Bab 6 : Jeles (1)

787 41 5
                                    

Cekidot

"Kak, pokoknya kakak bawa aja ni bingkisan, tunggu Ita beri aba-aba," ucap Loli mantap kepada pria dengan setelan yang membuatnya tampak begitu gagah.

Lolita menyusuri salah satu lorong rumah sakit kota hendak menuju ruangan Ifah disertai ponakan perdananya.

"Assalamu'alaikum, Kak. Wassap???!"

"Lo seger bangetttt pagi-pagi begini, tumben amit,"

"Gue emang udah seger dari lahir tau!" tukas Loli cepat, "Oh, ya, udah punya nama ponakan gue?"

"Gue nunggu bapaknya. Tapi gue sih pengen namanya Gusdri, ada nama lo sama Adriyan. Agustin Adriyan. Soalnya gue nggak tau deh gimana jadinya gue sama anak gue kalo Adriyan sama lo nggak ada,"

"Dih, Gusdri, sekalian aja Lukas, lutung kasarung, atau monipes, monyet idung pesek, langka tuh di Indonesia," cerocos Loli seperti biasa membuli kakak perempuan semata wayangnya.

"Dih, sembarangan aja lo."

"Eh, Kak. Udah hubungin bapaknya belon? Kesian banget belon diadzanin sama bapaknya."

"Belon, kan udah kemarin Adriyan. Lagian suami lo itu ke mana, sih? Kok lo jomlo gini?"

"Oh, Riyan tadi udah nyampe sini. Niatnya, sih, mau masuk tapi mendadak ditelepon dosen pembimbing, makanya dia langsung kabur dan nitip salam sama ponakan," jelas Loli lancar.

"Oh, gitu," kata Ifah, "Padahal gue mau ngucapin makasih banget," tambahnya. Lalu ia terdiam, sedikit menunduk dengan tatapan kosong. "Gue nggak mau nyusahin Roni. Dia pasti sibuk banget di Losenjels. Dia juga pasti berusaha sekeras itu demi gue sama jabang bayinya yang udah brojol. Gue pengen sekali-kali aja lah besok kalo dia emang udah harus pulang. Prediksi lahiran gue juga kan meleset jauh banget, padahal harusnya bulan depan. Besok aja dah biar jadi kejutan buat dia."

"Wah, buncit, gue nggak terbiasa sama bijak lo kayak gini, peliss zetooppp!!!!"

"Hahaha, dazar lo!"

"Assalamu'alaikum, Fah," ucap Roni dengan membawa bingkisan di kedua tangannya. Ifah terkejut setengah mati melihat seorang pria tak asing kini berdiri di hadapannya. Matanya sayup dan sedikit memerah. Mungkin sebentar lagi bendungan di balik pelupuknya akan tumpah.

"Wa'alaikumussalam..." jawab Ifah, "Siapa, ya?"

"Wooii bunciiitt! Jangan drama deh lo!" pekik Loli sekaligus tertegun ketika matanya menangkap linangan asin di wajah Ifah.

"Kenapa pulang lo?" ujarnya lirih. Roni memeluk istrinya yang tengah menangis tersedu-sedu.

"Tentu saja karena gue kangenin lo, apalagi gue tau kalo anak gue udah lahir. Maaf udah nggak ada pas masa-masa berat," tutur Roni.

"Bayinya sehat. Anak kita masih tidur, baru aja selesai mewek," jelas Ifah sambil menunjuk ke arah bayinya yang sedang tertidur di dalam sebuah ranjang kecil. Roni mendekati dan menyentuh wajah putra pertamanya. Ia terisak dalam adzannya.

Wahh suami istri harusnya begini, kan? Kalau mereka saling cinta, harusnya begini, kan?
Omegatt! Gue nggak boleh di sini! Ntar gue ngarep aneh-aneh lagi deh.

.

.

Di kampus.

.

Gue ngapain ke kampus, sih? Ini kan lagi jamannya liburan. Yah, walaupun liburan UAS cuma mitos. Tetep aja tegang, nungguin nilai keluar satu per satu. Nilai kelas gue baru keluar dua mata kuliah. Padahal bentar lagi batas KRS-an.

Nikah Lagi, yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang