BAB 1 - Penjara

17.4K 2.3K 160
                                    

Mereka telah kembali memindahkan Carina dari ruang isolasi ke ruang biasa yang ia tempati sebelumnya.

Selama berhari-hari berada di ruang isolasi, ia tetap terjaga setiap saat, tak membiarkan dirinya lengah sedikit pun. Ia tak ingin mereka memanfaatkan dirinya selagi ia lengah.

Setelah kembali ke ruangannya, Carina akhirnya dapat bebas dan bergerak normal lagi, meskipun pergelangan tangan dan kakinya penuh luka dan memar karena ia yang berusaha memberontak sebelumnya.

Kini ia berpikir untuk harus lebih berhati-hti dan menjaga emosinya ketika berhadapan dengan mereka. Emosinya yang meledak-ledak dapat membahayakan dirinya sendiri, karena itu ia berusaha untuk mengendalikannya mulai sekarang.

Saat jam makan siang, dirinya menjadi sorotan para tahanan lainnya. Carina menyebut dirinya sendiri dan yang lainnya sebegai tahanan, karena mereka hidup terkekang layaknya di penjara.

Ashley tersenyum saat mendapati Carina keluar dari kamarnya. "Syukurlah, kau baik-baik saja."

"Aku tak baik-baik saja." bantahnya cepat seraya menunjukkan luka di kedua pergelangan tangannya.

Ashley meringis melihat luka di pergelangan tangan Carina yang seperti di sayat pisau berkali-kali yang belum sepenuhnya kering. "Kenapa kau masih saja memberontak sih setelah di dalam sana. Kau termasuk beruntung karena bisa bertahan di sana."

Carina tersenyum miring, "Tentu saja, mereka tak akan membuatku terluka parah. Mereka masih membutuhkanku."

Carina dan Ashley berjalan berdampingan ke arah kantin seraya mengobrol layaknya teman yang sudah lama tak bertemu, "Kau keras kepala sekali sih. Lain kali jangan bertindak tiba-tiba, kau harus mengesampingkan emosimu jika ingin bertahan."

"Aku tak hanya ingin bertahan, aku ingin melawan, kau kira aku tipe orang yang hanya akan diam saat di tindas?"

Ashley menghela napas, "Kau ini ... sebenarnya terlalu nekat atau bodoh sih?"

Carina tersenyum dan menoleh ke arah Ashley, "Mungkin dua-duanya?"

Mereka memasuki kantin dan mengambil jatah makanan mereka dalam diam, lalu duduk tenang dan berdampingan di salah satu meja.

Ashley berbisik pelan, "Karena aksi nekatmu kemarin, beberapa orang mencoba memberontak sepertimu. Sepertinya kau telah menyulut api."

Carina terdiam mendengar bisikan Ashley, ia tak menyangka kalau apa yang dilakukannya mempengaruhi orang lain, "Lalu, apa yang terjadi pada mereka?"

"Sama sepertimu, mereka masuk ke ruang isolasi." jawab seseorang yang baru saja datang dan ikut bergabung di meja tempat mereka duduk.

Deg!

Carina menoleh cepat saat mengenali suara seseorang yang dikenalnya.

"Aku tak menyangka kita akan bertemu di tempat seperti ini. Padahal kau adalah mentorku sebelumnya," kata gadis yang baru saja duduk tepat di hadapan Carina yang tak lain adalah Sera.

"S-sera." Carina tergagap, ia sangat terkejut ketika melihat penampilan Sera yang duduk di hadapannya.

Wajahnya sangat tirus dan pucat, matanya sembab, rambut ikal coklatnya berantakan dan tak terurus. Wajah cantiknya kini berubah seratus delapan puluh derajat menjadi suram dan terlihat seperti orang depresi.

"Apakah aku sebegitu menyedihkannya sehingga kau terus menatapku?" tanya gadis itu tersenyum sedih.

Tes ...

Air mata Carina mengalir seketika membuat Ashley, Sera dan seseorang lagi yang duduk dengan mereka menatapnya panik.

"He-hey ..." Ashley menyentuh pelan lengannya.

HOLDER : Elsewhere (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang