2 - Keputusan Kanjeng Ratu

11.8K 601 4
                                    

Malu , harusnya Nagit merasa malu banget tadi di depan Mas Arya. Untung nya si Nagit itu memang sedikit gak punya malu, duh tapi tetep aja Nagit masih merasa punya malu kalo mengingat kejadian tadi, rasanya Nagit pengen pindah rumah biar gak tetanggaan sama Mas Arya. Tapi kan jarang-jarang yah Nagit bisa punya tetangga duda ganteng, duh galau kan jadi nya. Lagian juga gimana bilang ke Papa Nagit buat ngajak pindah .

"Pa pindah yuk! Bosen disini terus"

Atau

"Pa pindah yuk! Biar gak tetanggaan sama duda"

Atau

"Pa pindah yuk! Nagit malu kalo tinggal deket Mas Arya"

Seperti nya itu terlalu kekanak-kanakan dan Hardi , Papa Nagit itu tidak akan menuruti ajakan putri satu-satunya itu.

Jadi setelah Mas Arya tadi menjelaskan bahwa sudah sore yang berarti bukan pagi, Nagita langsung tersenyum lebar sambil menggaruk rambut nya yang tak gatal karena tidak berketombe dan tidak berkutu. Lalu dengan cepat ia berjalan kembali masuk ke rumah, acara beli bubur di pengkolan kompleks batal. Ya karena tukang bubur nya ada di pagi hari, tapi seperti nya Nagit bukan berjalan cepat tapi lebih tepat nya berlari dan masuk ke dalam rumah lalu mengunci pintu. Biar lah malam ini ia menghabiskan berhelai-helai roti tawar dan susu di kulkas.

***

Sri Ningsih Kumaladewi , bukan turunan darah biru. Tapi karena ia adalah seorang yang menjunjung tinggi kedisiplinan dan tatakrama membuat nya mendapat julukan Kanjeng Ratu oleh salah satu cucunya, siapa lagi kalo bukan Nagita Latusya Selafina. Apalagi Eyang Sri ini selalu mengenakan kebaya dengan rambut di gulung menyerupai sanggul, sudah seperti orang keraton saja menurut Nagita.

Eyang Sri ini adalah Ibu dari Hardi, Papa nya Nagit. Keluarga Papa Nagit ini asli Semarang namun mereka sudah hampir 40 tahun menetap di Bandung, tepat nya lembang. Mereka memiliki peternakan sapi , kebun sayur dan usaha kuliner yang cukup terkenal. Maka nya tak heran setiap hari di rumah Nagit selalu ada susu murni yang selalu di kirim oleh tukang suruhan Eyang Sri.

Kini Eyang Sri sedang duduk di ujung meja makan sebagai tetua, karena suami Eyang Sri yang bernama Anggara Rahardian sudah meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu akibat penyakit jantung . Disamping Eyang Sri terdapat anak dan menantu yaitu Hardi dan Marissa. Nefal sedang bermain bersama keponakan nya yang baru berusia satu tahun, karena seperti nya Eyang Sri akan membicarakan sesuatu yang penting.

"Anak perempuan kamu itu Hardi makin ndak bisa di atur, udah gede tapi ndak ada sopan santun nya sama orang tua"

Kata Eyang Sri yang selalu di ucapkan ketika Hardi dan keluarga main ke rumah ini, sedangkan Hardi dan Rissa diam menyimak.

"Dia itu harus di bimbing, kalian ndak bisa bersikap tegas dari dulu jadi jangan salahkan Ibuk yang sekarang bakal turun tangan" ujar Eyang Sri.

Hardi menatap sang Ibu "Maksud Ibuk Nagita mau di ke pesantren kan?" tanya nya.

Eyang Sri menggeleng "ndak"

"Ibuk mau jodohin dia sama cucu sahabat Ibuk"

"APAA!!!"

Hardi dan Rissa kaget, sebagai orang tua mereka tidak ingin mengatur kehidupan anak nya terlalu dalam. Mereka tau rasa nya di jodohkan dengan orang yang belum lama ia temui , ya benar Hardi dan Rissa itu di jodohkan di usia muda. Saat itu Hardi berusia 19 tahun dan Rissa berusia 16 tahun, tentu nya banyak rintangan yang di hadapi mereka dulu sampai sekarang Hardi dan Rissa saling mencintai.

"Tapi buk, Nagit masih muda! Baru 20 tahun, kuliah nya juga belum selesai" ujar Hardi.

"Kalian aja nikah umur belasan loh, ya ndak papa lah"

Miss SomplakWhere stories live. Discover now