Bab 23 : I am A...

413 31 3
                                    

Tentang cahaya dan gelap yang tak pernah berjanji untuk selalu bersama, namun takdir mengikat mereka.

Cekidot!

.
.
.

"Loli?"

Omegatt!
Ini namanya udah jatuh kegiles buldozer.
Gue udah berasa seratus kali lebih tipis dari kulit bawang dibagi seratus.

"Oh, Adriyan? Lo udah selesai sama pasien-pasien tadi?"

"Iya. Gue ke sini mau ke kampus."

"Uuhh harusnya lo dateng cepetan tadi," goda Gea pada Loli yang tampak begitu gugup sekarang.

"Kenapa? Ada apa? Ada yang gangguin dia?" Kedua alis pria itu bertaut. Ia mengatakannya sembari beberapa kali mengalihkan bola matanya pada gadis yang meringkuk di sebelahnya.

"Haha tadi ada drama tau! Yono ditolak!"

"Hah? Ditolak? Sama siapa? Tumben ada cewek yang nolak. Gimana reaksinya? Takutnya dia ntar salah diagnosa gara-gara galau,"

"Haha siapa lagi kalau bukan-"

"Gebetannya!" Potong Loli. Gadis itu tidak mau mendapatkan ceramah panjang di rumah kalau Riyan tahu pelaku penolakan itu tak lain adalah dirinya.

"Eh?"

"Siapa lagi kalau bukan gebetannya? Masak cicak betina depan kebun Biologi, hahaha..." Tawa yang terlalu dipaksakan.

"Oh."

Oh?
Gitu doang?
Okay, selama dia percaya dan nggak nanya lagi.

"Jadi siapa cewek yang berani nolak temen tampan tajir gue?"

Akkh...
Apa segitu pentingnya nyampe dia harus nanya segitu detil?
Omegatt! Giliran tentang gue, nggak dia sebawel itu.

"Tuh," tunjuk Gea ke arah gadis yang kini kehilangan oksigen bagi pulmo kembarnya.

Astaghfirullah
Astaghfirullah
Astaghfirullah
Allahuakbar
Allahuakbar Allahuakbar
Wa laa haula wa laa quwwata illa Billah
Allahuakbar
Walillah Ilham

Kali-kali aja kalo gue dzikir sepanjang hayat, zatan-zatan di sekeliling Riyan jadi menciut.

"Ah, okay. Sebenernya gue ke kampus buat jemput dia pulang. Tapi karena dia sekarang udah ada di sini, gue cabut dulu." Riyan pamit sambil menarik pelan tangan Loli mengikutinya.

Pria itu tak berkata apa-apa sepanjang perjalanan menuju mobil. Bahkan selama keberangkatan mereka pulang, tak ada gema yang mampu terjangkau oleh indera pendengaran manusia.

"An?"

"Hm?"

"Maaf,"

"Buat?"

Akkhhh buat apa, ya?
Buat nerobos masuk ke RS tanpa izin dia?

"Karena gue nggak ngabarin lo pas mau ke RS."

"Itu doang?"

Itu doang?
Apa lageh, tole'?

"Karena gue nolak temen kesayangan lo."

"Ck. Terus maksudnya lo harus nerima dia?"

"Ya nggak lah. Hati, jiwa, raga, keindahan, keimutan, dan keceriaan gue kan cuma buat l-"

Sial!

"... buat gue sendiri lah!"

Uuhh selamat!

Nikah Lagi, yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang