Bab 37 - The Last Key

3K 589 12
                                    

"Astaga! Carina! Lukamu..." Ashley panik ketika Carina kembali ke dalam hutan dengan luka yang cukup lebar di lengannya. "Aku akan mengoba—"

"Biar aku saja." Potong Alvis cepat seraya merebut kotak perlengkapan obat dari tangan Ashley. "Ashley, bisakah kau memberikan kami waktu untuk berdua?" pinta Alvis padanya.

Ashley sontak saja langsung mengangguk, "Ah iya. Silahkan saja."

Setelah Ashley pergi Alvis kembali memandang Carina yang hanya diam melamun. Ia bahkan sama sekali tat terusik ketika mendengar keributan dan jeritan para Holder yang terluka. Hutan kabut yang dulunya penuh dengan misteri, dan tak ada seorang pun berani memasukinya kini berubah menjadi tempat tinggal semua Holder yang ada di pulau.Ratusan tenda sengaja dibangun untuk tempat tinggal mereka, dan saat ini tenda-tenda itu dipakai oleh ratusan orang untuk mereka yang terluka karena peperangan dengan Oracle. Padahal perang itu baru saja terjadi sekitar satu jam yang lalu, tetapi korban luka-luka sangat banyak. Belum lagi mereka yang kehilangan nyawa mereka...

"Kumohon jangan lakukan itu lagi." Ucap Alvis pelan seraya mengobati lengan Carina.

"Rasanya aku... seperti telah kehilangan diriku. Entahlah, saat aku melihatnya tersiksa aku merasa senang, dadaku berdegub kencang, ada perasaan bahagia dan lega saat aku melakukannya." Balas Carina dengan suara parau, iakembali menghapus air matanya yang mengalir. "Aku takut, ini seperti bukan diriku lagi."

"Tidak." Alvis mengambil dan menggenggam tangannya, "Jangan takut, kau tetaplah kau. Kalau memang benar kau berubah, aku sendiri yang akan menghentikanmu. Aku janji."

Alvis mengusap kepalanya pelan seraya mengatakan kata-kata yang bisa menenangkannya, "Semuanya akan baik-baik saja. Aku yakin itu."

***

"Mephisto berusaha kembali menghancurkan perisai yang dibuat oleh para roh suci milik Carina. Kita harus bagaimana?" tanya Master Roodie pada ke empat Master lainnya.

"Kita tak bisa menang melawannya kalau soal kekuatan sihir. Tapi, kami bisa menghentikannya dengan menyegelnya." Ujar Arvis memberitahu.

Master Roodie menatap Arvis tak percaya, "Caranya?"

"Magic Stones."

"Apa maksudmu? Kau bercanda? Magic stones itu hanya dongeng belaka. Kau percaya pada benda-benda tak nyata itu? Bodoh sekali."

"Magic Stones itu nyata. Mereka yang tak percayalah yang bodoh." Sindir Alvis menatapnya tajam lalu mengucapkan nama batu miliknya, "Pearl Moonstone."

"Apa?!" Master Roodie naik pitam, ia mengepalkan kedua tangannya menahan emosi yang membuncah di dadanya.

Sebuah batu permata mutiara putih kini melayang keluar dari tangan kanan Alvis. "Kau lihat, ini yang namanya Magic Stones. Jumlah seluruhnya ada dua belas. Tapi saat ini kami baru mengumpulkan sepuluhnya. Kami masih butuh dua orang pemegang Magic Stones lainnya untuk menyegel iblis itu."

"Jadi kau salah satu pemilik Magic Stones?" tanya Master Anne takjub.

"Tak hanya aku, tapi Arvis, Carina, Jiho dan Joshua juga."

"Astaga?! Yang benar? Sampai Josh juga? Pantas saja ia meminta izin pada Master Will untuk cuti dari Catedral." Master Anne lagi-lagi menunjukkan reaksi berlebihan

***

"Carina! Kami membutuhkan kekuatanmu untuk berada bersama kami melawan Mephisto di garis depan." Pinta Nirmala dengan cemas, padahal saat ini ia, Milo, Hugo, Leeva, Shiro hingga Banshee juga sedang menahannya agar Mephisto tak bisa masuk ke dalam hutan kabut.

"Bahkan dengan kekuatan kalian para roh suci saja tak kuat melawannya?" tanya Carina tak percaya.

"Kami masih bisa menahannya, hanya saja kami tak bisa berbalik melawannya. Kami hanya bisa bertahan selama ini."

HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now