Tiga Puluh Dua

24.5K 2.5K 220
                                    

Sudah dua hari kamu berada dirumah orang tuamu, dan dua hari itu juga Jongin tidak menghubungimu. Sama sekali.

Ponselmu hanya berisi chat dari teman-teman divisimu dulu. Tapi lebih banyak dari Minki.

Iya, pria itu yang selalu menghiburmu belakangan ini. Kamu bersyukur memiliki teman sepertinya. Setidaknya, masalahmu dengan Jongin sedikit terlupakan.

"Lho, ini anak Ayah kok duduk di teras sendirian?"

Kamu menoleh kebelakang dan mendapati Ayah tengah berjalan kearahmu dengan dua gelas teh manis hangat ditangannya.

"Lagi mau liat langit malem aja kok, Yah."

Kamu menepuk lantai disebelahmu, mengisyaratkan Ayah untuk duduk disana.

Duduk berdampingan dengan Ayah ditemani teh manis hangat, membuat perasaanmu membaik.

"Jongin kok belum kesini? Sibuk banget dia?"

Kamu berdeham, "biasalah. Kerjaannya numpuk."

Ayah hanya mengangguk, "kamu kalo ada yang mau diceritain, Ayah siap jadi pendengar yang baik, lho."

Kamu sedikit terkejut dengan penuturan Ayah. Ayah tidak bisa membaca pikiran kan?

"Ikatan batin Ayah sama anak juga kuat kok. Sama kuatnya kayak Ibu sama anaknya. Jadi?"

Kamu tersenyum lalu bersandar di bahu Ayah, memejamkan matamu sesaat.

"Masalah kecil, Yah. Aku bisa nanganin sendiri. Nanti, kalo aku bener-bener gak bisa baru minta tolong Ayah, ya?"

Ayah mengangguk dan mengecup pucuk kepalamu.

"Iya deh. Setiap kamu butuh, Ayah pasti ada."

Air mata sudah menggenang di pelupuk matamu, kamu menggigit bibirmu guna menahan tangis.

Tidak. Kamu tidak baik-baik saja. Kamu butuh Jongin untuk kembali menjadi tempat bersandar. Tapi, kenyataannya dia tidak bisa menjadi tempatmu 'pulang'. Untuk saat ini..

🍁

Pagi ini kamu memutuskan untuk sekedar main ke kantor. Kamu sudah merindukan teman-temanmu, terlebih Jongin.

Maka pukul delapan lewat dua puluh lima menit, kamu berangkat menuju kantor menggunakan taksi online.

Hari ini entah kenapa mood mu terasa sangat baik. Dan kamu harap, semoga hari ini kamu bisa bertemu dengan Jongin dan meluruskan masalah diantara kalian.

Sesampainya dikantor, kamu lebih dulu menuju ruang Jongin. Setidaknya, setelah masalah selesai kamu bisa dengan tenang berbincang dengan teman-temanmu.

Dan disinilah kamu sekarang, didepan pintu ruangan Jongin.

"Eh? Pagi Bu." sapa Mark sembari menundukkan kepala dan tersenyum.

"Jongin ada?"

Mark tersenyum, "ada. Tapi lagi ada tamu juga Bu."

"Siapa? Saya boleh masuk gak?"

Mark mempersilahkan kamu untuk masuk, dan memintamu menunggu di ruang khusus istirahat Jongin.

Tapi baru satu langkah, kamu sudah mendengar suara Jongin yang begitu ceria. Kamu begitu merindukan suara ini..

Langkahmu semakin mendekat, senyum sudah terlukis diwajahmu, namun sedetik kemudian senyum itu terpaksa luntur tergantikan dengan tatapan nanar.

[Husband Series] | Kim JonginWhere stories live. Discover now