Dua Belas

25.2K 3.3K 81
                                    

Kamu tersenyum ketika mendengar  gelak tawa Ayahmu dan Jongin. Dengan nampan berisi sepiring kue dan dua cangkir teh manis hangat, kamu bersama Ibumu menghampiri kedua lelaki berbeda usia itu.

"Ih asik banget masa ngobrolnya, nih minum dulu."

Ayahmu tersenyum begitupula dengan Jongin. Kamu bisa melihat binar bahagia dimanik matanya.

Kamu duduk disamping Ayah dan Ibu disamping Jongin. Kamu bersandar dilengan Ayahmu dan memainkan jemari tangannya.

"Apa ini manja banget sama Ayah? Ada Jongin, gak malu?" ledek Ayahmu.

Kamu mencebikkan bibir kesal. "Ya biarin aja. Manjanya sama Ayah ini, ya kan Bu?"

Ibu dan Jongin tertawa kecil. Kamu kembali bermain dengan jemari Ayahmu saat tiba-tiba Ibu mengajukan pertanyaan untuk Jongin.

"Ibu belum kenal nih sama calon, kamu bener bosnya (Y/n)?"

Jongin mengangguk seraya tersenyum. "Iya Bu.."

"(Y/n) kalo dikantor suka lembur ya? Makannya teratur nggak tuh?" tanya Ibu lagi.

Kamu mendesah pelan. "Ibu mah nanyanya jangan gitu, kan aku gak setiap saat sama Jongin."

"Akhir-akhir ini emang suka lembur, Bu. Soal makan dia masih suka lupa sih, tapi udah nggak lagi sekarang." sahut Jongin sembari melirik kearahmu yang kini menatapnya cemas.

Beruntung Jongin tidak membahas soal kamu yang sempat sakit saat itu. Bisa-bisa Ibu mengoceh panjang lebar untuk mengingatkanmu perihal pentingnya makan.

"Bagus deh. Diingetin ya, nak? Oh iya, kamu asli mana?" tanya Ibu lagi.

Ayah menyeruput tehnya dan melirik Ibumu. "Ayahnya asli Korea, Ibunya Sunda. Bandung ya Jongin?"

Jongin mengangguk membenarkan. "Iya Yah. Jongin sih lahir di Korea, Bu. Padahal maunya Papa waktu itu di Bandung aja, tapi emang takdirnya lahir di Korea yaudah.."

Ibu tertawa kecil. "Terima aja ya? Ayah sama Jongin udah bahas masalah lamaran belum? Orang tuamu kapan mau kesini?"

Kamu tercengang mendengar ucapan Ibumu barusan. Cepat sekali Ibu luluhnya. Padahal didalam tadi Ibu sempat sedikit ragu akan Jongin. Apa Jongin menggunakan semacam..

Jangan berpikiran negatif! Hhh.

"Secepatnya ya Bu. Eh, ini Jongin gak apa-apa panggilnya Ibu sama Ayah?"

Ibu menepuk-nepuk bahu Jongin lembut. "Ya gak apa-apa dong? Nanti kan kamu jadi anak Ibu juga?"

Jongin dan Ayah tertawa sedangkan kamu hanya tersenyum melihat usaha Jongin yang berhasil merebut hati kedua orang tuamu.

🍁

Sepulangnya dari rumahmu, Jongin sesegera mungkin menghubungi orang tuanya. Dia bilang dia harus pulang ke Bandung untuk bertemu Mama dan Papanya.

Dan 12 hari kemudian, dia mengatakan bahwa orang tuanya akan datang kerumahmu untuk melaksanakan lamaran. Tepatnya mereka sekeluarga akan datang bulan depan.

Berita soal kamu dan Jongin hanya menyebar dikalangan divisimu saja. Karyawan lain bahkan tidak tahu menahu tentang kamu yang dekat dengan Jongin.

"Eh itu pintu udah dikunci belum?" tanya Jaehwan.

"Aman! Ayo langsung lah!" seru Yuta yang dibalas anggukan mantap oleh Minki.

Kamu yang kala itu tengah berkutat dengan pekerjaanmu tentu saja tidak menghiraukan suara gaduh yang mereka buat. Namun tiba-tiba kursimu ditarik mundur dan diputar.

Kamu belum sempat mengomel karena terkejut, dihadapanmu justru semua anak di divisimu sudah duduk dikursinya masing-masing dengan posisi melingkar menghadapmu.

"Ini ada apa nih? Kok aku kayak mau di interview?"

Seulgi mengangguk. "Lo harus jawab pertanyaan dari kita ber-enam."

Kamu mengernyit. Ada apa sih?

Pertama, Yuta yang bertanya ; "Jujur, hubungan lo sama Pak Jongin udah sejauh apa?"

"Hah? Ya pokoknya lebih dari temen."

Kini giliran Jaehwan ; "Kalian berdua pacaran?"

Kamu menggeleng.

Seulgi angkat bicara ; "Terus kalo gak pacaran kenapa dia perhatian banget?"

"Emang gak pacaran, kita deket tapi lebih dari itu."

Mereka semua tampak terkejut.

Sejeong bertanya dengan hati-hati ; "Kalo lebih dari temen sama pacar, berarti kalian udah.."

Kamu menggeleng. "Belum. Tapi dua minggu yang lalu–jangan ember ya kalian?"

Mereka mengangguk. Tampak begitu antusias dengan ceritamu.

Kamu menghela napas dan memejamkan matamu. "Dia dateng kerumah buat minta restu sama orang tua aku."

Tidak ada yang merespon. Mereka semua terpaku. Kamu membuka mata perlahan dan menatap semua temanmu bergantian.

"Keren dah si Jongin, baru juga seminggu deket udah langsung ke orang tua aja.." Baekhyun menatap lantai dengan tatapan kosong.

Minki mengangguk lesu. "Atuhlah gue kapan laku Bang?! Pengen nikah juga ini.."

Yuta dan Jaehwan saling menepuk bahu.

"Jadi sedih ini gue lah." ujar Yuta.

"Lo mah gak mungkin seberani Pak Jongin Yut, yakin. Ketemu sama Mbak Wendy aja keringet dingin, katanya mau halalin juga. Tai ayam." sahut Jaehwan.

Sejeong dan Seulgi kini menatapmu penuh rasa ingin tahu. Mereka menantikan cerita lengkap, kamu tahu itu.

"Gini ya semuanya, bulan depan Jongin sekeluarga mau kerumah. Lamaran. Kalian bantuin aku gak? Nanti aku ceritain yang lengkap kalo kalian mau bantuin aku sama Jongin nyiapin acara lamaran."

Mereka tampak berpikir. Tapi tak urung mengangguk.

"Gas lah. Masalah catering serahkan sama Abang Minki."

"Nanti gue tanya istri gue juga, kali aja dia tau yang jual kebaya bagus dimana." Baekhyun menimpali.

Saat kalian semua tengah sibuk membahas masalah lamaran, Yuta justru masih terdiam.

"Lo kenapa sih Yut? Diare lo ya?" tanya Jaehwan sewot.

Dan jawaban Yuta setelahnya membuat Baekhyun hampir melempar kursi yang didudukinya ke muka Yuta.

"Telat ya gue bantuin Pak Jongin deketin si (Y/n)? Gue gak jadi naik jabatan dong gue?! Hueee."

Yasudah biarkan Yuta dengan impiannya saja.

🍁

Husband Series - Maret 2018

-muffinpororo


[Husband Series] | Kim JonginWhere stories live. Discover now