Bab 1 : Nikah, yuk?

5.6K 152 31
                                    

Aku merindukanmu
Bahkan di tiap detik detakku

Aku selalu mengingatmu
Meski aku tahu tak ada ruang dalam memorimu untukku

Hingga akhirnya mimpi memberiku waktu untuk bisa menghapus lukaku

Dan merangkai kisah yang kumau

Cekidot!
.
.
.

Hari terakhir UAS.

Lega. Perasaan itu membuncah dalam benak Lolita, mahasiswa semester 5 program studi S1 pendidikan Matematika yang akhirnya melewati hari terakhir ujian semester di kampusnya, Universitas Mataram. Langkahnya terhenti ketika jendela lantai 2 TPB seolah mendadak begitu menarik baginya. Ya, jauh dari atas sana, ia bisa melihat seseorang dengan langkah diaduk cemas. Sosok itu tengah berusaha mencari sepeda motor miliknya. Ia selalu lupa lokasi tepat ia parkir. Ia tersenyum lebar dari atas sana.

"Ooiii, lo liat apaan, sih? Kek orang gila aja senyum-senyum sendiri," tegur Mita, teman sekelasnya sekaligus teman terdekatnya sejak semester 2.

Seketika pemandangan di luar jendela berubah. Daerah parkiran yang dulu luas kini terisi oleh beberapa pepohonan dan tanaman berbunga. Ya, dia tersadar. Dia hanya dirasuki rasa rindu. Rindu itu berhasil menghadirkan sosoknya yang hilang sejak berpuluh-puluh hari yang lalu.

"Iya, kayaknya gue udah jadi gila," timpal gadis bertudung panjang itu.

Ia menatapi setiap vapin blok yang akan dilewatinya satu per satu. Sesekali melirik ke kiri atau ke kanan, hanya memastikan tak ada pemandangan yang cukup menarik untuk mengalihkan perhatiannya.

Langkahnya pelan. Ia hanya tidak ingin cepat sampai rumah. Terasa seperti parkiran memiliki jarak yang begitu jauh darinya.

Setelah berhasil membebaskan sepeda motor yang terhimpit, ia melesat dan menghilang di keramaian jalan raya kota. Tapi, perhatiannya tertuju pada sebuah rumah makan sederhana namun terkesan berkelas karena dekorasinya. Tanpa sadar akhirnya sepeda motor yang baru saja dikendarainya terparkir rapi di sana.

Kenapa gue malah ke sini, ya?

Lolita duduk di salah satu meja kosong yang berpasangan dengan sisi tengah gerbang. Entah apa yang membuat rumah makan ini selalu sepi. Namun kilatan memori memberinya cukup informasi tentang alasan keberadaannya di sini.

Ya, berani-beraninya kenangan itu maksa gue buat datang ke sini lagi, kedua kalinya. Posisi yang sama. Gue masih bisa ngelihat dia sekarang di depan gue, makan mie ayam bakso. Waktu itu gue cuma ngelihatin dia sambil nyedot es teh yang dia traktir juga.

Gadis yang akrab disapa Loli itu tengah berkabung dengan masa lalunya. Peperangan dengan perasaannya masih belum berakhir. Ia masih belum sanggup berdamai dengan lukanya. Terlalu perih.

Duh, kenapa gue malah keinget, sih? Inget, Lol, lo itu udah hijrah. Lo nggak boleh lagi ngarepin atau inget-inget masa-masa nestapa sama dia.

Loli berusaha mengusir memori yang mendadak bermunculan tanpa terkendali. Ia memejamkan matanya kuat-kuat demi memusnahkan semua tentang dia. Iya, tentang dia.

"Nikah, yuk?"

"Ya Allah, lagi galau begini malah ada drama. Plis deh jangan lamaran deket gue," gerutu Loli berharap si pemilik suara menyingkir dan memilih tempat lain untuk melamar kekasihnya.

"Ah, masa?" nada itu semakin lama semakin tak asing bagi Loli. Aksen yang hanya dimiliki oleh sosok yang selalu mengisi ruang rindunya. Ia masih dalam posisi mata tertutup dengan bantuan kedua telapak tangannya menangkup.

Nikah Lagi, yuk!Where stories live. Discover now