Empat

30.6K 3.7K 117
                                    

Tidak terasa, sudah satu minggu kamu selalu di antar pulang oleh Jongin. Dan lelaki itu beberapa kali mengirimimu pesan.

Seperti :

"Sudah makan?"

"Selamat pagi."

"Sudah mau berangkat kerja?"

"Hati-hati."

"Cepat tidur."

"Selamat malam."

Dan lain sebagainya. Kamu juga heran, kenapa Jongin terkesan menaruh sedikit perhatiannya padamu?

Dia bahkan mau menunggumu lembur, agar bisa mengantarmu pulang.

Kamu sedikit takut untuk berasumsi macam-macam.

"Heh kerja, jangan ngelamun!"

Kamu tersentak saat seseorang menepuk bahumu. Saat menoleh, kamu mendapati Minki berdiri di belakangmu sembari berkacak pinggang.

"Kamu mah sama nya kayak Mas Baekhyun. Jangan suka ngagetin kenapa sih?"

Minki tertawa, "siapa suruh ngelamun? Mikirin siapa sih? Pacar aja gak punya."

Kamu mendelik, "iyalah aku mah jomblo berkelas. Emang kamu? Tiap minggu ganti pacar. Cuma jagain jodoh orang doang tiap minggu."

Minki yang gemas akhirnya menoyor kepalamu, "kalo ngomong jangan asal."

"Aduh! Kasar ih!

"Biarin!"

Kamu meniru gaya bicara Minki sebelum teringat sesuatu, "eh! Aku mau nanya."

Minki menarik kursi milik Seulgi, entah sahabatmu yang satu itu kemana.

"Apa? Kalo gak penting aku tampol."

"Kok galak?!"

"Buruan!" seru Minki gemas.

Kamu mendengus sebelum memulai pembicaraan, "kalo misalnya ada cowok yang suka nganterin pulang, rela nungguin lembur, suka ngirim chat buat nanya udah makan atau belum, itu tandanya apa?"

"Cowoknya punya otak."

Bugh!

Kepala Minki sukses jadi sasaranmu. Kamu memukul kepalanya dengan tas kerja milikmu.

"Kok dipukul?!" tanya Minki seraya memegangi kepalanya yang jadi sasaran pukulanmu.

"Abis gak serius! Aku kan nanyanya beneran!"

Minki mengusap dadanya. Mencoba sabar akan tindakan anarkismu barusan.

"Tandanya, dia suka sama kamu."

"Hah? Gimana?"

Minki berdecak, "apanya?"

"Maksud dari kata-kata kamu gimana, Minki Momo?"

Minki seketika menatapmu datar.

"Berani panggil aku begitu lagi, aku mogok ngomong sama kamu sebulan."

Mau tidak mau, kamu jadi tertawa. Habis namanya mirip dengan tokoh kartun kesukaanmu dulu. Minky Momo.

"Oke, maaf. Jelasin makanya."

Minki menghela nafasnya, "masa gak peka sih? Ngirim chat, nganter pulang, nungguin lembur, itu apa namanya kalo bukan suka?"

Kamu diam. Tidak tahu harus merespon apa.

"Pak Jongin ya?" tanya Minki to the point.

"Iya," jawabmu jujur.

Minki tersenyum, dia membenarkan posisi duduknya agar bisa sepenuhnya menghadap ke arahmu.

"Listen darl, aku gak mau kamu berasumsi yang aneh. Atau parahnya jadi berharap. Kita belum tau jelas maunya Pak Jongin apa. Bisa aja kan dia cuma mau jagain salah satu karyawannya? Tapi setelah denger cerita kamu, yang bisa aku tangkep cuma satu. Dia suka sama kamu."

Kamu menatap Minki yang kini masih saja tersenyum.

"Bingung ya sama perasaan kamu sendiri? Baper gak?"

Kamu mengangguk.

"Jalanin dulu aja. Kalo seandainya kalian takdirnya gak bareng, ya, nanti juga ditengah jalan mencar sendiri kok."

Minki mengusak rambutmu, "udah jangan terlalu dipikirin. Sebentar lagi jam makan siang nih, mau bareng gak?"

Kamu baru akan menjawab ajakan Minki, namun suara Jaehwan lebih menginterupsi.

"(Y/n)! Dicariin Pak Jongin tuh!"

Lagi. Setiap nama Jongin disebut, jantungmu mulai berdetak tidak karuan.

"Tuh, udah disusulin. Sana," titah Minki yang langsung diangguki olehmu.

Kamu berjalan menghampiri Jongin yang berdiri di depan pintu.

"Kenapa, Pak?"

"Um, saya mau ajak kamu keluar. Makan siang."

Kamu belum bisa memproses ucapan Jongin, "gimana Pak?" tanyamu dengan polosnya.

Jongin tertawa kecil, "saya mau ajak kamu makan siang. Berdua."

Jelas sekali tujuannya. Hanya berdua.

"Oh, oke. Um, sekarang?"

Jongin mengangguk, "Iya."

"Saya ambil tas dulu."

🍁

Jongin memutuskan untuk makan di warung sunda dekat kantor.

Setelah memesan, kamu dan Jongin tidak terlibat percakapan apapun. Jujur saja hal itu membuatmu sedikit canggung.

Melihatmu yang sedikit tidak nyaman, Jongin akhirnya berdeham.

"Ada yang mau saya omongin."

Kamu segera memberikan perhatian penuh pada Jongin. Menunggunya bicara.

"Bisa gak, kalo udah berdua kayak gini kita ngobrol santai?"

Kamu terkejut. Tidak aneh memang permintannya, tapi tetap saja kamu terkejut.

"Bisa kok, Pak. Hehe."

"Satu lagi. Jangan panggil Pak, Jongin aja."

Kamu mengerjap pelan, "tapi kan gak sopan."

"Gak apa-apa, kan saya yang mau."

Kamu seketika diam dan teringat tentang obrolanmu bersama Minki.

"Pak—um maksud saya, Jongin. Kenapa?"

Mendengar pertanyaanmu yang sarat akan makna, Jongin mencondongkan tubuhnya ke arahmu yang berada di hadapannya.

"Saya mau lebih deket sama kamu, saya mau kenal kamu lebih jauh. Apa alesan itu cukup?"

Kali ini Jongin yang berhasil melukiskan semburat merah jambu di pipimu.

🍁


Husband Series - Maret 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Kim JonginWhere stories live. Discover now