Tiga Puluh

23.1K 2.5K 44
                                    

Setelah kejadian kamarin pagi, Jongin tidak pulang ke apartemen. Dia memilih untuk bermalam dikantor.

Kamu menghela napas lelah, sudah cukup. Dengan jantung yang berdenyut nyeri, kamu mengambil koper kecil milikmu dan mengisinya dengan beberapa baju serta keperluanmu yang lain.

Sudah kamu putuskan, kamu akan pulang kerumah orang tuamu hari ini. Jongin meminta waktu untuk sendiri bukan? Maka kamu akan memberikannya waktu selama mungkin.

Kamu membuatkan bekal makan siang untuk Jongin disertai surat pendek yang kamu tulis. Hanya berisi kata-kata maaf saja. Tidak lebih.

Dengan taksi, kamu menuju kantor Jongin dan menyerahkan bekal tersebut pada sekertarisnya.

"Ibu gak mau ketemu Pak Jongin dulu?" tanya Mark.

Kamu menggeleng, "nggak usah. Saya mau langsung pulang. Duluan ya, Mark. Thank you.."

"Oh iya, Bu. Terima kasih kembali. Hati-hati ya Bu.."

Begitu masuk kedalam taksi, air mata jatuh begitu saja. Kenapa kamu harus menangis saat melihat Jongin tersenyum? Ya, kamu melihatnya. Di pintu masuk lobby. Dia tengah tersenyum manis, entah untuk siapa. Senyum yang selama beberapa hari belakangan ini begitu kamu rindukan..

🍁

"Ibu aku pulaaaang!"

Wanita paruh baya yang tadinya sibuk didalam itu melangkah keluar rumah, menatapmu bingung.

"Sama siapa, nak?"

Tak urung Ibu merentangkan tangannya dan memelukmu erat. Kamu sebisa mungkin menahan tangis sembari mempertahankan senyum terbaikmu.

"Sendiri, Jongin lagi sibuk-sibuknya di kantor. Jadi aku liburan kesini, gak apa-apa kan Bu?"

Ibu menggeleng dan tersenyum, "gak apa-apa dong? Ibu seneng malah. Tapi kamu udah izin sama Jongin kan?"

Kamu mengangguk ragu lalu menarik lengan Ibu agar masuk kedalam rumah.

"Udah kok. Aku laper banget nih, Ibu masak apa?"

"Ayam rica-rica. Yaudah makan, Ibu naro kopermu dulu dikamar."

Kamu mengangguk senang dan melangkah menuju ruang makan. Belum sempat kamu mengambil piring, suara dering ponsel terdengar dari dalam tas kecilmu.

Sejeong is calling..

Kamu terdiam beberapa saat sebelum mengangkat panggilan masuk tersebut.

"Halo?"

"Sayangku! Kamu apa kabar?
Kangen ih, kok gak pernah main kekantor?"

"Aku juga kangen! Iya nih, belum sempet main kekantor. Nanti deh kapan-kapan aku main."

"Bilang (Y/n) nanti kita mampir ke apartemennya! Rame-rame!"

"Seulgi sama Yuta ya itu?"

"Iya nih, aku loud speaker soalnya. Kita ke apartemen kamu aja deh ya?"

"Aku lagi dirumah, bukan di apartemen.."

Ada jeda yang cukup lama disana, kamu sampai beberapa kali melihat layar ponselmu apa masih tersambung atau tidak.

"Halo?"

"Are you okay, darl?"

Kamu mengenali suara ini. Lagi-lagi jantungmu kembali berdenyut nyeri mendengar suara lembut ini.

"I'm okay, Ki. Aku kangen kamu deh."

Minki tertawa sedangkan kamu berusaha keras tidak menangis.

"Makanya kan kita mau main kerumah. Share location, okay?
Well, you know that i need some explanation, right?"

Kamu menghela napas, "fine."

🍁

Husband Series - Maret 2018

-muffinpororo

[Husband Series] | Kim JonginWhere stories live. Discover now