29. Fringe

586 57 0
                                    

Tadinya kukira menikmati pertunjukan Fringe dengan sedikit mengeluarkan uang untuk tiket akan menghindarkanku dari sekumpulan massa yang menyesaki lokasi pertunjukan, ketimbang menonton aksi seniman jalanan gratis di Royal Mile atau tempat-tempat terbuka lainnya. Tapi sepertinya aku salah. Ingatkan aku, mau gratis atau berbayar, Fringe will be Fringe. Selalu padat. And it's summer holiday afterall ...

Ah sial, baru sebentar perhatianku teralihkan karena ramainya kerumunan, tiba-tiba saja aku sudah terpisah dari Astrid. Arlan bahkan sudah berjalan duluan. aku bahkan tidak tahu apa yang kami tonton hari ini. Seingatku pertunjukan komedi, tapi aku tidak tahu apa judulnya.

Aku menyusuri lorong yang menghubungkan bangunan depan Pleasance dengan Pleasance Courtyard. Rangkaian gedung teater The Pleasance ini masih berada di kompleks Universitas Edinburgh. Salah satu dari empat gedung Student Union yang setiap tahunnya selama sembilan bulan digunakan untuk memfasilitasi keperluan komunitas mahasiswanya. Namun selama bulan Agustus, kompleks ini tak ubahnya seperti bazaar. Di dinding dipenuhi fliers yang ditempel sebagai identitas dan jadwal masing-masing pengisi acara di 14 titik theatre booth sepanjang courtyard. Pertunjukan musik, komedi, beberapa mungkin lebih seperti stand up comedy, atau monolog. Sungguh surga bagi yang menyukai segala kebebasan pengapresiasian tentang seni itu sendiri. Beberapa kali aku melihat bar terbuka dan stand makanan. Selalu ramai dengan wajah-wajah yang beraneka ragam ras dan usia. Dan di antara manusia-manusia sebanyak ini, aku benar-benar kesulitan mencari Astrid ataupun Arlan. Kemana mereka?

Aku menerima uluran fliers yang disebarkan oleh beberapa orang yang berjaga di theatre booth yang beberapa tampak dipadati. Kira-kira di booth mana, pertunjukan yang akan kami tonton itu? Ya Tuhan, aku tidak menyangka aku tersesat di halaman terbuka seperti ini? Ah tapi, beberapa pertunjukan sepertinya menggratiskan penontonnya. Jadi dimana kira-kira pertunjukan yang tidak gratis dan semahal delapan belas poundsterling ini?

Seharusnya aku menolak ajakan Astrid menikmati Fringe dari tempat semacam ini. Akan lebih mudah jika kami menonton opera, orkestra atau balet klasik misalnya di gedung opera yang mewah. Seandainya membosankan sekalipun, aku masih bisa tertidur tanpa bahuku bersenggolan dengan orang lain.

Tapi Astrid menolak usulku. Alasannya untuk pekerjaannya sebagai jurnalis seni, ia memang sering mendatangi gedung pertunjukan yang jauh lebih besar dan tiket yang lebih mahal. Operet atau drama teater berkelas Internasional yang disutradarai sutradara ternama peraih penghargaan festival, panggung yang lebih luas, dan script yang tidak main-main. Tapi di waktu luang, sebagai seorang pengapresiasi seni, ia bilang ia menginginkan sesuatu yang lain. Pertunjukan yang lebih merakyat, murah dan secara kualitas tetap menjadi pertunjukan berkelas sekalipun dengan jumlah penonton minim maupun kostum yang seadanya.

Aku masih saja berputar-putar tidak jelas saat akhirnya aku merasakan seseorang mencengkeram lengan atasku. Ketika berbalik, aku mendapati wajah asisten papaku yang seperti terengah-engah. Tampak kelelahan.

"Rena .... Bisa tidak sebentar saja tidak tiba-tiba menghilang?" serunya dengan wajah pias, tampak lelah dan cemas.

"A-aku bingung karena banyak orang."

"Kamu pikir aku juga tidak bingung karena kamu terus-terusan menghilang?"

"Arlan, kamu kenapa?"

Ia tidak menjawab. Namun wajahnya menampakkan keputusasaan. Beberapa kali aku melihat dia menyisir rambutnya yang kelihatan berantakan dengan kesepuluh jarinya.

"I'm fine. Sudahlah, ayo masuk. Astrid sudah menunggu," ujarnya. Kali ini sambil menggenggam lenganku erat. Anehnya, aku tidak protes. Seolah-olah dalam diriku aku juga merasa bersalah karena tidak mengindahkan peringatannya atau bahkan nekat pergi sendiri ke tempat yang tidak kukenal. Aku bahkan tidak tahu Arlan akan semarah itu.

Diamond Sky in Edinburgh (TAMAT)Where stories live. Discover now