BAB 10 - Kebenaran

11.3K 2K 112
                                    

"Ini sudah dua tahun, Arvis. Sampai kapan kau akan memberitahu Carina yang sebenarnya?" tanya Dokter Ed ketika Arvis datang menemuinya.

Arvis terdiam, ia tak pernah langsung menjawab ketika seseorang menanyakannya hal ini.

"Apa alasanmu sebenarnya menahan Carina di sisimu? Bagaimana jika ingatannya tiba-tiba kembali? Ia pasti akan membencimu."

"Ia tak akan membenciku, aku yang telah menyelamatkannya dua tahun yang lalu, Dokter lupa?"

"Tapi ia akan membencimu karena kau tidak memberitahu yang sebenarnya tentang jati dirinya, dan juga masa lalunya."

"Belum saatnya." Arvis akhirnya menjawab, "Aku belum siap. Aku tak ingin melihatnya kembali mengingat masa-masa sulitnya dulu, mengingat traumanya di masa lalu dan mengingat semua hal menyakitkan yang ia lalui dulu."

"Kau menyukainya?" Tanya Dokter Ed lagi, "Atau kau hanya..."

"Sudah kubilang ini tak ada hubungannya dengan Alvis!" Potongnya cepat. "Awalnya memang karena Alvis. Dulu aku hanya penasaran pada gadis itu, karena mampu mengubah Alvis. Aku sangat tahu adikku selalu lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang orang lain, tapi semenjak ia menjadi mentor Carina, ia mulai berubah."

"Lalu?" Dokter Ed menunggu apa yang akan dikatakan Arvis selanjutnya.

"Aku selalu mengawasi Alvis. Tapi semenjak hari dimana ia menjadi mentor, aku selalu menemukan gadis itu di dekatnya."

"Dan perhatianmu pada Alvis teralih ke gadis itu?" Tebak Dokter Ed yang langsung di balas dengan anggukan kecil oleh Arvis.

"Sekarang, apa yang harus kulakukan? Sepertinya kami menyukai gadis yang sama." Tanyanya bimbang.

"Pertama-tama, kau harus meluruskan semua kesalahpahaman yang kau buat terlebih dahulu. Kau harus menemui Alvis."

"Maksudmu? Aku harus memberitahunya mengapa aku tiba-tiba pergi dari pulau itu empat tahun yang lalu?"

Dokter Ed tersenyum mengangguk, "Tentu. Dengan begitu, hubunganmu dengannya akan kembali normal. Kau mau terus-terusan dibenci oleh saudaramu sendiri dan juga teman-temanmu di pulau?"

"Ti-tidak. Aku tak ingin memberitahunya soal itu. Memalukan sekali jika harus mengakui bahwa aku pergi dari pulau itu demi dirinya." Arvis tergagap lalu berdeham pelan.

"Memangnya kenapa? Kenapa harus malu? Aku yakin ia akan tersentuh oleh perlakuanmu yang mengorbankan diri sendiri demi dirinya."

Arvis terekeh pelan, "Tersentuh apanya? Aku yakin ia pasti akan langsung menghajarku."

"Kau terlihat seperti orang yang berbeda jika itu menyangkut Alvis dan Carina."

"Mereka berdua adalah orang yang paling berharga dalam hidupku."

Dokter Ed kembali menatap Arvis dengan serius, "Lalu apa yang akan kau lakukan? Kau akan terus menyembunyikan keberadaan Carina dari Alvis?"

"Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Aku yakin Oracle saat ini tengah mencari-cari kami. Kami harus lebih berhati-hati menyembunyikan diri."

***

Alvis menatap kosong pada rubik mini di hadapannya. Benda kecil itu selalu mengingatkan dirinya akan sosok gadis yang sangat ia rindukan. Tak pernah barang sedetik pun ia melupakan gadis yang saat ini ada di hatinya.

"Ini sudah terlalu lama. Aku tak tahan lagi jika harus menunggu lebih lama dari ini." Katanya dengan gamang berbicara pada seekor kucing hitam yang berada tak jauh darinya.

Benar. Itu Milo. Ia kini mengikuti Alvis kemana pun ia pergi. Milo memang membenci Alvis, tapi di sisi lain ia tak bisa meninggalkannya. Carina memintanya untuk selalu berada di dekat orang-orang yang dikasihi olehnya, terutama Alvis.

HOLDER : Elsewhere (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora