Tiga Puluh Enam

29.7K 2.5K 182
                                    

Selama satu jam lamanya, Jongin terus memandangi putranya yang kini tertidur pulas dalam inkubator.

Dia tersenyum tipis, tapi kesedihan masih menghantuinya. Setiap dia memejamkan mata hanya ada wajahmu yang pucat pasi. Dan dia membenci itu.

Jongin berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut, dia menggigit bibirnya guna menahan isak tangis yang akan meluncur.

"Item!"

Jongin menoleh kearah kiri dan mendapati ke delapan sahabatnya yang berjalan sedikit tergesa. Dia mengulas senyum terbaiknya, namun saat Dyo menariknya dalam dekapan, saat itu pula air matanya turun dan membasahi pipinya.

Dia terisak pelan, "Bang.."

Dyo mengusap punggung Jongin lembut, "gak apa-apa Jong. Nangis aja."

Suho mendekati Jongin dan mengusak kepalanya, hatinya ikut teriris melihat Jongin yang terisak seperti itu.

"Gimana keadaannya?" tanya Jongdae lembut.

Jongin menggeleng, dan semakin tergugu dalam tangisnya. Chanyeol jadi ingin ikut menangis tapi sebisa mungkin lelaki jangkung itu menahan air matanya.

"Kenapa Bang?" tanya Sehun daat melihat Chanyeol memutar tubuhnya membelakangi Jongin.

Chanyeol menggeleng lemah, "gak tega aja liat Jongin nangis kayak gitu."

"Ya ampun, dasar perasa." cibir Sehun.

Chanyeol memukul kepala Sehun dengan kuat, "songong ya sama Abang."

Xiumin mendekati Jongin, "anak lo dimana?"

Jongin menunjuk ruangan dibelakangnya, dia melepas pelukannya dari Dyo dan menyeka wajahnya dari sisa air mata.

"Kalo mau liat, satu-satu yang masuk ya."

Lay mengacungkan tangannya. "Gue dulu dong, boleh gak?"

Jongin mempersilahkan Lay untuk masuk. Sedangkan dia pamit ke suatu tempat.

"Yaudah, nanti kita nyusul kesana." timpal Suho setelah Jongin pamit.

🍁

Jongin berdiri menatap ke satu arah. Tempat dimana wanita yang paling dia cintai berbaring dengan tenang.

"Kamu udah janji gak akan ninggalin aku."

Air matanya kembali turun membasahi wajahnya. Dia menunduk dan terisak.

"Anak kita udah lahir, kamu gak mau liat? Kamu janji mau tetep sama-sama aku. Kenapa kamu langgar?"

"Kenapa kamu–" ucapannya terhenti karena jantungnya terasa begitu nyeri. Dia menangis tersedu-sedu.

Memukul kuat dada bagian kirinya, ingin sekali menghilangkan rasa sakit disana.

"Kamu marah karena aku dulu ninggalin kamu? Kamu mau ngehukum aku dengan cara ninggalin aku juga?"

Dia menutup wajahnya, "maaf sayang maaf! Aku janji gak akan pernah ngelakuin itu lagi! Maaf.."

Tidak ada yang bisa menjawab ucapan Jongin. Tangisannya terdengar begitu pilu, dia kembali memukul dadanya kuat.

"Aku salah! Aku bodoh emang. Tapi kenapa kamu ngehukum aku kayak gini! Apa aku terlambat buat minta maaf lagi? Aku..."

Lelah dia menangis, tidak ada jawaban apapun yang didapatnya.

Hingga akhirnya dia memejamkan mata dan melafal do'a disela tangisnya. Memohon dengan sangat pada Sang Maha Kuasa.

Ingin rasanya mengganti waktu yang terbuang saat bersamamu, tapi nyatanya sudah terlambat.

Dia kini hanya bisa berdo'a untuk kebahagiaanmu, dan kebahagiaannya.

Tangannya masih terus memukul kuat dada bagian kirinya selagi dia berdo'a.

"Dada kamu bisa sakit kalo dipukul terus kayak gitu, sayang.."

Astaga. Suara ini, Jongin begitu merindukannya hingga suaramu terdengar jelas dipendengarannya.

Jongin semakin terisak, dia merindukanmu.

"Kenapa nangis hm?"

Jongin menghela napas disela tangisannya, memejamkan matanya semakin erat.

"Kamu gak mau liat aku?"

Jongin membuka matanya dengan cepat, netranya menangkap sosok yang begitu dirindukannya.

"Kamu.."

"Am i sleep too long?"

Jongin memelukmu erat, menelusupkan kepalanya dilehermu dan mengecupinya berkali-kali.

"Kamu kenapa?"

Jongin melepas pelukannya, menangkup wajahmu yang terlihat pucat namun tetap cantik.

"Kamu tidurnya kenapa lama banget? Aku sama jagoan nunggu kamu bangun.."

Kamu tertawa dan mengecup bibir Jongin, "yang penting sekarang aku udah bangun, dan gak ninggalin kamu kan?"

Jongin mengangguk dan berdiri tegak, hendak menekan tombol disamping ranjang pasien.

"Periksa keadaan kamu dulu ya, cantik." setelahnya Jongin menggenggam tanganmu erat.

"Takut aku pergi ya?"

Jongin mengangguk cepat, "hmm."

Selang beberapa detik Yeri masuk kedalam ruanganmu bersama seorang suster. Wajah Yeri terlihat bahagia saat menatapmu yang kini juga menatapnya.

"(Y/n)! Oh my gosh, you're back! Did you feelin' well?"

"Not really. Anak aku dimana Yer?"

"Ruang inkubator," Yeri mengecek keadaanmu, "mau dibawa kesini?"

Kamu mengangguk cepat dan Yeri tersenyum, mengangguk.

Yeri memberikan isyarat pada suster disampingnya yang langsung diangguki.

"Semuanya stabil ya, kalo ada apa-apa panggil aku aja oke?"

Kamu mengangguk, "makasih banyak Yeri."

"No need, darling."

Setelah Yeri keluar dari ruang rawatmu, suster masuk dengan bayi dalam dekapannya. Kamu tersenyum senang dan menoleh kearah Jongin yang tengah memperhatikanmu.

"Anak kita?" tanyamu pelan.

Jongin mengangguk, "jagoan kita berdua."

Suster menyerahkan anakmu kedalam pelukanmu, kamu tersenyum haru saat melihat bayi laki-laki yang tertidur pulas.

Jongin mengusap pelan pipinya dan menatapmu lekat, "anak kita namanya siapa?"

Kamu balas menatapnya dan tersenyum, "Kim Adriel."

🍁

Husband Series - Maret 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Kim JonginWhere stories live. Discover now