." Simon mulai berjalan memimpin Alvis, Jiho dan Milo di depan menuju ruangan bawah tanah yang mereka maksud.

Jiho merinding saat ia mendengar lolongan dan teriakan aneh saat menuruni tangga gelap menuju ruangan tersebut, ia terus mengira-ngira makhluk apa yang berada di balik ruangan pintu besi di hadapannya ini. Apakah itu sejenis anjing berkepala tiga? Atau manusia serigala? Atau bahkan lebih buruk dari itu ...

"Demi umurku yang tersisa! Makhluk apa mereka ini?!" seru Jiho tertahan seraya menatap makhluk-makhluk di balik jeruji besi yang kini menatapnya seperti mangsa.

"Apa ini sebenarnya?" gumam Alvis membuka pupil matanya lebar-lebar saat melihat para makhluk mengerikan yang belum pernah ia lihat seumur hidupnya itu.

Milo melangkah maju, mendekat ke arah jeruji besi tempat makhluk-makhluk itu ditahan, membuat Alvis, Jiho dan Simon menatapnya gugup. Mereka takut kalau Milo akan di terkam langsung oleh makhluk-makhluk itu dalam wujud kucingnya saat ini.

"Mereka manusia." Milo terus berjalan sampai ke ujung sel, menatap satu persatu makhluk tersebut. "Kami menyebutnya dengan Ghoul."

"Ghoul?!" seru Jiho tertahan, "Inikah makhluk yang dimaksud oleh bait ke dua puisi itu?"

"Benar." Milo menjawab cepat,

"Puisi apa?" Alvis menatap Jiho heran.

"Kurasa kau harus mengetahuinya sendiri dari Carina. Aku tak berhak melakukannya."

"Kenapa masih ada Ghoul di jaman seperti ini?" ucap Milo masih tak percaya. "Ghoul telah lama punah bahkan sebelum Solena lahir."

"Tadi, kau bilang mereka manusia?" tanya Alvis tak mengerti.

"Mereka tadinya memang manusia." Jawab Simon menggantikan Milo, "Aku pernah membacanya tentang makhluk ini dulu, jika Ghoul awalnya adalah seorang manusia yang kemudian berubah menjadi sosok monster atas balasannya karena mereka menggunakan sihir terlarang. Dulu, para penyihir yang tak memiliki fisik dan mental yang kuat akan langsung berubah menjadi Ghoul saat mereka melakukan ritual sihir terlarang. Apakah aku benar?" tanya Simon tak yakin dengan penjelasannya sendiri pada Milo.

HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now