Dua Puluh Lima

24.1K 2.6K 76
                                    

Tidak terasa, sudah 4 bulan lamanya kamu menjadi seorang istri. Dan selama itu pula, kamu jadi tahu kebiasaan dari suamimu.

Mulai dari dia yang begitu menyukai ayam, tidak bisa meminum kopi, dia yang mudah mengantuk dan tidur dimanapun tapi sulit saat dibangunkan, dia yang begitu menyukai tomat, dia yang pemalu, dan banyak lagi.

Dia juga begitu manja padamu, tapi jika hanya berdua denganmu saja dia mau menunjukkan sifat aslinya. Sedangkan dihadapan orang banyak, dia akan menunjukkan sisi lain dari seorang Jongin.

Pagi ini sedikit berbeda dari pagi biasanya. Karena kali ini kamu merasa selalu mual dan sedikit sensitif. Kamu beberapa kali pergi kekamar mandi untuk memuntahkan isi perutmu, tapi yang keluar hanya cairan bening saja.

"Gak usah masuk dulu ya? Istirahat dulu dirumah."

Kamu menggeleng sembari meringis. Posisimu masih memegang tepian wastafel dengan Jongin yang mengusap punggungmu lembut.

"Kerjaanku lagi banyak-banyak nya. Kalo aku gak masuk nanti numpuk."

Jongin berdecak, "kamu lagi sakit begini masih mau maksa masuk?"

"Aku gak mau lembur besoknya.."

"Bawa kerjaan kamu kerumah, aku yang selesain. Biar sekertaris aku yang anter kesini."

Kamu menatap Jongin lewat cermin dihadapanmu. Tatapan Jongin sedikit tajam namun tersirat kekhawatiran disana.

"I'm fine, Jongin."

Jongin menggeleng lalu merengkuh tubuhmu, "no. You're not."

"Dengerin aku ya sayang? Aku khawatir sama kamu.." lirihnya.

Kamu menghela napas dan memutar tubuhmu. Kamu menangkup kedua pipi Jongin sembari mengusapnya lembut.

"Maaf bikin kamu khawatir. Ya udah kalo dibawa kesini kerjaannya, aku aja yang kerjain. Kamu berangkat gih, maaf gak nyiapin sar–"

Jongin mengecup bibirmu, tersenyum setelahnya.

"Aku bisa beli nanti. Kamu istirahat ya? Gak apa-apa aku tinggal?"

Kamu mengangguk lalu balas mengecup bibir Jongin. "Gih, nanti telat kamunya."

"Aku berangkat ya? Kalo ada apa-apa telpon."

Jongin mengantarmu ke tempat tidur sebelum mengecup keningmu dan berangkat kerja.

Sepeninggal Jongin, kamu memikirkan sebuah kemungkinan. Kamu tidak bodoh untuk menyadari tanda ini.

Mulai dari jadwal menstruasimu yang terlambat, kamu yang sedikit sensitif, mual di pagi hari, dan sebagainya.

Kamu memutuskan untuk pergi ke apotek. Dengan cepat, kamu meraih jaket dan memesan ojek online.

🍁

Entah sudah kali keberapa kamu menghela napas gugup. Kamu masih berada didepan apotek, belum sama sekali menginjakkan kakimu kedalam apotek.

"Mbak? Maaf, mau sampe kapan di atas motor saya?"

Kamu buru-buru turun dan memberikan cengiran pada driver ojek yang mengantarmu.

"Nih Mas ongkosnya, hehe. Maaf ya saya deg-deg an makanya diem dulu."

Kamu menyerahkan sejumlah uang dan helm yang kamu kenakan tadi.

"Gak apa-apa, Mbak."

Kamu hanya menganggukkan kepala lalu berterima kasih sebelum melangkah ke dalam apotek.

"Cari apa Mbak? Ada yang bisa dibantu?"

Kamu menatap sang penjaga Apotek dengan ragu, "saya mau beli.."

🍁

"

Cantik? Aku pulang."

Karena tidak ada jawaban, Jongin melangkah masuk dan mencari keberadaanmu setelah menutup pintu.

Terdengar suara dari arah dapur, maka dia memutuskan untuk mencarimu disana.

Senyuman terlukis begitu saja saat dia melihatmu tengah bergelut dengan alat masak.

"Lagi sibuk ya?" bisiknya membuatmu berjengit.

Kamu menepuk lengannya, "iseng ih! Kaget aku."

Jongin tertawa dan mengecup keningmu.

"Suaminya pulang gak mau peluk dulu?"

Kamu menggeleng, "nggak. Bau kamu. Mandi dulu baru aku peluk."

"Bener yaa?"

Kamu mengangguk dan kembali melanjutkan pekerjaanmu yang tertunda.

Setengah jam kemudian, Jongin keluar dari kamar dengan keadaan yang jauh lebih segar.

Kamu juga sudah menyelesaikan acara masakmu. Setelah menyusunnya dengan apik, kamu menunggunya di meja makan.

"Makan dulu, baru peluk." ucapmu setelah melihat gelagat Jongin.

Dia sudah merentangkan tangannya tadi. Hh.

Kamu tersenyum ketika melihat ekspresi Jongin saat makan. Sepertinya dia kesal karena kamu mengulur waktu untuk memeluknya.

Setelah selesai makan dan mencuci piring, kamu menghampiri Jongin yang sedang memejamkan matanya sembari bersandar di sofa.

"Hei, marah yaa?" tanyamu sembari menjawil dagunya.

Jongin hanya membuka mata tanpa menggubris pertanyaanmu.

Kamu tertawa lalu duduk disampingnya dan merentangkan tanganmu.

"Jadi peluk gak?"

Jongin memajukan bibir bawahnya dan menghambur dalam pelukanmu. Kamu terkekeh sembari mengusap punggungnya lembut.

"Aku capek, pusing banget. Kerjaan numpuk."

"Yaudah bobo yuk, sambil aku peluk."

Jonging menggeleng, mengeratkan pelukannya.

Kamu menepuk lengan Jongin, "jangan kenceng-kenceng meluknya. Anak kamu kasian."

"Anak aku ap– hah?!" dia menjauhkan tubuhnya cepat, "gimana maksudnya?!"

Kamu tersenyum, menangkup pipinya lalu mengecup bibirnya.

"Aku hamil."

Butuh sepersekian detik untuk Jongin menyadari maksud dari pernyataanmu.

"Kamu hamil?"

Kamu mengangguk.

"Anak aku?"

"Iya ih. Emang anak siapa lagi? Yuta?"

Air mata jatuh membasahi pipi Jongin ketika dia meraih tubuhmu dalam pelukannya.

"Makasih! Makasih banget!"

Kamu ikut menitikkan air mata bahagia.

Jongin mengurai pelukannya dan mengecupi seluruh permukaan wajahmu. Kemudian dia mensejajarkan kepalanya dengan perutmu.

"Hai calon jagoan kecil! Ini Ayah. Aduhh aku mau nangis lagi nih, gimana dong?"

Kamu jadi tertawa mendengar ucapan Jongin barusan.

"Makasih udah hadir dikehidupan Ayah sama Bunda. Baik-baik ya, nak. Sampai ketemu nanti, jagoan!"

Jongin menegakkan tubuhnya dan kembali mengecup keningmu.

"Aku seneng banget. Besok kita ke dokter, cek si jagoan. Oke?"

Kamu mengangguk sebelum Jongin membawamu kembali kepelukannya.

Hari ini merupakan hari terbaik untukmu dan Jongin. Dan, selamat datang calon buah hati!

🍁

Husband Series - Maret 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Kim JonginWhere stories live. Discover now