Some loved (1)

14.2K 270 36
                                    

Hujan rintik-rintik membuat sebagian orang berlindung menghindari basah, tapi tidak dengan Teddy. Pemuda tinggi itu masih tenang berjalan di bawah tetesannya.

Teddy memasuki sebuah perusahaan Agensi periklanan, tapi langkahnya tertahan security yang mencurigainya.
Mungkin karena penampilan Teddy yang super asal, padahal wajahnya lebih dari lumayan dan bahkan banyak orang yang bilang kalau dia tampan

Untungnya Teddy bisa membuat keganasan bapak security menjadi sebuah keramahan. Sehingga dia bisa meneruskan langkahnya menuju lantai empat gedung tersebut.

Seorang gadis cantik dengan kulit bening dan rambut hitam terurai panjang, memasuki lift yang sama dengan Teddy.
Pakaian kantor yang dikenakannya terlihat sangat pas di tubuh langsingnya.
Dengan melihatnya saja bisa membuat pria tertunduk dan tergila-gila padanya.

Tapi tidak dengan Teddy, pengaruhnya tidak luar biasa.
Bukan karena dia tidak tertarik pada gadis secantik itu tapi baginya saat itu, tak ada yang lebih penting dari dirinya sendiri.

Mereka berdua tiba di lantai empat dan hendak melangkah keluar lift.
Tapi mereka dikejutkan dengan seorang pemuda yang berlari cepat menabrak mereka dan membuat mereka terjatuh bertumpuk di lantai.

Hanya saja Teddy sedikit kurang beruntung karena berada di paling bawah. Sementara pemuda ganteng yang menabrak mereka keasyikkan menindih bagian depan tubuh Vizzy, gadis yang satu lift dengan teddy itu, bahkan bibir mereka nyaris bersentuhan.

⭐⭐⭐

Siang harinya hujan telah lelah untuk terus turun mengguyur bumi. Bahkan tak meninggalkan jejak rasa dingin sedikitpun. Yang ada orang-orang merasa gerah dan kepanasan, karena sinar matahari mulai menyengat bumi.

Teddy dan kedua teman barunya memilih untuk duduk santai di pinggir jalan bagian luar cafe, untuk menghindari sesaknya pengunjung di jam istirahat.

"Maaf tadi aku terburu-buru." Tommy pemuda yang menabrak mereka tadi terlihat menyesal dan malu.

"Tidak apa Tom, lagipula kalian tidak seberat yang aku bayangkan. Dan... ."

"Dan apa Ted?"

"Dan empuk, kaaan?" Teddy membuat wajah Tommy dan Vizzy memerah.

"Ohya, untuk apa kamu menemui pak Hilmawan?" Vizzy segera mengalihkan pembicaraan yang sudah mulai keluar jalur.

"Aku hanya mengunjunginya sebagai seorang ponakkan Zy."

"Jadi beliau pamanmu?"

"Begitulah Zy, tidak mirip ya?"

"Tentu saja, dia kan bukan bapakmu." Tommy langsung menyeruput ice coffe nya.

"Tau aja kamu." Teddy tersenyum lucu dan tak menyiakan ice capuccino di hadapannya.

"Kamu akan bekerja di gedung yang sama dengan kita?"

"Entahlah Zy."

"Kenapa begitu? Memang apa pekerjaanmu sekarang?"

"Makan, tidur, mandi, kamu juga pasti tau apalagi pekerjaanku Zy... ."

"Maksudku profesimu? Kamu wartawan ya?"

"Bukan Zy, ini hanya hobby." Teddy mengelus halus kameranya.

"Bukannya hobimu makan dan tidur?" Tommy tak sungkan lagi karena mereka langsung merasa nyaman.

"Tau aja kamu Tom, hebat."

"Tapi kamu punya bakat kan?"

"Bakat Zy? Euhm.. Mungkin bicara."

"Sudah ku duga, kamu berbakat jadi pengacara."

"Tapi waktu kecil aku ingin bisa menyembuhkan banyak orang Tom."

"Kalau begitu jadi dokter saja."

"Sekolahku bukan kedokteran Zy, lagipula aku tidak terlalu suka bau obat."

"Bicara denganmu membingungkan." Tommy menggaruk kepalanya yang memang gatal.

"Sepertinya aku mulai tau tujuanku."

"Apa?!"

Tommy dan Vizzy kompak bertanya dan penasaran dengan jawaban Teddy.

"BAHAGIA."

"Semua orang juga mau." Tommy mengeluarkan dompet dari saku celananya.

"Kali ini aku serius, aku memang akan bergabung di perusahaan yang sama dengan kalian." Teddy tersenyum lebar dan Vizzy jadi tak bisa untuk tidak tertawa kecil. Sementara Tommy malah cemberut.

"Kenapa tidak bilang dari tadi, buang waktu saja." Tommy beranjak dari duduknya dan hendak melangkah.

"Mau kemana Tom?"

"Bayar, memang kalian yang mau bayar?"

"Tidak, kamu saja Tom. Ternyata kamu orang yang suka menepati janji."

"Aku tidak harus melakukan ini kalau kalian tidak menghalangi jalanku tadi." Tommy ngedumel.

"Siapa suruh nabrak kita?"

"Sudah cepat sana! Sekalian pesan satu lagi buatku yang seperti ini ya." Teddy menggoda Tommy.

"Aku juga ya Tom, juice avocado, bungkus." Vizzy tidak mau ketinggalan.

"Heumm... ."

Belum melangkah jauh, Tommy tertahan seorang pemuda yang berlari dan menabrak tubuhnya.
Hingga membuatnya terjatuh dan duduk di jalan.
Tommy hanya terdiam kaget sementara pemuda itu terus berlari dengan kencang.

"Kamu baik-baik saja Tom?"

"Tidak apa, aku baik-baik saja." Tommy berdiri dibantu uluran tangan Teddy.

"Langsung maen pergi aja tuh orang, bukannya minta maaf."

"Hah?! Dompetku.. Dompetku mana?!" Tommy tersadar dompet raib dari genggamannya.

"Copet?!" Vizzy ragu.

"Pasti, jangan diam saja Tom, ayo kita kejar!" Teddy menarik tangan Tommy untuk mengejar pemuda yang masih terlihat dari pandangannya.

"Hei berhenti!"

"Dia tidak akan berhenti, ayo lebih cepat larinya!" Teddy menahan tubuh Tommy yang nyaris jatuh ketika melewati pagar pembatas jalan yang di lompatinya.

"Hei kalian tunggu!" Vizzy berteriak dan berusaha mengejar Tommy dan Teddy yang mengejar pemuda yang menabraknya.

Pemuda itu tampak kebingungan di stasiun dan semakin kebingungan ketika dua pemuda tak dikenalnya mencegatnya. Pemuda itu berusaha menghindar tapi Teddy lebih dulu mendaratkan tinjunya di perut pemuda itu dan membuatnya terjatuh di lantai.
Tak puas sampai disitu, Teddy menindihnya dan memelintir tangannya.

"Sakit! Kalian mau apa dari gue? Salah gue apa?!" Pemuda itu mencoba membebaskan diri tapi Teddy kuat menahannya. Sementara orang-orang di sekitarnya mulai penasaran.

"Cepat kembalikan dompetnya! Atau gue hajar muka loe sampai nggak berbentuk, mau loe?!"

"Dompet?! Dompet apa? Gue nggak ngerti maksud loe... ."

"Geledah aja Ted!"

Teddy menggeledah pemuda itu dan tidak menemukan dompetnya.

"Benarkan?! Ngga ada di gue."

"Loe buang kemana dompetnya? Cepat bilang atau gue minta semua orang disini buat menghakimi loe."

"Ayolah! beritahu gue dimana dompetnya? Gue nggak peduli isinya loe ambil, yang penting dompetnya loe balikkin." Tommy setengah mengiba, membuat Teddy dan Pemuda yang masih kuat di pegangnya itu kompak merasa heran.

"Hah?!"

Bersambung....

AMBIVALEN [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant