BAB 21 - Keputusan

4.3K 773 19
                                    

"Carina..." sebuah suara menggema dan memanggil namanya.

"Carina..." Suara laki-laki itu semakin jelas terdengar.

Carina menoleh ke arah suara itu dan mendapati seorang laki-laki paruh baya menatapnya tersenyum. Entah kenapa Carina ikut balas tersenyum.

Dor!

Setelah suara letusan kuat itu, laki-laki itu tumbang. Darah mulai mengalir dari kepalanya yang tertembak.

"A-apa yang terjadi?" gumam Carina panik lalu berlari menghampirinya. "Tidak, tidak. Kau tidak boleh mati!" air matanya mulai mengalir deras sampai sebuah tangan menyentuh pundaknya.

Ia menoleh kaget dan mendapati seorang wanita tersenyum hangat padanya.

"Carina..." panggil wanita itu lalu memeluknya.

"Si-siapa? Kau siapa?" tanyanya tak mengerti atas perlakuan wanita itu. Ia semakin bingung setelah menoleh kembali ke belakang dan tak menemukan sosok laki-laki yang tadi tertembak. Saat ia ia kembali menoleh ke depan ia mendapati darah mengalir di wajah wanita itu dan kemudian ia tumbang seketika.

"Aaaa!" jeritnya gemetar ketakutan. Tanpa sadar ia terus melangkah mundur dan menabrak sesuatu.

Dengan cepat ia berbalik dan kini mendapati seorang bocah laki-laki sedang tersenyum padanya. Carina tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, dan hanya memandang bocah itu dengan heran.

Tiba-tiba saja bocah itu tertawa dan memeluk pinggangnya selama beberapa saat. "Ini." Seru bocah itu seraya menyodorkan telapak tangan mungilnya pada Carina.

"Apa?" Carina tak mengerti karena tak ada apa pun di sana.

"Lihat baik-baik." Pintanya masih menyodorkan tangan mungilnya.

Carina mengikuti keinginannya dan menatap telapak tangannya dengan seksama. Entah bagaimana sebuah rubik yang tak lebih besar dari telapak tangannya itu ada di atasnya

"Ambil." Ucap bocah laki-laki itu lagi ketika Carina hanya memandang benda itu.

Dengan ragu-ragu ia mengulurkan tangannya untuk mengambil benda itu, tapi bersamaan dengan itu kini kembali terdengar suara letusan seperti sebelumnya. Mata Carina terbelalak ketika ia menyaksikan kepala bocah laki-laki itu tertembak di depan matanya denga jarak yang sangat dekat. Sebagian darahnya mengenai wajah Carina membuat ia langsung jatuh terduduk lemas.

"Aaaaaaaaaaa!" ia menjerit sekuat tenaganya dengan ketakutan luar biasa.

"Aaaaaaaaaa!" ia terus menjerit hingga kemudian terbangun dari mimpi buruknya.

"Carina!" seru Alvis memanggil namanya, "Ada apa? Hey!" tanyanya panik saat melihat Carina terbangun dengan berteriak seraya menangis.

Alvis terus mengguncang-guncang bahu Carina untuk menyadarkannya. "Ini aku, Alvis! Tenanglah! Carina!"

Grep!

Carina yang ketakutan langsung memeluk Alvis dengan gemetaran, "Alvis! Hiks..."

Alvis kembali bernapas lega saat Carina memeluknya erat dengan tubuh gemetaran. Ia berhenti berteriak dan malah terisak di dekapannya.

Perlahan Alvis balas memeluknya dan mengusap pelan kepalanya lalu berbisik, "Aku disini. Jangan takut."

"Me-mereka mati! Mereka semua mati!" serunya masih ketakutan dalam dekapan Alvis.

Alvis semakin memeluknya erat sambil menenangkannya, "Shhhhtt, itu hanya mimpi Carina. Tenanglah..."

"Dia kenapa?" tanya Shiro yang entah sejak kapan muncul di sebelah Alvis.

HOLDER : Elsewhere (END)Where stories live. Discover now