26. Meet Jules

718 63 1
                                    

Kenapa tidak mungkin?

Karena memang tidak mungkin. Atau setidaknya, aku tidak dalam posisi siap untuk meleburkan diriku sepenuhnya pada kenangan-kenangan Jane yang menyesakkan dengan sengaja. Itu seolah memintaku untuk menghentikan denyut jantungku. Melemparkan diriku pada kobaran api yang menyala atau terjun dari menara Scotland Monument. Tidak akan membuatku langsung mati seketika, tapi ... akan membunuhku perlahan-lahan. Dan itu sangat menyiksa.

Aku menyukai tulisan-tulisan Jane. Aku justru mencintai dunianya yang dipenuhi khayalan kekanak-kanakan dan imajinasinya yang tidak terbatas. Aku hanya terlalu pengecut untuk menyelesaikan membaca buku itu. Terlalu pengecut untuk menyadari bahwa hanya itulah pesan terakhir yang ditinggalkan kekasihku.

Kau bilang tiga bulan waktu yang kau berikan untuk melupakanmu, Jane. Kau sungguh tidak berperasaan, menganggap aku bisa melupakanmu secepat itu.

"Kenapa? Kenapa kau tidak mau melakukannya? Tidakkah kau pikir Jane layak mendapatkan penghormatan terakhir atas kecintaannya pada buku, pada dunia anak-anak dan ... padamu, Jim?"

Aku tidak tahu apa yang membuat gadis Indonesia itu ngotot memintaku untuk mementaskan buku yang ditulis Jane. Hal yang kubutuhkan terakhir adalah mendapati gadis berlesung pipit itu mendatangi rumah Julie, tempat tinggalku sementara ini.

Dan dari semua ini darimana ia tahu alamat rumah Julie? Serius, dari mana dia mendapatkan kemampuan untuk menguntitku sebesar ini? Terkadang kejutannya membuatku takut.

"Sebelum kita bicara, kau perlu menjawab pertanyaanku. Dari mana kau tahu alamat rumah ini?"

"Itu mudah saja, Jim .... Karena aku menyampaikan ideku untuk pementasan itu pada Derek. Dia sangat bersemangat untuk bisa mewujudkannya. Dia sudah memastikan akan mengaudisi murid-murid La Harmony untuk pemerannya. Lalu dia dengan sengaja memberikan alamatmu padaku."

"Audisi? Dia gila atau apa? Bisakah kalian tidak memutuskan sesuatu tanpa seizinku?"

"Kami belum memutuskan apa pun, Jim. Hanya sebagai gambaran seandainya kau setuju melakukan ini, kau tahu akan ada banyak orang yang mendukungmu. Consider this things as your birthday gift."

Birthday gift?

Ini omong kosong. Kalaupun ini hadiah ultahku kenapa aku merasa begitu tersiksa memikirkannya?

"Hei, Jim ... Apa kau bisa buka pintunya? Kedua tanganku sibuk."

Aku mendengarkan seruan Julie dari luar kamarku. Ya, aku membiarkan, atau lebih tepatnya Julie yang membiarkan Rena masuk ke kamarku. Aku tidak cukup energi untuk melawan, apalagi mengusir Rena karena energi untuk bangkit dari tempat tidur pun rasanya belum mumpuni. And I tend to get easily emotional in the morning. Sesuatu yang tidak ingin kuperlihatkan di depan gadis itu

Aku bangkit dan membuka pintu kamarku dan mendapati kakak perempuanku satu-satunya memegang nampan berisi kopi dan sandwich dengan wajah sumringah. Urgh ..., semoga saja Julie tidak berubah menjadi ibu-ibu yang selalu ingin tahu.

"Thank you, dear. Ah sudah lama sekali rasanya tidak melihat Jim kedatangan tamu seperti sekarang ini. Senang rasanya, apalagi setelah tahu tamunya kali ini perempuan," ujar Julie yang seperti baru saja melihat seorang malaikat turun ke rumah ini. Terlalu berlebihan.

"Hai, aku lupa memperkenalkan diri. Aku Julie, kakak perempuan Jim. Maafkan ketidakramahan Jim di pagi hari. Dia memang agak menyebalkan saat pagi persis seperti perempuan sedang PMS."

Julie seketika mendekati Rena dan menyalaminya dengan hangat. Aku bisa melihat tatapan Rena yang sedikit takjub dengan keramahan yang diperlihatkan Julie.

Diamond Sky in Edinburgh (TAMAT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin