Bab 51 : 2nd Pain

444 28 2
                                    

Terjebak dalam takdir yang putaran waktunya seolah terhenti.
Ia tetap tersenyum.
Padahal ia tengah menahan ribuan luka yang kembali membuka.

Flashback on

Hari itu terasa sedikit berbeda bagi Lolita dimana untuk pertama kalinya ia seatap dengan seluruh keluarga dari Riyan yang kini adalah keluarganya juga. Ia memulai aktivitasnya dengan membongkar barang bawaan mereka di dalam koper. Hanya Loli yang membawa koper untuk tempat pakaian dan sejenisnya. Adriyan hanya membawa tumpukan buku yang ia bawa langsung dengan mobilnya.

Setelah menyusun semuanya dengan rapi, Loli akhirnya bisa bernapas lega. Meski satu hal yang mengganggu pikirannya sekarang.

"Yan, gue ntar molor dimana?"

"Sono," tunjuk Riyan ke arah ranjang persegi panjang yang cukup besar.

"Terus lo?"

"Puncak Monas!"

"Elah si sableng, itu puncak kan tajem, bego."

"Yarobbi, dosa apa gue enam bulan lalu malah ke rumah lo, ya?"

"Dih, mon maap nih ya, lo kira gue mau?"

Gue ngegas ceritanya.

"Emang lo ngga mau?"

"Mau lah!"

Set dah ni mulut ga bisa diajak teamwork.
Kelewat honest~

Loli menepuk mulutnya sendiri karena menyadari dirinya terjebak. Riyan hanya tertawa kecil melihat tingkah aneh Loli.

"Lah terus gimana?"

"Gue juga tidur di sono lah," sabet Riyan masih fokus dengan file-file di laptop kerjanya.

Tenang, Ta.
Lo cuma perlu bobi, alias bobo biutipul.
Zial.
Jantung gue ngga bisa diajak kompromi.

Adriyan sedikit heran karena tak mendengar suara protes lainnya dari Loli. Rasa penasaran itu membuatnya ingin menengok sejenak ke arah gadis itu.

"Tumben diem lu?"

"Ogah masuk neraka cuman gara-gara gue ngga redho lo ngorok samping gue," celoteh Loli akhirnya terdengar.

Adriyan melempar senyum kemenangan pada Loli yang tampak hampir mati.

.
.
.

Lolita bangun pagi-pagi sekali dengan niat untuk membantu Bu Kartika mempersiapkan sarapan. Saat terbangun ia tak mendapati Riyan di sisinya. Ia terkejut ketika melihat sosok raga yang tertidur dengan posisi duduk dan kepala bersandar pada sandaran kursi. Meski begitu ia tampak begitu elegan.

Mon maap,
Ini orang hidup? Kek mayat kurang gizi.
Sian beud.

"Bangun wooii! Ayamnya tetangga udah betelor beranak!" Loli menggoyangkan tubuh Riyan.

Setelah selesai sholat Subuh, Loli bergegas menuju ruang tamu yang cukup sepi karena penghuni rumah masing-masing sedang bersiap-siap untuk melakukan aktivitas rutin di luar rumah.

"Ma, masak apa? Lolita bantu, ya?" Sapa Lolita pada Kartika yang tampak sibuk menyiapkan makanan.

"Boleh. Mama cuma siapkan roti bakar untuk sarapan seperti biasa. Eh, kan Ita mau ke kampus. Nggak telat nanti?"

"Nggak kok Ma. Kelasnya mulai jam 9. Nanti Ita berangkat jam 8.30 aja."

"Okay, kalau gitu tolong siapkan enam porsi di meja makan ya, Ta. Nanti isinya mama yang urusin."

Nikah Lagi, yuk!Where stories live. Discover now