Tiga Belas

25.4K 3.1K 93
                                    

Tiba dimana hari pertemuan kedua keluarga sebelum acara resmi. Kamu sudah berada dirumah, membantu Ibu memasak untuk hari Sabtu besok.

Kamu sedang duduk di ranjang kamarmu setelah merapikan ruang tamu ketika ponselmu berdering.

Jongin🐻 is calling..

Kamu tersenyum senang dan segera mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?" suaramu berubah riang.

"Seneng banget ya kamu aku telepon, hm?"

"Hehe, kentara ya? Kamu tumben nelponnya sore. Kenapa?"

"Banget hahaha, kangen aja akunya. Gak boleh emang aku nelponnya sore? Kalo malem kamunya kan udah bobo, apalagi jam 8 udah ngantuk kan?"

Kamu terkekeh mendengar penuturan Jongin.

"Tapi aku sering lembur huhu."

"Jangan sering lembur, sayang. Kamu sering lupa makan kalo lembur tuh."

Kamu terpaku. Ini pertama kalinya Jongin memanggilmu..

"Hei? Kok diem? Halo? Sayang?"

"Ih! Kamu jangan panggil aku begitu ah! Aku kan jadi deg-deg an!"

Jongin tertawa diseberang sana, bibirmu mengerucut sebal. Pasalnya lelaki itu senang menggodamu, sifat yang baru kamu ketahui akhir-akhir ini.

"Panggil apa emang aku?"

"Jongin ih! Aku marah ah."

"Sayangnya aku mau marah? Hm? Kangen lho nanti."

"Biarin. Aku gak mau ngomong sama kamu sampe besok."

"Yaudah kita chatting an aja, kan gak ngomong."

"Tau ah! Nyebelin."

"Hahaha, iyaa maaf sayang maaf."

Kamu tersenyum, walaupun jantungmu masih berdegup dengan begitu cepat.

"Aku masih marah yaa."

"Jangan marah dong? Akunya kan kangen mau ngobrol.."

Kamu sebisa mungkin menahan teriakan bahagiamu. Astaga.. Kamu benar-benar merasa sangaaaat bahagia.

"Aku gak bisa marah jadinya kalo kamu begitu, huhu."

Kalian tertawa bersamaan. Setelahnya, hanya ada obrolan tidak penting dan candaan yang saling kalian lontarkan. Sore mu terisi dengan suara lembut nan menenangkan khas Jongin.

🍁

Pagi ini kamu sudah siap dengan setelan formal yang tampak manis untukmu. Kamu duduk dikursi meja rias kamarmu.

Jantungmu berdegup dua kali lebih cepat, tanganmu juga terasa begitu dingin. Kamu benar-benar gugup.

"Ini kenapa anak Ibu kok diem aja?" tegur Ibu bersamaan dengan tepukan ringan di bahumu.

Kamu menoleh dan buru-buru memasang senyum diwajahmu.

"Gak apa-apa Bu, cuma kepikiran sesuatu aja."

Ibu berdiri dibelakangmu, menatapmu lekat lewat kaca dihadapannya. Dengan sekali gerakan, Ibumu melingkarkan kedua lengannya dibahumu.

[Husband Series] | Kim JonginWhere stories live. Discover now