Bab 27 : Rinai

356 27 0
                                    

Ada rinai yang tak terbendung
Di antara dua kelopak yang erat memenjara
Dunia baginya seperti gurauan
Berjalan di atasnya adalah sebuah pilihan
Apakah dunia akan menjadi ladang bunga-bunga musim semi,
Atau sekadar perusak jiwa dan logika?
Which one?
Make you own decision!

.
.
Cekidot!
.
.

"Oh, hey!" Gea mengangkat tangannya yang bergoyang ke kiri dan ke kanan ketika melihat Riyan dan Loli datang bersamaan.

"Hai, Kak." Loli membalas dengan senyuman ramah.

"Lo ke sini? Sakit? Apanya? Kepala? Jiwa? Raga?" beo Gea sambil menempelkan punggung tangannya pada kening Loli.

"Ah, saya hanya sedikit kesepian di rumah."

"Hah? Kesepian? Camer gue nggak di rumah?"

"Camer?" Loli memiringkan kepalanya beberapa derajat.

"Calon mertua gue."

Deg.

Calon mertua?
Ck.
Gue mendadak pengen botakin beberapa ekor kudanil

"Ah, kayaknya gue harus klarifikasinya sekarang deh. Sebenernya Loli-"

"Papa kan di luar negeri, Mama lagi nemenin Adel jalan-jalan," potong Loli super gesit. Riyan kembali menjatuhkan pandangan ke gadis yang tengah merangkai lebih banyak dosa di sisinya.

Baginya kini tak ada alasan untuk bersembunyi. Loli hanya tak tahu apa yang menjadi latar belakang Riyan harus bungkam.

Sementara itu Gea tengah memperhatikan sorot mata pria yang selama ini dicintainya. Otaknya telah berulang kali meneriakkan kebenaran. Tapi hatinya, perasaannya, tak ingin percaya begitu saja. Ia hanya ingin melihat kesempatan untuk lukanya mendapatkan penawar.

"Oh? Gitu? Okay." Gea manut dan membiarkan Riyan menemani Loli menuju ruangannya. Hanya sekadar duduk dan belajar di meja kosong.

.
.
.

"Dia... nyamperin Loli?"

Hening. Ia hanya terlalu takut meski hanya untuk sekadar mengedipkan mata sebagai isyarat. Kedua tangannya mengepal. Kepalanya tegak meski bertentangan arah dengan lawan bicaranya.

"Gue udah dapet kabar dari Jakarta."

Gadis itu hanya berbicara sendiri. Sementara Riyan tetap mengatupkan bibirnya. Hanya getaran di sudut matanya yang membuat gerakan.

"Gue kira lo belum tau. Tapi, bodoh juga mikir gitu. Kalo dia bisa lepas, nggak akan ada tempat lain. Iya, kan?"

Gea masih dalam monolog ria. Matanya perih. Lima tahun yang lalu, ia melihat pria yang dicintainya terluka. Dan, ia tahu. Apapun yang dilakukannya tak akan memberi efek apapun bagi Adriyan. Ia hanya ingin memastikan tak akan ada luka yang sama di hatinya lagi, tak akan pernah.

"Loli... Belum tau apa-apa?"

"Gue harap dia nggak akan pernah tau. Tapi kayaknya udah nggak mungkin lagi."

"Maaf,"

"Kenapa lo yang minta maaf?"

"Ah, rasanya gue nggak pernah bantu apa-apa."

Pengap. Ia merasa sesak. Napasnya tercekat. Di balik pintu yang tak mampu meredam suara. Gadis itu menahan gemuruh yang sedikit demi sedikit menghancurkan detak jantungnya. Ia menangis, nuraninya. Ia berusaha memenjarakan air mata di ujung pelupuknya.

Nikah Lagi, yuk!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant