45. Epilog

2.8K 94 19
                                    

Di mana aku?

Kepalaku terasa pening dan berat sekali rasanya untuk bangkit dari tempat tidur ini.

Tempat tidur? Di mana tepatnya aku tertidur? Terakhir kali yang kuingat aku tidak sadarkan diri saat berada di makam Jane. Karena kehadiran seseorang. Ya seseorang. Seseorang yang tiba-tiba memberitahu kabar bahwa Renata ...

Renata?

Apakah itu penyebab aku pingsan hari ini?

"Renata ya ..."

Tanpa sadar aku menggumamkan nama itu.

"Yes? Kau memanggilku, Jim?"

Seluruh ototku menegang. Bibirku terkatup. Apa sedemikian parah kepalaku terbentur saat pingsan hingga rasanya aku berhalusinasi mendengar suara Renata?

Namun, jika benar aku hanya berhalusinasi. Bagaimana mungkin wajah gadis itu terpampang jelas di depan wajahku. Bukan hanya jelas, tapi juga dekat. Aku melihat sosok mungilnya yang mendekati tempat tidurku. Tidak, ini mimpi ... aku tidak pernah melihatnya secantik ini. Dia ...

"Kau sudah bangun? Sudah sadar? Syukurlah ... Julie!!!"

Aku masih belum mampu menguasai pikiranku. Aku belum bisa memastikan apakah yang ada di hadapanku ini nyata ataukah bayangan semu semata. Dan... apa-apaan ini? Kenapa gadis itu berteriak memanggil nama kakak perempuanku? Dan kenapa ada Julie di kamar apartemenku?

Ah, aku benci ini. Sangat benci jika aku tidak sanggup mengingat-ingat apa yang tengah kualami. Tunggu ... seprei ini, ranjang ini, pemandangan danau dari jendela ini ... aku tidak sedang berada di apartemenku. Aku ada di rumah Julie.

Renata? Di rumah Julie?

Astaga, sudah berapa hari aku pingsan?

***

"Aku sungguh-sungguh minta maaf, Miss Renata. Aku sudah bilang pada istriku, memanggilmu kemari seperti omong kosong, tapi kami merasa kau perlu tahu soal Jim."

Aku mendengarkan penjelasan Edward, suami Julie dengan seksama.

"Tidak apa-apa. Aku senang kalian masih ingat padaku," jawabku mencoba tersenyum meskipun rasanya senyumku tidak akan terasa sama lagi. Aku menghampiri Julie yang tengah menyiapkan makanan dan beberapa cemilan untuk Jin yang baru saja sadar.

"Tentu saja kami ingat padamu. Kau gadis yang dia ingat selain Jane. Sejak kedatanganmu kemari tahun lalu dan setelah kau kembali ke negaramu, aku bisa melihat Jim sangat kehilanganmu."

Julie menimpali ucapan suaminya dengan lembut. Ia menepuk pundakku dan memberikan nampan berisi coklat panas dan sepiring kue bagel untuk kubawa ke kamar Jim. Sekali lagi sebisa mungkin aku mencoba tersenyum tulus dan meninggalkan pasangan suami istri yang masih duduk di tepi dapur.

Aku menaiki tangga menuju kamar Jim. Perasaanku bercampur tidak menentu. Antara kerinduan yang memuncak dan rasa bahagia setelah sekian lama aku selalu memimpikan pertemuan kami berikutnya. Ditambah pula ...

"Aku membawakanmu kudapan. Still, it's too early for having dinner. Karena itu sekarang lebih baik kau minum cokelat panas ini."

Aku meletakkan nampan itu di dekat tempat tidurnya dan mencoba mencuri pandang ke arah wajah pria yang sedikit pucat. Dia masih tampan seperti terakhir kali kulihat. Tubuhnya masih ramping seperti terakhir kali aku memeluknya dan tatapannya masih sama teduhnya dengan terakhir kali ia menatapku lekat.

"Kurasa ... aku mulai mengingat semuanya," ujar Jim tatkala aku membantunya untuk sedikit menegakkan tubuhnya.

"Oh ya? Apa yang kau ingat?"

Diamond Sky in Edinburgh (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora