42. Kyle

619 50 0
                                    

"Renata!"

Keringatku masih deras membasahi pelipisku. Ketegangan yang bercampur dengan eforia panggung membuatku terengah-engah dan berjalan keluar panggung dengan terburu-buru.

Tepat setelah tepuk tangan penonton bergemuruh dan memberikan standing applause yang cukup lama sementara lampu panggung menyorotku dan Jim secara bergantian, Jim berjalan menghampiriku, menggandeng tanganku. Berdua kami membungkuk di hadapan ratusan penonton yang masih riuh bertepuk tangan setelah menikmati musik penutup, komposisi khusus yang ditulis Jim Morley sebagai penghormatan terakhir untuk tunangannya. Lagu berdurasi lima belas menit itu berhasil kami perdengarkan pada penonton yang memadati King's Theatre malam ini tepat di malam terakhir Festival Fringe.

Selesai sudah pementasan ini.

Para pemain dan pengisi acara serta merta memadati panggung ini untuk memberikan penghormatan terakhir untuk penonton. Baik aku dan Jim sama-sama sibuk menerima buket bunga yang diberikan beberapa penonton yang menikmati duet kami. Perasaanku sungguh bercampur baur. Ya, aku masih merasakan ketegangan, tapi kepuasan penonton dan kepuasanku saat berhasil menuntaskan lagu itu tanpa kesalahan fatal membuat lututku masih sedikit bergetar. Aku tidak terlalu nyaman untuk tersenyum terus-menerus. Tapi saat ini, aku hanya ingin melepaskan seluruh kekhawatiranku dan menerima sambutan mewah yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Jim dan aku saling bertatapan. Bahkan aku pun tidak bisa menerjemahkan arti tatapan matanya. Namun pertama kalinya sejak pertemuan kami, Jim menatapku seolah-olah ia tidak bisa melepaskanku barang sebentar. Tidak peduli saat itu kami masih berdiri di depan penonton. Jantungku berdegup. Mungkinkah ia tidak suka aku memakai cincin milik Jane saat duet kami barusan?

Jane ya ...

Apakah perasaanku saja, aku merasa Jane pun tidak akan marah aku mengenakan cincin itu. Sesaat sebelum aku muncul di panggung pun ... seolah-olah aku mendengar bisikan yang menguatkanku dan memantapkan niatku untuk melangkah dan mengenakan cincin ini.

"Percaya padaku, kau orang yang tepat untuk mengenakannya."

Sesaat aku merasa berhalusinasi dan bisa jadi itu cuma perasaanku saja yang naïf bahwa Jim pun tidak akan keberatan.

Tirai panggung telah ditutup perlahan. Tanpa menunggu, aku buru-buru keluar panggung dan mencoba menghindari tatapan Jim.

"Renaata ... Tunggu!"

Aku tetap berjalan menjauh dari kerumunan para pemain beserta aktor dan aktris kecil pengisi acara. Setidaknya aku ingin ada ruang bagiku untuk menyiapkan hatiku seandainya Jim benar-benar marah dan tidak bisa menerima cincin itu sekarang ada padaku. Atau aku mungkin tidak sesiap ini menghadapinya. Atau aku masih merasakan bahwa seharusnya aku tidak berada di sini.

"Rena, stop!"

"Aku minta maaf, Jim ... aku benar-benar minta maaf karena--"

Aku tidak berhasil menyelesaikan kata-kataku karena pria itu telah mendekapku erat.

"Terima kasih kau mau datang. Aku menyesali apa yang kukatakan padamu tempo hari. Aku bohong soal aku tidak memerlukanmu, Rena. Ya ampun, aku sangat bersyukur hari ini kau kembali padaku."

Aku mematung. Mencoba berpikir jernih sementara gejolak aliran darahku seolah terhambat oleh kata-kata Jim yang justru berusaha menenangkanku. Pelukannya, belum pernah aku merasa begitu berat melepaskannya. Namun aku harus kembali pada kenyataan. Dan tujuanku semula.

Perlahan aku melepaskan cincin bertatah berlian yang berbulan-bulan selalu ada dalam genggamanku. Menariknya dari jari manisku seperti menarik bilah pedang yang tertancap di tubuhku. Memakainya terasa sakit namun melepaskannya ternyata terasa lebih menyakitkan.

Diamond Sky in Edinburgh (TAMAT)Where stories live. Discover now