BAB 7 - Penyerangan

12.2K 1.9K 75
                                    

"Terus serang! Jangan biarkan perisai ini beregenerasi lagi, hancurkan dengan kekuatan kalian!" teriak Alvis memimpin di barisan depan.

Mereka telah melakukan hal yang sama selama lebih dari satu jam, terus-menerus menyerang ntuk menghancurkan satu persatu lapisan perisai yang melindungi markas Oracle tersebut.

"Bagaimana?" tanya Jiho pada Milo yang kini berada di pundaknya seraya berkonsentrasi untuk merasakan keberadaan Carina di tempat itu.

"Tak bisa. Aku tak bisa merasakannya dari sini, portal dengan tebal berlapis-lapis ini menahan kekuatanku. Bahkan kalian saja butuh waktu hampir setengah jam untuk menghancurkan satu lapisannya."

Milo benar, selama lebih dari satu jam ini, mereka baru berhasil mengahancurkan tiga lapisan dari total tujuh lapisan. Padahal mereka telah mengerahkan lebih dari tiga ratus holder untuk melakukannya. Oracle memang tak main-main membangun markas di tempat ini.

"Tak bisa kah kau membantu mereka?" tanya Jiho semakin gelisah.

"Sudah kubilang berkali-kali, aku tak cukup kuat untuk melakukannya karena aku tak berada di pulau saat ini. Kau sendiri sudah tahu kalau pusat kekuatan kami adalah hutan kabut itu sendiri, kenapa masih menanyakan hal-hal yang telah kau ketahui sih? Dasar bodoh!"

Jiho menghela napas berat mendengar omelan Milo. Ia memang mengetahui itu semua, tapi tetap saja ia tak bisa berhenti untuk berharap dan bertanya. Bahkan kalau saja perisai itu tak ada, mungkin Alvis telah berhasil teleport ke bangunan itu untuk mencari Carina dalam sekejab.

***

Entah bagaimana ia bisa terbangun di sebuah ruangan asing yang tak pernah ia masuki sebelumnya. Tanpa sengaja ia melihat sebuah figura dengan foto yang terpajang. Ia mengenali dua wajah yang identik itu tengah tersenyum bersama ke arah kamera. Saat itu juga ia menyadari bahwa kamar tempatnya berada kini milik salah seorang dari mereka.

Setelah mengetahui hal itu ia bergegas keluar dari tempat itu untuk mencari jalan keluar atau setidaknya tempat aman untuk dirinya bersembunyi. Tapi ia begitu sial, begitu ia keluar dari ruangan tersebut beberapa penjaga melihat dirinya dan ia langsung menjadi target mereka saat itu juga.

Carina terus berlari ke depan seraya sesekali menoleh ke belakang, yaitu tepat ke arah para penjaga yang mengejarnya. Kemudian ia tiba-tiba saja berhenti berlari karena menemukan jalan buntu. Perlahan ia mengintip ke bawah dan sadar bahwa ia sekarang berada di lantai tiga.

"Jangan mendekat! Atau aku akan lompat!" teriaknya histeris. Ia terdiam sesaat lalu menyadari sesuatu ketika melihat para penjaga berpakaian hitam yang kini tengah mengepungnya, sementara ia berada di ujung tanduk.

Ia harus memilih antara terjun bebas ke bawah dan mungkin akan berakhir mati. Kalau pun ia tak mati, mungkin ia akan patah tulang dan gegar otak. Dan pilihan kedua, menyerah dan kembali tertangkap.

Ini sama persis seperti yang diceritakan Jane sebelumnya. Jane bilang ia dikejar-kejar oleh orang yang berpakaian hitam-hitam, sementara dirinya memakai baju serba putih, persis seperti saat ini. Lalu hal yang kemudian terjadi adalah ia berada di lantai paling atas yaitu lantai tiga dan kemudian terjatuh dari sana. Ia ingat sekali bahwa Jane tidak menyebutkan hal apa pun tentang kematian, yang artinya jika ia sekarang melompat ia tak akan mati.

Tapi ... apa untungnya ia melompat sekarang? Ia pasti akan sekarat dan terluka parah jika ia melompat saat ini dan mereka akan menangkap kembali dirinya sekalipun ia dalam keadaan sekarat. Jika ia menyerah sekarang, ia juga akan kembali ke dalam ruangan isolasi. Semuanya sama saja, baik melompat atau pun tidak, ia akan berkhir kembali di tangan Oracle!

"Menyerahlah! Kau tak akan bisa kemana-mana." Teriak salah satu penjaga di hadapannya.

Carina menggeleng cepat, terus berpikir hal terbaik apa yang harus ia lakukan saat ini. Perlahan ia mundur hingga batas ujung hingga ia merasakan pembatas balkon menempel tepat di bagian belakang bawah pinggulnya.

HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now