1. The Rich Girl

8K 462 15
                                    

Jakarta, 2 Mei 20XX

Barcode Club, rooftop Le Codeffin LT. 3 Kemang

'Lihat, itu anak William Soetedja.'

'Gue tahu. Yang tajir dan suka nongol di acara-acara selebritis itu kan?'

'Tajir, tapi judesnya... Ngalahin Hittler kalo lagi pms.'

'Sejak kapan Hittler bisa pms?'

'Sejak gue lihat muka cewek itu barusan. Muka pembunuh. Dan... Apa-apaan dengan bajunya itu?'

Oh, yes. Aku datang untuk membunuh, kalau saja kalian, para pengunjung tahu apa yang akan kulakukan sekarang ini. Mungkin aku akan memberikan kalian tontonan yang menarik. Soal bajuku, mungkin kalian akan heran kenapa aku mengenakan gaun pengantin berbelahan sedang warna putih gading. Tampak seperti pengantin wanita yang menderita tanpa kehadiran pengantin pria. Terlihat dramatis? Jangan khawatir, aku cuma kebetulan sedang mengepas gaun pengantin milik butik sahabatku dan terlalu sial karena resletingnya stuck yang membuatnya kesulitan melepasnya sebelum datang ke tempat ini.

Aku meninggalkan acara gladi bersih peragaan busana pengantin yang secara khusus mengundangku. Sang pemilik butik yang tak lain adalah desainer yang pernah menjadi teman SMA-ku itu memberiku kehormatan untuk menjadi model utamanya. Sayangnya, aku merusak acara penting itu dengan menginjakkan kakiku di tempat ini. Dan ya, aku dengan senang hati menjadi pembunuh untuk ini.

Tahu kenapa?

Tentu saja karena ... Ah sebentar, sebelumnya aku terlebih dahulu harus mencari orang yang telah merusak mood-ku hari ini. Itu dia ....

Berpenampilan menyolok dengan setelan mahal, wajah seperti model pria di katalog busana, bertubuh tinggi, senyum memikat dengan alis yang sedikit angkuh. Tertawa lepas tanpa beban di samping seorang gadis lalu mencoba bercanda dengan bartender yang menyuguhkan minuman untuknya. Sambil menyesap minuman yang aku tahu adalah favoritnya, campuran vodka dan cocktail sour apple. Sangat bergaya, namun sekaligus membuatku muak. Berikutnya sosok itu menebar senyumnya yang kuhapal benar bertujuan untuk merayu. Siapa lagi kalau bukan ditujukan untuk gadis di sebelahnya yang berlekuk tubuh sangat mengundang.

Lihat saja apa dia masih bisa tersenyum saat melihatku datang menghampiri tempat duduknya. Dasar penghisap darah.

"Kok seneng-seneng di sini aku nggak diajak, Hon?" sapaku dengan senyum yang kupaksakan. Pria tampan itu menoleh ke arahku dan seketika raut wajahnya berubah. Oh tidak, dia bukannya sedang terpana melihat kecantikanku yang mengenakan gaun pengantin terbaik yang akan dipamerkan di butik bridal nomer satu, melainkan dia terkejut karena berpikir 'what the hell am i doing here?'

"Rena? Kamu ... ngapain kamu ke sini?"

Retorik. Pertanyaan yang tidak perlu sebenarnya. Aku memperhatikan ia buru-buru menarik tangannya yang semula berada di pundak gadis yang duduk di sebelahnya dan mencoba mendekatkan wajahnya kepadaku.

"Menurutmu?" acuh tak acuh aku mencoba bertanya balik.

"Kamu ... aku pikir kamu lagi ada acara peragaan busana milik temanmu itu, tapi kamu malah ke sini. Ada apa, sayang?"

Cih. Sayang? Masih sempat dia bermanis-manis meskipun dia sudah tersudut.

Atau, sebenarnya laki-laki ini tidak pernah merasa tersudut? Apa dengan kehadiranku saja kurang spektakuler?

"Siapa, Darl?" gadis berbaju minim itu bertanya dari balik bahu laki-laki itu.

Darl....

Diamond Sky in Edinburgh (TAMAT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt