BAB 25 - Ramalan Kuno

4.4K 811 29
                                    

Dengan tergesa-gesa Carina kembali mengambil kantung hitam dan segulung peta polos yang berada di dalam peti. "Peta ini kosong. Tak ada petunjuk apa pun."

"Lalu, bagaimana dengan emas? Apakah tak ada benda berwarna emas atau semacamnya di dalam peti?" tanya Jiho penasaran.

Carina menggeleng lemah, "Tidak ada."

"Dua belas kunci? Apa maksudnya? Aku sama sekali tak mengerti." Gumam Carina seraya membolak-balik kantung hitam yang bertuliskan angka romawi dua belas. Dan sesaat kemudian ia meremas kantung tersebut, dan kembali kecewa saat menyadari tak ada apa-apa di sana.

"Jadi, apa gunanya kantung itu? Apakah itu kantung ajaib atau semacamnya?" tebak Jiho dengan pikiran konyolnya, "Mungkin saja itu kantung ajaib seperti yang dimiliki Doraemon kan? Dari luar memang terlihat seperti tak ada apa-apa, tapi mungkin ada sesuatu saat kau membukanya."

"Jangan bercanda Jiho! Itu sama sekali tak lucu!" sungut Carina dengan wajah kesal.

"Mungkin saja!" seru Alvis tiba-tiba. "Jiho ada benarnya. Kenapa kau tidak mecoba membukanya saja?" usul Alvis yang langsung membuat Carina berpikir kalau laki-laki itu juga sudah terkontaminasi oleh pikiran aneh Jiho.

Carina memutar bola matanya dengan lelah, enggan menerima usulan dari kedua orang aneh itu. Tapi, akhirnya ia tetap mencobanya juga. Perlahan Carina mulau membuka ikatan tali putih yang melingkari kantung itu dengan erat. Lalu ia membuka kantung itu lebar-lebar dan...

Sring!

Seberkas cahaya terang muncul dari dalam kantung tersebut membuat Carina yang terlonjak kaget langsung menjatuhkan kantung yang tadinya ia pegang. Tak hanya itu, ia juga ikut terjatuh di tanah.

"A-apa itu?!" seru Carina beringsut mundur.

"Carina! Kau baik-baik saja?" Alvis yang pertama berlari menghampirinya, disusul dengan Arvis dan Jiho.

"Lihat itu!" seru Milo takjub.

"Ada sesuatu yang keluar dari kantung itu!" susul Hugo masih menatap cahaya menyilaukan tersebut dengan mata terbuka lebar.

"B-batu?" Jiho menatap beberapa batu berkilauan dengan cahaya beragam warna keluar dan melayang tinggi dari kantung tersebut.

Wush!

Beberapa batu berkilau yang melayang di udara itu tiba-tiba saja melesat terbang ke berbagai arah yang membuat semua orang kebingungan seketika.

"Apa itu tadi?" gumam Arvis masih tak percaya.

"Tunggu! Lihatlah ke atas kepala kalian." Seru Milo dengan suara melengkingnya.

"Ke-kenapa ini berhenti di atas kepalaku?" Jiho menatap batu berwarna merah delima yang melayang tepat di atas kepalanya.

"Batu biru ini juga terus mengikutiku!" seru Carina masih berlari kecil menghindari batu biru yang melayang di atas kepalanya. Ia takut kalau batu yang ukurannya tak lebih besar dari ibu jarinya itu menimpah kepalanya.

"He-hey! Kalian kenapa santai sekali sih!" Jiho menatap heran pada Alvis dan Arvis yang malah menatap sebuah batu bulat berkilauan seperti mutiara di atas kepala mereka.

"Batunya tadi... membelah diri." gumam Arvis takjub.

"Seperti kekuatan kloning milik Samuel saja." Ucap Alvis masih mengagumi benda itu.

"Hey! Milo, Nirmala, Hugo, Leeva! Kalian jangan diam saja. Ada apa dengan batu-batu bercahaya ini? Kalian pasti tahu sesuatu!" teriak Carina frustasi.

"Nirmala, bukankah batu-batu itu adalah..." Milo masih diam di tempat seraya menatap satu persatu batu yang ada di atas kepala mereka.

"Dugaanmu tepat Milo. Itu adalah Magic Stones!" Nirmala tersenyum lebar menatap rekannya. "Itu batu sihir yang selama ini dicari-cari oleh para penyihir dari abad ke abad."

HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now