33. Truth Behind

727 66 1
                                    

Kedua kalinya dia melangkah keluar pintu apartemen ini dengan tatapan yang sama. Jika malam sebelumnya pikiranku begitu dipenuhi tentang Jane yang meninggalkan surat terakhirnya, kali ini berbeda. Kali ini tidak hanya dadaku yang sakit karena lagi-lagi melihatnya pergi dengan terluka, tapi juga egoku yang tercoreng. Gadis itu, meninggalkan apartemenku dengan keadaan kami saling menyakiti. Belum lagi, ada tamu tak diundang di dalam apartemenku. Ya tuhan, apalagi rencanamu kali ini?

Aku menatap dengan pandangan pasrah ke arah Kyle yang tengah menghabiskan segelas air putih yang kusuguhkan. Wanita ini memang cantik, tapi sungguh bodoh. Dia mencari ketenangan dengan mendatangi apartemen laki-laki hanya karena sudah putus asa dengan laki-laki yang meninggalkannya. Dia pikir aku akan bahagia dengan pernyataan cintanya yang ajaib itu. Dan lagi, apa yang dipikirkannya sampai mabuk dan mencariku? Timing kedatangannya sungguh buruk.

"Kau sudah tenang? Aku akan mengantarmu pulang kalau kau sudah sedikit sadar," ujarku memecah keheningan dan duduk di hadapannya. Meja ini baru saja selesai kubersihkan setelah makan malamku dengan Renata. Ah, aku berusaha terlalu keras untuk membuat gadis itu terkesan dengan masakanku. Dia memang terkesan, wajah memerahnya saat menikmati makanannya dan senyum yang tidak dibuat-buat sesuai dengan perkiraanku. Seharusnya malam ini berjalan dengan lancar. Kalau saja ...

"Tidak bisakah aku menginap di sini saja? Aku tidak ingin kembali ke apartemenku. Aku takut kalau ..."

"Maaf, Kyle. Aku tidak bisa menerimamu menginap di sini. Karena normalnya aku tidak tinggal di sini."

Aku terpaksa mengarang alasan sedikit.

"Apa maksudmu?"

"Apa kau tidak dengar? Aku sudah lama tidak tinggal di apartemen ini."

Ini bukan sepenuhnya bohong. Meskipun malam ini aku berniat bermalam di sini, tapi aku tidak siap menerima siapa pun sebagai penyusup di apartemenku.

"Tapi sekarang kau ada di sini."

"Ya benar, tapi karena suatu alasan aku kemari."

"Alasan? Apa makan malam dengan gadis cello itu alasan utamamu?"

Aku mengangguk.

"Aku tidak tahu kalau kalian sedekat itu. Apa bagusnya dia?"

"Dia pemain cello-ku untuk pementasan nanti."

"Ya, itu aku tahu. Tapi, kau tidak sedang menjalin hubungan dengannya kan, Jim?"

Enough said. Kurasa sekarang saatnya mengantar wanita ini pulang. Dua gelas air putih sudah cukup membuatnya tersadar. Buktinya dia tampak tahu benar apa yang sedang kami bicarakan.

"Untuk kali ini aku bilang padamu, ini bukan urusanmu. Aku akan pulang ke rumah kakakku di Duddingstone. Terserah saja kalau kau mau menginap tapi itu artinya aku tidak bisa mengantarmu."

"Kau benar-benar menyebalkan, kau tahu itu? Kenapa hidupku harus dikelilingi pria angkuh sepertimu dan satu lagi pria brengsek seperti pacarku."

"Tapi kau selalu punya pilihan, Kyle. If he's not good enough for you, this time ... don't ever throw yourself to all random guys you met."

"But ... you were not a random guy, Jim. Aku menyukaimu sejak pertama melihatmu."

"Aku sangat berterima kasih, Kyle. Tapi aku belum siap menerima wanita mana pun masuk ke kehidupanku. Kau tahu keadaanku."

Dibandingkan kekecewaan di wajah Rena, aku tidak melihat raut wajah sejenis di dalam sosok Kyle. Wanita ini tampak lebih tenang seolah sudah memperkirakan jawabanku.

"Ya, aku tahu. Mungkinkah, itu yang membuat gadis cello itu pergi dengan wajah sangat menderita. Apa karena kau menolaknya?"

Makin lama aku makin tidak suka topik bahasan ini. Aku segera bangkit beranjak ke pintu.

Diamond Sky in Edinburgh (TAMAT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن