Sebelas

25.8K 3.4K 225
                                    

Pukul tujuh tepat, Jongin sudah berada di apartemenmu. Dia mengenakan kemeja biru dengan lengan yang digulung sampai siku dipadu celana bahan hitam yang melekat sempurna dikaki jenjangnya.

Oh tolong jangan bicarakan gaya rambutnya, sudah jelas bahwa poni koma nya luar biasa.

"Kamu mau sampe kapan ngeliatin aku begitu?" tanya Jongin seraya menahan senyumnya.

Kamu tersentak dan mengipasi wajahmu dengan tanganmu sendiri.

"Siapa yang ngeliatin?!"

Oke. Niat awalmu hanya kembali bertanya dengan santai, tapi karena gugup, yah.. Kamu jadi membentaknya. Itu diluar kendalimu, sungguh..

"Santai dong, cantik. Udah siap?"

Tangan Jongin terlurur untuk menggenggam tanganmu. Kamu mengangguk dan tersenyum tipis.

"Hhh, kamu yang mau ketemu Ayah tapi aku yang deg-deg an."

Jongin tertawa. "Yuk berangkat."

🍁

Sepanjang perjalanan, Jongin mengajakmu bicara banyak hal. Mulai dari bahasan tentang kucing sampai pekerjaan.

Kamu juga membahas soal desas desus dikantor yang mengatakan bahwa beberapa karyawan wanita menaruh hatinya pada Jongin. Tapi lelaki disampingmu mengelak kabar angin tersebut.

Perjalanan sekitar 45 menit terasa begitu cepat, bagi Jongin. Entah kenapa sekarang dia merasa sangat amat gugup.

Sebelum membuka pintu, Jongin menghela napas nya berkali-kali. Mengusir rasa gugup yang begitu besar. Kamu menoleh dan tersenyum, menggenggam tangan kiri Jongin yang terasa dingin.

"Ayah gak galak kok. Semangat ya? Aku percaya kamu bisa yakinin Ayah."

Jongin terpaku, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jadi dia hanya tersenyum dan mengangguk.

"Do'ain ya?"

Setelah meyakinkan hatinya, kamu dan Jongin berjalan beriringan dengan beberapa barang bawaan ditangan kalian.

Kamu berjalan lebih dulu saat melihat Ayahmu yang kini tengah membaca koran paginya dikursi teras rumahmu.

"Ayah!"

Ayahmu mengangkat kepalanya dan sontak saja tersenyum. Putri kecil yang dirindukannya datang.

"Aduh anak Ayah. Sini peluk!"

Ayah sudah membentangkan tangannya setelah meletakkan koran dimeja. Kamu berlari dan menerjang tubuhnya, memeluknya seerat mungkin.

"Aku kangen huhu."

Ayahmu tertawa sembari menepuk punggung serta kepalamu lembut. "Ayah juga. Itu bos mu mau dibiarin berdiri terus?"

Kamu langsung melepaskan pelukan lebih dulu, menoleh kearah Jongin yang kini tersenyum tipis. Bisa-bisanya kamu lupa kalau ada Jongin..

Kamu mengisyaratkan Jongin untuk mendekat. Dengan senyum yang tidak luntur dari wajahnya, Jongin menghampirimu dan Ayah. Menganggukan kepalanya sopan.

"Pagi, Om."

Ayahmu tersenyum. "Pagi juga. Duduk Mas, silahkan."

Setidaknya Jongin bisa bernapas lega, Ayahmu tidak seseram yang ada dibayangannya.

"Ayah, ini bos aku dikantor. Namanya Jongin."

Ayah mengangguk beberapa kali. Senyum teduh juga tidak lepas dari wajahnya.

[Husband Series] | Kim JonginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang