32. Shit Happens

658 59 0
                                    

"Ah dia yang mengantarku kemari. Kau ingat dia? Yang pernah bertemu saat aku baru pertama kali mendatangi La Harmony." Meski aku pun heran kenapa Arlan mau-maunya berdiri menungguku di depan apartemen Jim, aku tetap memaksa mengatakan pada Jim seolah-olah itu adalah hal yang normal.

"Jadi kau kenal laki-laki itu?"

Jim tidak terlihat menyukai ide bahwa orang di bawah sana adalah orang yang kukenal.

"Tentu saja. Aku memang bersamanya saat datang ke kota ini. Dia asisten papaku."

"Benarkah? Wow .... Aku mengajakmu makan malam di apartemenku, dan ternyata kau datang dengan laki-laki yang mengantar sekaligus menungguimu."

Apa ini cuma perasaanku, tapi kenapa Jim terlihat tidak suka saat ia membicarakan Arlan?

"Aku tidak minta dia menungguku. Tapi seandainya dia menunggu aku tidak memusingkan hal itu. Dia hanya berniat baik."

"Dan berlebihan. Aku yang mengajakmu, Rena. Aku sendiri yang mengantarmu pulang."

"Aku tidak mengharapkan apa-apa darimu. Aku sudah sangat bersyukur kalau hari ini kau tidak mengusirku."

Tatapan mata Jim seakan menegang dan tajam menghunjamku.

"Oh jadi kau masih sakit hati tentang malam itu?"

"Tidak. Aku cuma bilang, tidak ada satu pun dari kita yang menganggap malam ini adalah kencan. Bahkan aku pun tidak, jadi aku tidak terlalu banyak berpikir saat Arlan bilang akan mengantar dan menjemputku."

"Tapi tidak pernahkah terlintas di kepalamu bahwa karena kejadian itu aku sangat merasa bersalah dan tidak mau itu terulang lagi?" tanyanya seolah putus asa.

"Aku tidak punya hak berpikir begitu, Jim."

"Kenapa?"

"Kenapa? Kenapa pertanyaan itu tidak kau kembalikan pada dirimu sendiri? Kenapa perlakuanmu membuat orang lain tidak bisa mendekatimu, meskipun mereka mau? Karena kau mengunci dirimu sendiri."

"Tapi aku tidak mengabaikanmu, kalau kau lupa itu. Karena kau juga aku berpikir keras untuk ... mati-matian menerima ... keadaanku sekarang."

Jim terlihat ragu-ragu mengucapkannya. Lebih tepatnya ... ia berhati-hati jika mengungkit tentang Jane.

"See? Kau bahkan tidak berani mengucapkannya."

"Mengucapkan apa?"

"Mengucapkan apa yang sedang kau hadapi. Mengakui bahwa Jane, tunanganmu sudah meninggal ..."

"Stop!!!"

Aku tercengang. Jim membentakku dengan cukup keras. Berikutnya ia terlihat sedikit menyesal.

"Maaf ... aku ..." Jim terlihat bingung setelah membentakku.

"You know what? Jika aku adalah Jane, dan meninggal lalu arwahku gentayangan, aku pasti sangat menyesal nyaris menikahi seseorang yang bahkan tidak hadir ke pemakamanku. Tidak mau menemui keluargaku dan menolak mengingatku dalam wujud kenangan. Aku tidak butuh dicintai dengan cara seperti itu."

Kukira aku tidak ingin lagi berada di sini. Tidak ingin kami bertengkar lebih dari ini. Karena itulah aku buru-buru mengambil tasku dan berjalan menuju pintu. Namun aku merasakan lenganku tertahan karena genggaman Jim.

"Jane," panggilnya lirih.

Jane? JANE? Dia memanggilku dengan nama tunangannya?

"Tidak. Maksudku, Rena ..."

"Kau menyedihkan, Jim. Mungkin memang benar. Aku tidak akan bisa menembus pertahanan cintamu yang begitu besar untuk Jane. Tapi kau akan selamanya hidup di duniamu sendiri, dengan dinding yang kau bangun sendiri."

Diamond Sky in Edinburgh (TAMAT)Where stories live. Discover now