Bab 38 - Golden Sword

3K 614 46
                                    

"I-itu Mephisto?" tanya Jiho tergagap.

"Bahkan setelah melawan lima roh suci, serta tiga roh biasa saja ia tak terlihat terpojok sama sekali." Gumam Arvis dengan nada khawatir.

"Nirmala akan membantu kita. Karena dialah yang dulu pernah menyegel Mephisto bersama para Druid lainnya di masa lalu." Carina mulai berjalan ke arah tempat Mephisto berada.

"Lalu bagaimana dengan emas yang dimaksud di dalam ramalan kuno itu?" tanya Joshua menghentikan langkah Carina.

"Ah benar juga. Kita melupakan yang satu itu." Arvis menoleh menatap Carina, berharap gadis itu tahu sesuatu.

"Aku tidak tahu." Jawab Carina langsung.

"Emas?" gumam Jiho mengingat sesuatu.

Alvis menatap Jiho saat mendengar gumamannya, "Apa? Kau tahu sesuatu?"

"Aku tak yakin sih, tapi Milo waktu itu memberiku ini." Jiho mengeluarkan sebuah peluit emas yang ia gantung sebagai kalung di balik bajunya. "Milo bilang aku bisa menggunakan benda ini untuk memanggil dirinya, tapi aku sama sekali tak pernah menggunakannya. Namanya Golden Whistle."

Sring!

Golden Whistle itu tiba-tiba saja bercahaya emas menyilaukan membuat Carina langsung berpikir untuk mencobas sesuatu, yaitu mengeluarkan batu zodiak miliknya. Yang terjadi selanjutnya adalah batu itu ikut bersinar terang seperti benda tersebut, tapi yang berbeda adalah sinar batu permata Blue Topaz miliknya kini mengarah pada Golden Whistle yang di pegang oleh Jiho.

Kemudian satu persatu dari kesebelas orang itu mulai megikuti apa yang dilakukan oleh Carina, kini semua batu zodiak telah mengarahkan cahayanya pada Golden Whistle. Tanpa diduga-duga cahaya yang menjadi satu tersebut berubah menjadi seberkas cahaya yang sangat menyilaukan selama beberapa saat, sehingga membuat semua orang berseru terkejut dan menutup mata mereka yang tak sanggup untuk terbuka karena terkena cahaya itu.

"Apa-apaan ini?" seru Jessie panik saat ia tak bisa melihat apa pun.

Setelah cahaya itu perlhan menghilang barulah mereka berusaha kembali mencari athu apa yang terjadi. Perhatian mereka kini terfokus pada sebuah benda yang berada di hadapan Jiho.

"A-apa ini?" Jiho mendekat pada sebuah sebuah pedang emas yang kini menancap tepat di hadapannya. "Pedang emas?"

Carina langsung mengerti dengan apa yang terjadi selanjutnya, "Jadi, benda ini yang dimaksud dengan emas dalam ramalan kuno itu."

"Eh? Lalu, bagaimana dengan batu milik kita?" tanya Ram panik ketika ia tak menemukan apa pun di sekitar pedang yang masih tertancap di tanah tersebut.

"Di atas kepalamu Ram." Tegur Arvis memberitahu, "Batu itu langsung kembali melayang kepada pemiliknya sesaat setelah cahaya misterius itu menghilang."

"Pedang emas? Untuk apa?" gumam Alvis tak mengerti.

"Apa lagi? Pasti untuk melawan Mephisto. Bukankah ramalan itu ada memang untuk menghentikannya?" jawab Carina lalu menatap ke arah Mephisto yang kini tengah disibukkan dengan pertarungannya melawan para roh.

"Tunggu apa lagi! Ayo." Ajak Arvis mulai membuka portal untuk tiba di tempat para roh yang berjarak tak sampai dua puluh meter dari tempat mereka berada.

"Tunggu! Bagaimana dengan pedang ini?" Jiho menatap benda itu dengan bingung.

"Tentu saja kau yang harus menggunakannya." Carina menatapnya datar, "Milo memberikan benda itu padamu, ia pasti punya alasan sendiri untuk memberikan benda itu padamu."

"T-tapi aku tak bisa menggunakan pedang!" protesnya tak mau.

"Terserah! Yang jelas, kau yang harus menggunakannya." Balas Alvis tak mau tahu.

HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now