27. Arthur's Seat

709 58 0
                                    

Seharusnya aku tahu waktu orang Skotlandia mengajak seseorang berjalan-jalan itu artinya tidak sama dengan orang Indonesia mengajak jalan-jalan sebentar. Instead of walking, they should say hiking. Yah, bisa dibilang apa yang kami lakukan sekarang lebih tepat disebut mendaki bukti. Sesaat aku menyesal, kenapa saat Jim akan mengajakku 'berjalan-jalan' aku malah menyetujuinya bahkan mengiyakan dengan sangat riang?

Aku mengagumi danau di seberang rumah kakaknya. Danau yang ternyata aku tahu adalah Duddingston Loch. Saat aku memutuskan untuk mengunjungi Jim di rumah kakaknya atas saran dari Derek, aku sama sekali tidak tahu bahwa letak rumah yang bernuansa pedesaan itu masih berada dalam area Holyrood Park. Kawasan suaka burung dan dekat dengan Dr. Neil's Garden atau yang menurut Jim adalah Edinburgh's secret garden, tempat berkumpulnya tanaman-tanaman liar yang dibangun oleh pasangan suami istri Nancy and Andrew Neil yang berprofesi sebagai dokter setempat. Ditambah pula tempat itu berada tepat di kaki bukit Arthur's Seat. Seandainya kedatanganku tidak disambut baik, atau lebih buruk Jim mengusirku secara terang-terangan, aku masih bisa mencari tempat pelarian sementara untuk kekesalanku dan aku yakin, Duddingston Loch maupun Dr. Neil's Garden pilihan yang bagus, tapi tidak termasuk mendaki Arthur's Seat.

Jim tampaknya berhasil membuatku kesal. ketika ia memarkirkan mobilnya masuk ke Holland House, pintu masuk Holyrood Park. Dia menyuruhku turun untuk menyebrangi jalan Queens Park dan mulai berjalan dari lembah bukit. Hasilnya, setelah berada di depan pilihan jalur untuk mendaki puncak Arthur's Seat, Jim menyeretku menaiki jalur sebelah kanan. Baru beberapa menit kemudian aku menyadari jalur ini dipenuhi jalan berbatu yang sangat kacau, saling zig zag. Tidak terhitung berapa kali aku berhenti sejenak untuk mengambil napas. Sembari melihat sekeliling, beberapa kali aku berpapasan dengan orang yang juga bermaksud menuju ke puncak bukit. Sesekali aku melihat pemandangan di belakangku dengan latar belakang kota Edinburgh yang semakin terlihat kecil.

Aku menghela napas. Priceless. Betapa anehnya fenomena kota Edinburgh ini. Di mana lagi kau bisa menemukan keindahan kota bersejarah sekaligus alam perbukitan dalam satu tarikan napas. Kenyataan bahwa di tengah kota ada bukit yang berasal dari gunung berapi yang tidak aktif setinggi 251 meter, cukup membuatmu berdecak kagum. Ah, sial ... napasku mulai tidak beraturan.

"Kau sudah kelelahan? Wah, sudah berapa lama kau tidak menggunakan kakimu untuk berjalan seperti ini?"

Bahkan ucapan Jim yang beberapa waktu lalu terdengar manis sekarang berubah menjadi ejekan.

"Bagaimana aku tahu kalau kau lebih mengajakku mendaki bukit ketimbang berjalan-jalan?"

"Ini yang kusebut berjalan. Ayolah, kalau kau tidak bertemu denganku, kau pasti akan tetap menjadi turis kan? Sudah kewajibanmu untuk tidak melewatkan tempat semacam ini. Dan kewajibanku pula untuk tidak membiarkan turis sepertimu menyesal karena belum pernah mendaki Arthur's Seat."

Baiklah, ucapannya cukup masuk akal. Dan ajaibnya, udara cukup cerah hari ini. Angin bertiup cukup kencang, tetapi sinar matahari lebih dari cukup untuk mengimbangi dingin udaranya. Hanya saja jalanan berbatu nan curam ini, sedikit menghambat langkahku. Syukurlah, Jim tidak berubah menjadi kejam lantas meninggalkanku yang buta arah berjalan sendirian. Ia berhenti di depan untuk melihat keadaanku. Tentu saja masih dengan senyuman mengejeknya.

"Mukamu berantakan sekali. Aku harusnya memilih jalur yang satu lagi, kalau tahu kau sangat kehabisan napas seperti sekarang ini," ujarnya kembali menjejeri langkahku. Aku terperanjat.

"What? Ada jalur lain yang lebih mudah ketimbang jalan berbatu seperti ini?"

"Yup."

"Kalau begitu, kenapa kau memilih jalur ini?"

Diamond Sky in Edinburgh (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang